webnovel

Chapter 20. selangkah lagi menuju pengukuhan.

Sudah lebih dari 3 bulan semenjak tahun ajaran baru di mulai, kegiatan belajar mengajar sudah mendekati pertengahan semester dan para murid di sibukkan dengan persiapan ujian tengah semester yang akan datang, di saat yang bersamaan banyak klub yang juga bersiap untuk melantik dan mengukuhkan anggota anggota baru mereka sebagai tanda jika mereka sudah resmi menjadi bagian dari anggota salah satu klub di sekolah.

Klub Senshado juga tengah mempercepat upaya mereka untuk melatih dan menyiapkan anggota anggota baru mereka, ditengah sedikitnya anggota senior yang ada dan absennya Susan sebagai ketua klub, anggota anggota yang tersisa berusaha untuk menjaga kegiatan klub tetap berjalan seperti biasanya.

"Tembak !!!" perintah Husodo dengan menggunakan pengeras suara yang terbuat dari kaleng.

Tembakan di lepaskan dari deretan Meriam anti tank kaliber 37 mm yang di gunakan oleh para anggota untuk berlatih, 5 meriam tersusun saling bersebelahan dan di operasikan oleh dua orang yang terdiri atas penembak dan pengisi Meriam, keduanya saling bertukar posisi sesuai dengan instruksi yang di berikan Husodo.

Rani dan Ajeng ada dalam satu tim di salah satu Meriam, saat itu adalah giliran Rani menjadi penembak dan Ajeng menjadi pengisi peluru. Mereka semua berlatih menembak target dari jarak 500 meter berupa sebuah papan dengan beberapa lingkaran di dalamnya, terdiri dari 3 lingkaran yaitu lingkaran terluar berwarna hijau, lingkaran kedua berwarna kuning, dan lingkaran paling tengah berwarna merah, setiap lingkaran tertulis angka yang menunjukkan poin yang di dapat berdasarkan tempat mendaratnya peluru.

"peluru siap !" ucap Ajeng setelah mengisi peluru kedalam Meriam.

"ehh itu lebih cepat dari sebelumnya" ucap Rani tidak menyangka Ajeng dapat mengisi ulang peluru lebih cepat.

"bersiap untuk menembak !" ucap Husodo memberika aba aba kepada semua penembak.

Rani mendekatkan kepalanya menuju scope yang ada di depannya, di dalam scope itu terdapat sebuah lensa yang dapat di gunakan untuk mengukur jarak target yang akan di tembak, terdapat sebuah garis horizontal dan garis vertikal yang melintang di tengah lensa, di sisi garis vertikal terdapat angka yang menunjukkan jarak target, Rani mengingat sebelumnya tembakannya mendarat terlalu awal sehinga ia menaikkan jarak tembaknya dengan memutar tuas yang mengatur sudut kemiringan Meriam, setelah merasa sudut yang di inginkan cukup ia mengunci tuas itu agar tidak bergerak ketika Meriam di tembakkan.

"Tembak !" ucap Husodo.

Semua Meriam menembak secara serentak, tidak ada yang berhasil mengenai target mereka, beberapa mendarat di luar papan dan yang lain mendarat di luar ketiga lingkaran, Rani sendiri hanya berhasil mengenai papan di luar ketiga lingkaran yang menjadi target.

"ughhh susah sekali" ucap Rani kesal karena berkali kali meleset.

Setelah peluru kosong keluar dari dalam Meriam Ajeng langsung memasukkan peluru baru yang sudah ia siapkan di tangannya. Peluru baru sudah siap dan Rani membidik kembali targetnya, saat perintah untuk menembak di berikan Ajeng memusatkan perhatiannya pada arah laju peluru yang di tembakkan, ia melihat peluru yang di tembakkan berbelok sedikit ke kanan, meski hanya sedikit perubahan arah itu membuat tugas penembak untuk membidik target menjadi lebih sulit, tembakan itu juga meleset lebih jauh dari tembakan sebelumnya.

"duh meleset lagi" ucap Rani melihat tembakannya kembali meleset.

"coba kamu geser sedikit ke kiri, setauku Meriam yang kita gunakan menggunakan alur laras ke sebelah kanan jadi peluru akan cenderung berbelok ke kanan setelah keluar dari Meriam" ucap Ajeng memberi sarah kepada Rani.

"kau yakin ?" ucap Rani mempertanyakan saran yang di berikan temannya itu.

"sudah coba saja dulu" ucap Ajeng sambil mengisi kembali Meriam dengan peluru.

Setelah peluru di isi Rani kembali membidik melalui scope, ia membelokkan meriamnya beberapa derajat ke kiri dan titik tengah bidikannya ada di sisi terluar lingkaran berwarna kuning, setelah perintah untuk menembak di berikan Rani langsung melepaskan tembakan dengan menekan pemicu yang ada di kakinya, ia melihat peluru langsung berbelok sedikit ke arah kanan dan melaju tepat ke sisi terluar lingkaran merah, tim Rani dan Ajeng menjadi yang pertama berhasil mengenai target dalam latihan itu.

"bidikan yang bagus Rani !" ucap Husodo, dengan menggunakan teropong ia melihat papan yang di tembak oleh Rani dan menemukan lubang tepat di dalam lingkaran merah.

Keduanya tersenyum dan melakukan tos, tembakan tembakan selanjutnya juga berhasil mendarat di lingkaran tengah berwarna merah.

"Ajeng, boleh minta saran agar tembakan kami juga lebih akurat ?" ucap Retno penasaran.

"coba untuk lebihkan bidikan sedikit ke kiri, peluru akan berbelok sedikit ke kanan karena gaya sentrifugal mereka" ucap Ajeng menjelaskan cara yang di gunakan Rani dalam membidik.

"ohhh begitu !" ucap Retno memahami penjelasan yang di berikan Ajeng.

ia langsung mempraktikkan cara itu dan tembakannya pun mendarat di lingkaran kuning, jauh lebih baik dari tembakan tembakan sebelumnya yang bahkan tidak dapat mendarat di lingkaran terluar. anggota lain juga memperaktikkan cara membidik yang di berikan Ajeng dan mereka sedikit demi sedikit dapat meningkatkan kemampuan membidik mereka.

Sementara di sisi lain bangunan klub beberapa anggota sedang berlatih mengendarai tank menggunakan tank ringan tipe M2 yang di hilangkan turret nya, 5 tank berbaris melewati sebuah jalan tanah yang di penuhi dengan halang rintang seperti tanjakan, jalan yang berundak undak, kubangan lumpur dan masih banyak lagi.

Euis memimpin latihan itu dari mobil lapis baja tipe M8 Greyhound dan dengan menggunakan pengeras suara ia memberikan instruksi kepada semua peserta latihan.

"tank nomer dua jaga kecepatan kalian, tank nomor 3 jangan terlalu dekat dengan sisi jalan dan tetap sejajar dengan formasi !" ucap Euis dengan lantang.

Kedua tank yang di berikan perintah langsung menyadari kesalahannya dan memperbaiki formasi mereka. Dalam barisan itu Citra bersama dengan Nur ada di tank paling depan, Citra mengendarai tank itu sementara Nur menjadi navigator untuknya.

"selanjutnya lewat hutan tiang, berhati hati dan jangan sampai menabrak !" ucap Nur memberikan informasi tentang rintangan yang akan mereka lewati selanjutnya.

"serahkan saja padaku !" ucap Citra dengan bersemangat.

Citra menurunkan kecepatan dan menurunkan gear, saat tanknya mendekati tiang tiang yang terpancang Citra langsung berbelok ke kanan dengan menarik tuas yang ada di tangan kanannya, ia kemudian berbelok lagi ke kiri menghindari tiang yang ada di sisi kanannya begitu seterusnya, dengan tangan yang mengendalikan arah dan kakinya yang mengendalikan kecepatan dan rem Citra mengendalikan tank kecil itu melewati tiang tiang dengan mudahnya, beberapa tank di belakangnya kesulitan melewati rintangan itu, ada yang berjalan terlalu lambat dan ada juga dua tank yang bertabrakan setelah keduanya mengintari tiang yang sama dari kedua sisi.

"yosh ini sangat mudah !!!" ucap Citra.

"sebaiknya kau tidak menabrak setelah mengatakan itu !!!" ucap Nur yang merasa ngeri dengan cara mengemudi Citra, terasa seperti supir angkutan kota yang ugal ugalan ketika mengejar setoran.

Tank pertama berhasil keluar dari hutan pilar dan meninggalkan tank tank lain dengan jarak waktu yang cukup jauh, setelah berjalan lurus sejauh 500 meter mereka mencapai rintangan selanjutnya berupa jalan sempit yang di penuhi tumbuhan merambat dan pagar tanaman di kedua sisinya.

"selanjutnya labirin bocage, banyak jalan buntu di sini kita harus berhati hati" ucap Nur menjelaskan rintangan selanjutnya.

"baiklah !" ucap Citra.

Citra dengan perlahan memasuki jalan kecil itu, di kedua sisinya tanaman merambat tumbuh dan menyelimuti pagar, di sepanjang jalan itu juga terdapat beberapa persimpangan dan perpotongan jalan dan para anggota yang berlatih di tuntut untuk dapat keluar dengan cepat dan menghindari jalan buntu.

Melalui celah di bagian depan tank Citra memperhatikan jalan yang akan di lewatinya tapi ia tidak dapat memastikan apakah jalan yang ada di sisi kiri dan kanannya adalah jalan buntu, Citra berhenti di depan sebuah jalan yang mengarah ke sisi kiri dan membelokkan tank nya sedikit, ia mencoba melihat ujung jalan itu tapi celah yang ada terlalu kecil untuk dapat melihat dengan jelas.

"Nur, boleh minta tolong cek jalan yang ada di kiri ?" pinta Citra.

"eh gimana caranya ?" tanya Nur.

"coba naik ke atas tank dari belakang lalu cek apakah di ujung jalan itu ada jalan keluar" ucap Citra menjelaskan apa yang temannya harus lakukan.

"baiklah" ucap Nur, ia lalu merangkak ke bagian tengah tank yang terbuka karena tidak adanya turret, ia naik ke bagian atas tank melalui lubang cincin turret dan berdiri di atas kompartemen mesin, dari atas Nur bisa melihat jika jalan itu tidak memliki tembusan alias itu adalah jalan buntu, Nur langsung kembali ke dalam dan memberi tahu Citra.

"jalur itu buntu, coba lurus lagi" ucap Nur memberitahu apa yang di lihatnya.

"baiklah" ucap Citra, ia kemduian memundurkan tanknya dan kembali berjalan menyusuri jalan utama, tidak jauh dari persimpangan sebelumnya tank mereka menemukan persimpangan lain yang mengarah ke kanan.

"tolong perhatikan jalan yang di kanan !" pinta Citra dengan meninggikan suaranya agar Nur dapat mendengar.

Nur kembali naik ke atas tank dan melihat jalan yang mengarah ke sebelah kanan, ia melihat pagar tanaman yang ada di sepanjang jalan itu terus terbelah menandakan ada jalan di antaranya.

"jalan sebelah kanan mungkin adalah jalan keluar" ucap Nur menduga.

"kau yakin ?" tanya Citra tidak yakin dengan cara Nur menyampaikan laporan pengamatannya.

"sudah coba saja" ucap Nur.

Citra membelokkan tanknya ke percabangan di sebelah kanan, di ujung jalan itu ada sebuah pertigaan ke kiri dan kanan, Nur kembali mengamati dua jalan itu dan menyarankan Citra untuk mengambil jalan ke sebelah kiri, Citra berbelok ke kiri dan ternayata benar jalan yang satunya lagi adalah jalan buntu, Nur mengamati jalan di depannya dan jalan itu langsung mengarah ke jalan setapak seperti sebelumnya, mereka berhasil melewati rintangan itu.

Tank tank lain yang baru bisa menyusul memasuki labirin bocage, banyak yang terjebak dan mengambil persimpangan pertama yang di lihatnya, ketika mereka menemukan jalan itu buntu mereka langsung mundur kembali ke jalan yang pertama mereka lewati dan kemudian bertabrakan dengan tank lain yang juga akan melalui jalan itu, butuh waktu cukup lama untuk keempat tank lain dapat mencari jalan keluar dari rintangan itu. Citra dan Nur menjadi yang pertama sampai di titik kumpul dimana Euis sudah menunggu.

"kerja bagus kalian berdua" ucap Euis menyambut kedatangan Citra dan Nur.

"terimakasih kak Euis !" ucap Nur yang duduk di atas kompartemen mesin. Tank mereka berhenti menghadap M8 Greyhound yang di naiki Euis dan keduanya turun dari tank mereka.

"uwaaahh melelahkan juga" ucap Citra sambil merenggangkan jari jarinya.

"kamu sih terlalu bersemangat tadi bawanya" ucap Nur terheran dengan temannya yang begitu bersemangat saat latihan tadi.

"habis tank nya enak banget sih di bawanya, akselerasinya bagus dan handlingnya juga responsive banget" ucap Citra.

"ya tapi seenggaknya ga harus sampe begitu juga, lagian kan ini Cuma latihan" ucap Nur menyarankan agar Citra lebih santai saat latihan.

"iya iya lain kali ga begitu lagi" ucap Citra memahami perhatian yang di berikan Nur.

"Citra, apa kamu pernah membawa kendaraan besar sebelumnya ?" tanya Euis.

"saya dulu sering mengendarai traktor milik ayah saya di perkebunan" jawab Citra.

"apa itu alasan kenapa kamu bisa selancar itu membawa tank tadi ?" ucap Nur.

"mungkin, walaupun berbeda jauh sih rasanya" ucap Citra.

"sepertinya kamu punya bakat sebagai pengemudi nanti" ucap Euis menyadari bakat yang di tunjukkan oleh Citra.

"benarkah, padahal sepertinya saya masih belum terbiasa tadi" ucap Citra.

"belum terbiasa tapi di gaspol terus" sindir Nur.

"saya sih tidak apa apa jika di posisikan sebagai driver, tapi saya ingin juga mencoba posisi lain seperti penembak atau pengisi Meriam, supaya saya tau rasanya ada di posisi penting itu" ucap Citra, ia memiliki keinginan belajar yang tinggi dan tidak mau hanya terpaku pada satu keahlian.

"itu semangat yang bagus" ucap Euis memberikan jempol untuk semangat yang di tunjukkan Citra.

Citra dan Nur membalikkan tubuhnya dan melihat rintangan terakhir yang mereka lewati, beberapa tank terlihat masih terjebak di dalam labirin itu dan kesulitan mencari jalan keluar.

"sepertinya yang lain masih terjebak disana" ucap Nur.

"ho-oh" balas Citra singkat.

"sebaiknya saya menjemput mereka, daripada yang ada mereka tidak bisa keluar dan malah kehabisan bahan bakar disana" ucap Euis menyadari tank tank lain belum dapat keluar dari labirin itu, ia menaiki M8 Greyhound nya dan langsung bergerak menuju labirin Bocage. Citra dan Nur beristirahat di atas tank nya sembari menunggu yang lain kembali ke titik kumpul.

Dua jenis latihan itu dilakukan bergantian oleh semua anggota kelas 1, hal itu bertujuan agar semua anggota mengenali tugas tugas dan posisi penting dalam sebuah tank. Berkat kerja keras para senior kelas 3 latihan itu membuahkan hasil yang positif, para anggota kelas 1 sudah mencapai level kompetensi yang di inginkan lebih cepat dari yang mereka perkirakan, kini para senior hanya tinggal membagi para anak kelas 1 sesuai dengan tank yang akan mereka awaki, setiap tank di awaki oleh 4 orang yang terdiri dari Komandan, penembak, pengemudi, dan asisten pengemudi, tidak ada pengisi peluru di tank Struart dan komandan atau penembak dapat melakukan tugas ganda sebagai pengisi peluru saat situasi memungkinkan.

"baiklah hari ini adalah latihan yang luar biasa !" ucap Husodo dengan begitu semangat meski sudah seharian berteriak dengan pengeras suara namun nada cerianya tetap terdengar.

"selamat untuk kalian semua, semuanya mendapatkan hasil yang baik" ucap Yuliana memuji adik adik kelasnya.

"ini adalah latihan terakhir sebelum kalian akan melakukan kegiatan di dalam tank sungguhan" ucap Euis.

"uwaaah jadi tidak sabar !!!" ucap Citra dengan girang.

"di pertemuan selanjutnya kita akan membagi kelompok untuk nantinya menjadi awak dari tiap tiap tank" ucap Euis menjelakan apa yang akan mereka lakukan di pertemuan selanjutnya.

"kak, tidak boleh pilih sendiri anggota kelompoknya ?" tanya Resti sambil mengangkat tangan kanannya.

"tidak, semua di pilihkan oleh kita dan anggota itu bersifat permanen" jawab Euis.

Beberapa murid terlihat kecewa karena hal itu karena mereka ingin berada dalam satu tim dengan teman dekat mereka, namun anggota senior memutuskan untuk membagi setiap tim secara acak dengan tujuan agar mereka dapat lebih membaur dengan anggota tim lain dan tidak hanya terbiasa dengan teman teman dekat mereka.

"baiklah pengarahan selesai, silahkan kembali ke rumah masing masing" ucap Husodo mengakhiri latihan hari itu dan memulangkan anak anak kelas 1.

Seperti biasa para murid kelas 1 berbaris untuk memberikan penghormatan sekaligus mengucapkan terimakasih kepada kakak kelas mereka, hal itu sudah menjadi kebiasaaan untuk mereka selama mereka menjalani kegiatan di klub itu.