Keesokan harinya, Liora terbangun dengan perasaan lemah, tubuhnya masih terasa berat setelah malam penuh mimpi aneh. Saat ia membuka mata, ia langsung dikejutkan oleh sosok ayahnya, Arya, yang berdiri di ujung tempat tidur. Dengan jas rapi dan kacamata khas ilmuwannya, Arya tampak serius sekaligus terkejut melihat Liora terbaring di kamar rumah sakit.
"Liora..." Arya berkata pelan, matanya menatap putrinya dengan cemas. "Kenapa kamu ada di sini? Kenapa nggak ada yang kasih tahu Papa?"
Liora menatap Arya, berusaha tersenyum meski bibirnya terasa kering. "Papa baru tahu ?" suaranya pelan dan serak.
Nadira yang duduk di sofa kecil di sudut ruangan bangkit dan mendekat. "Arya, aku nggak mau ganggu pekerjaan kamu. Lagipula, ini bukan hal besar, Liora cuma perlu istirahat lebih lama."
"Bukan hal besar ?" suara Arya meninggi, matanya menyipit ke arah Nadira. "Nadira, anak kita ada di rumah sakit, dan kamu bilang ini bukan hal besar? Seharusnya aku dikasih tahu dari awal!"
"Arya, tolong jangan buat keributan di sini," balas Nadira dengan nada defensif. "Aku cuma nggak mau bikin kamu tambah stres. Kamu sendiri yang bilang kerjaan kamu lagi berat."
Liora yang masih lemah hanya bisa memandang kedua orang tuanya bertukar argumen. "Papa, Mama... udah. Aku di sini kan nggak lama, cuma butuh pemulihan aja."
Arya menghela napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. Dia mendekat ke tempat tidur Liora, duduk di kursi di sampingnya, dan menatap putrinya dengan tatapan penuh kekhawatiran.
"Liora, Papa mau tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu sampai di sini?"
"Papa, aku nggak apa-apa. Aku cuma sakit biasa," kata Liora pelan, mencoba menenangkan ayahnya.
Arya menggeleng. "Ini nggak biasa, Liora. Kalau cuma sakit biasa, kamu nggak akan sampai dirawat di rumah sakit."
---
Setelah suasana agak tenang, Arya beralih ke Nadira, yang masih berdiri di dekat pintu. "Dan satu lagi, Nadira. Tolong jangan sembarangan bawa orang asing ke kamar anak kita. Aku dengar ada tamu yang datang kemarin, Siapa dia ?"
Nadira terlihat gugup. "Namanya Raka. Dia cuma teman Liora. Anak itu kelihatan baik dan sopan. Aku pikir nggak ada salahnya—"
"Aku nggak suka ada orang asing masuk ke kamar ini, apalagi waktu aku nggak ada," potong Arya tegas. "Liora itu terlalu penting. Kita nggak tahu siapa yang bisa dipercaya."
Liora merasa tersudut. "Papa, Raka itu nggak kayak yang Papa pikir. Dia ngebantu aku ngerti soal... mimpi-mimpi aneh yang aku alamin."
"Mimpi aneh?" Arya mengerutkan dahi. "Liora, dunia ini bukan tempat untuk main-main dengan hal-hal yang nggak jelas. Kamu harus tahu batas."
Liora menghela napas berat. Ia tahu percuma membantah ayahnya saat ini. Arya terlalu keras kepala dan protektif, apalagi soal dirinya.
---
Setelah Arya pergi untuk mengurus sesuatu, Liora merasa ruangannya terasa lebih lega.
Ia mengambil ponselnya, mencoba melupakan ketegangan yang baru saja terjadi.
Ia membuka aplikasi Gram dan mulai merekam video singkat untuk Story.
"Guys, gue lagi di rumah sakit nih. Banyak yang nanya kenapa gue jarang update. Well, gue cuma sakit biasa, kok. Doain cepet sembuh, ya," katanya sambil tersenyum kecil ke kamera, meski wajahnya terlihat lelah.
Setelah itu, dia juga bikin video di TukT. Dia merekam suasana kamar rumah sakit, lengkap dengan alat monitor kesehatan di samping tempat tidurnya. Di layar, muncul tulisan: "Kadang hidup kasih kita waktu buat istirahat, walau caranya nggak selalu enak. Semangat buat kalian yang lagi sakit juga!"
Di Xixi, ia menulis kalimat sederhana: "Sakit itu bikin sadar, kesehatan emang segalanya. Take care, semuanya :)"
Respons dari pengikutnya langsung mengalir deras. Banyak yang mendoakan kesembuhannya, tapi ada satu komentar di Instagram yang bikin Liora gelisah:
"Hati-hati sama orang di sekitar kamu, Liora. Kadang mereka bukan seperti yang terlihat."
Akun itu anonim, tanpa foto profil, dan langsung menghilang setelah Liora mencoba memeriksanya lebih lanjut.
---
Sore harinya, seorang perawat datang ke kamar Liora. "Kak Liora, waktunya kita ke ruang donor darah untuk perawatan terakhir, ya."
Liora mengangguk pelan. Ia merasa agak lebih baik, tapi tetap ada rasa gelisah yang nggak bisa dia jelaskan.
Di ruang donor darah, suasananya agak sunyi. Hanya ada Liora, seorang perawat, dan seorang pria berjas lab yang tampak sibuk mempersiapkan alat.
"Ini prosedur standar, nggak usah khawatir," kata pria itu sambil tersenyum tipis.
Namun, ada sesuatu yang membuat Liora merasa tidak nyaman. Wajah pria itu tampak asing, berbeda dari dokter atau staf rumah sakit lainnya.
"Dokter siapa, ya? Kok saya belum pernah lihat sebelumnya?" tanya Liora hati-hati.
Pria itu hanya tersenyum samar. "Oh, saya dokter pengganti. Dokter sebelumnya sedang ada urusan lain."
Liora melirik perawat di sampingnya, berharap ada konfirmasi. Tapi perawat itu hanya tersenyum kecil, tidak banyak bicara.
Saat alat donor mulai disiapkan, Liora merasa ada yang salah. Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi dia tidak tahu kenapa.
"Maaf, saya rasa saya belum siap," kata Liora tiba-tiba, mencoba mencari alasan.
Pria berjas lab itu menatapnya dengan tajam, tapi tetap berusaha tenang. "Kalau begitu, kita bisa tunda sebentar. Tidak masalah."
Liora mengangguk cepat, dan pria itu pergi meninggalkan ruangan dengan ekspresi yang sulit ditebak.
Di dalam hati, Liora tahu ada yang tidak beres.
Arya menatap layar laptopnya dengan sorot mata penuh konsentrasi. Di depannya, data-data tentang organisasi misterius bernama Genovate terpampang jelas. Selama bertahun-tahun, desas-desus tentang eksperimen genetika tak lazim oleh organisasi itu beredar di dunia ilmiah, namun tak ada bukti konkret yang cukup kuat. Kini, untuk pertama kalinya, Arya merasa ancaman itu nyata dan terlalu dekat dengan keluarganya.
Genovate dikenal sebagai organisasi rahasia yang mencoba memanipulasi DNA untuk menciptakan bentuk kehidupan baru. Motivasinya mungkin terdengar seperti kemajuan sains, tetapi metode yang digunakan dinilai tak manusiawi. Arya mendapati namanya tercatat dalam beberapa dokumen yang didapat dari kolega lamanya di Foundation Fopuveria, lembaga internasional yang mengawasi etika penelitian ilmiah.
Ketika Arya merenungkan semua ini, teleponnya berdering. Di layar, nama Ravi—wakil dari Fopuveria—terpampang jelas. Ia segera mengangkatnya.
"Ravi, apa yang terjadi?" tanya Arya, nadanya tegas.
"Arya, kita ada masalah besar," Ravi terdengar serius. "Baru saja kami menerima kabar dari staf rumah sakit tempat putrimu dirawat. Doktor ahli donor darah di sana ditemukan tak sadarkan diri di ruang penyimpanan. Harusnya dia yang menangani transfusi untuk Liora hari ini."
Arya tertegun. "Apa maksudmu? Bagaimana itu bisa terjadi?"
"Kami mencurigai adanya infiltrasi pihak luar," Ravi menjelaskan. "Kemungkinan besar ini terkait Genovate. Kami khawatir mereka mencoba sesuatu pada Liora. Kamu harus segera mengambil tindakan."
---
Tanpa membuang waktu, Arya langsung menghubungi beberapa kolega yang ahli dalam pengawasan dan perlindungan situasi genting. Ia juga segera menginstruksikan pihak keamanan rumah sakit untuk meningkatkan pengawasan, terutama di sekitar ruang perawatan Liora.
Dari ruang kontrol keamanan, Arya memantau setiap sudut rumah sakit melalui CCTV. Tak lama kemudian, matanya menangkap sekelompok orang berpakaian seragam laboratorium yang masuk melalui pintu samping tanpa melewati prosedur. Mereka tampak terburu-buru, seperti tahu apa yang mereka cari.
Arya mengenali salah satu dari mereka: Dr. Adrian. Nama itu sering muncul dalam laporan Fopuveria. Adrian dikenal sebagai ilmuwan kontroversial yang terlibat dalam penelitian genetika yang dianggap melampaui batas etika.
Arya segera memerintahkan tim keamanan dan agen bayaran yang ia panggil sebelumnya untuk bergerak.
---
Kelompok ilmuwan itu bergerak menuju ruang operasi donor darah. Namun, mereka tak menyadari bahwa setiap langkah mereka telah diawasi. Ketika mereka memasuki lorong sempit di dekat ruang tersebut, tim keamanan dan agen bayaran langsung mengepung mereka.
"Berhenti di tempat!" salah satu agen memerintahkan dengan suara tegas.
Dr. Adrian tampak terkejut, namun ia tetap tenang. "Kami hanya menjalankan tugas kami sebagai ilmuwan. Tidak ada yang ilegal di sini," katanya dengan nada datar.
"Tugas ilmuwan tidak termasuk menyusup ke rumah sakit tanpa izin," balas salah satu petugas.
Ketika salah satu anggota kelompok mencoba melarikan diri, agen lain dengan sigap menangkapnya. Dalam situasi itu, Dr. Adrian akhirnya menyerah tanpa perlawanan lebih lanjut. Ia diborgol dan diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
---
Sementara itu, di ruang operasi donor darah, suasana semakin mencekam. Seorang pria berjas laboratorium terlihat mempersiapkan alat-alat medis. Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, identitas pria itu tidak terdaftar sebagai staf resmi rumah sakit.
Ketika tim keamanan masuk ke ruangan, pria itu langsung menghentikan kegiatannya dan menoleh. Wajahnya terlihat tenang, tetapi sorot matanya mencerminkan ketegangan.
"Maaf, Anda tidak berhak berada di sini," kata salah satu petugas keamanan dengan nada tegas.
Pria itu tersenyum tipis. "Saya hanya melakukan tugas saya. Jika Anda tahu apa yang saya kerjakan, mungkin Anda akan berpikir dua kali untuk menghentikan saya."
Arya yang ikut masuk ke ruangan menatap pria itu tajam. "Apa yang Anda coba lakukan pada putri saya?"
Pria itu tidak menjawab, tetapi diam-diam tangannya bergerak ke saku jasnya. Namun, sebelum ia sempat melakukan apa-apa, salah satu agen dengan sigap menangkapnya dan melucuti alat yang ia bawa.
"Jangan bergerak," perintah agen tersebut sambil menahan pria itu ke lantai.
Arya mendekat dan memeriksa alat-alat yang telah disiapkan pria tersebut. Ia melihat sebuah jarum suntik berisi cairan yang tampak aneh. Cairan itu terlalu gelap untuk darah biasa, tetapi juga terlalu encer untuk sesuatu yang alami.
"Apa ini?" tanya Arya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
Pria itu hanya tersenyum dingin, tidak menjawab.
---
Setelah situasi berhasil dikendalikan, Arya berdiri di ruang keamanan bersama timnya. Di depan mereka, layar CCTV menunjukkan para pelaku sedang diinterogasi di ruangan terpisah.
"Apa pun rencana mereka, ini lebih besar dari yang kita duga," kata salah satu agen.
Arya mengangguk. "Dan ini baru permulaan. Kita harus menggali lebih dalam untuk memastikan mereka tidak menyentuh putriku lagi."
Salah satu agen menyerahkan sebuah map kepada Arya. "Kami menemukan ini di tas Dr. Adrian."
Arya membuka map itu.
Di dalamnya ada diagram DNA yang aneh, serta beberapa catatan yang tampaknya merupakan bagian dari proyek eksperimen Genovate. Namun, yang paling mengejutkan adalah sebuah foto. Wajah di foto itu jelas adalah Liora, diambil bertahun-tahun lalu saat ia masih kecil.
Arya menggenggam map itu dengan sangat erat.
Disisi Lain, Di sebuah tempat yang tersembunyi jauh dari pandangan publik, berdiri sebuah laboratorium raksasa yang dikelilingi pagar listrik dan kamera pengawas. Dari luar, bangunan itu tampak seperti fasilitas biasa, tetapi di dalamnya tersimpan rahasia gelap yang bahkan tidak dapat dibayangkan oleh kebanyakan orang.
Di salah satu ruang bawah tanah laboratorium itu, ada lima gadis muda yang dikenal hanya sebagai "bayangan." Tidak ada nama, tidak ada identitas. Mereka adalah subjek eksperimen Genovate, dipilih secara acak dari berbagai tempat dan dimanipulasi hingga kehilangan semua yang mereka miliki—bahkan harapan.
---
Ruangan tempat kelima bayangan itu berada dingin dan steril, dengan dinding putih yang memantulkan setiap suara. Lampu neon di atas kepala berpendar terang, membuat suasana terasa semakin tidak nyaman. Di sudut ruangan, ada lima kapsul kaca besar, masing-masing diisi dengan cairan berwarna biru muda.
Di dalam kapsul itulah kelima bayangan terbaring, tubuh mereka dikelilingi oleh kabel-kabel yang terhubung ke mesin besar di sisi ruangan. Mereka tidak sadar, tapi mesin itu terus memonitor dan memanipulasi tubuh mereka, mengubah komposisi DNA mereka sedikit demi sedikit.
Di balik layar komputer, seorang ilmuwan senior bernama Dr. Elric berdiri sambil memeriksa data yang terus masuk. Di belakangnya, beberapa asisten sibuk mencatat hasil eksperimen.
"Kita sudah mencapai tahap empat," kata Dr. Elric, suaranya tenang namun dingin. "Tubuh mereka mulai merespon dengan baik terhadap gabungan DNA baru. Tapi kita perlu mempercepat proses sebelum sistem imun mereka kembali menyerang mutasi ini."
Salah satu asisten menoleh dengan ragu. "Tapi, Pak, kalau kita mempercepatnya, risiko kegagalan bisa meningkat drastis."
Dr. Elric menoleh tajam. "Kegagalan adalah bagian dari kemajuan. Kita tidak akan mencapai hasil tanpa risiko."
---
Di dalam kapsul pertama, salah satu bayangan mulai menunjukkan reaksi. Tubuhnya yang sebelumnya tenang kini mulai bergerak. Kelopak matanya berkedut, lalu perlahan terbuka. Gadis itu mencoba memahami di mana dirinya berada, tetapi hanya melihat kabut biru cairan yang mengelilinginya.
Apa yang terjadi? Kenapa tubuhku terasa aneh? pikirnya, meski ia tidak bisa mengucapkannya.
Tiba-tiba, rasa sakit luar biasa menghantam seluruh tubuhnya. Ia mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terkunci oleh kabel-kabel yang menempel di kulitnya. Cairan di dalam kapsul mulai berubah warna, dari biru menjadi merah muda, seolah mencerminkan perubahan dalam tubuhnya.
"Subjek satu mulai bereaksi," kata salah satu asisten dengan nada cemas. "Tingkat adrenalin dan kortisolnya melonjak!"
"Biarkan dia bereaksi," perintah Dr. Elric tanpa ragu. "Itu tanda bahwa tubuhnya sedang menerima mutasi DNA dengan baik."
Namun, reaksi itu tidak hanya terjadi pada gadis di kapsul pertama. Bayangan di kapsul lain juga mulai menunjukkan gejala serupa. Salah satu dari mereka bahkan mulai mencakar dinding kaca kapsul dengan kuku yang tampaknya memanjang dan berubah menjadi hitam.
"Pak, ini terlalu cepat! Kita harus menghentikannya!" seru asisten lain.
"Jangan hentikan," balas Dr. Elric tegas. "Kita tidak mundur. Mereka adalah masa depan kita. Lima subjek ini adalah kunci untuk menciptakan generasi baru."
---
Di ruangan kontrol utama, di lantai atas laboratorium, seorang pria dengan jas hitam sedang memantau situasi melalui layar besar. Dialah kepala proyek Genovate, seorang pria yang dikenal hanya sebagai Direktur.
Dia berbicara melalui interkom ke arah Dr. Elric. "Bagaimana perkembangan subjek kita, Dokter?"
"Progresnya sesuai rencana, Direktur," jawab Dr. Elric sambil membungkuk hormat, meski tidak bisa melihat wajah atasannya. "Kelima subjek menunjukkan respon positif terhadap gabungan DNA. Jika ini berhasil, kita akan mencapai tujuan utama kita."
Direktur tersenyum tipis. "Bagus. Ingat, kegagalan bukan pilihan. Kelima subjek ini harus bertahan. Mereka adalah prototipe untuk menciptakan manusia yang lebih kuat, lebih cepat, dan lebih pintar."
"Dan apa yang harus kita lakukan jika salah satu dari mereka menunjukkan tanda-tanda penolakan?" tanya Dr. Elric hati-hati.
Direktur menatap layar dengan sorot mata tajam. "Jika ada yang gagal, buang mereka. Tidak ada ruang untuk kelemahan."
---
Sementara itu, di kapsul terakhir, gadis kelima tampak paling tenang dibandingkan yang lain. Namun, monitor di kapsulnya menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Tidak seperti subjek lainnya, tubuhnya tampaknya menolak mutasi DNA yang dipaksakan.
"Subjek lima menunjukkan penolakan total," lapor salah satu asisten dengan nada gugup. "Jika kita memaksakan proses, dia bisa kehilangan kesadaran permanen."
Dr. Elric mendekati kapsul kelima, menatap gadis itu dengan tatapan tajam. "Dia berbeda. Ada sesuatu dalam genetikanya yang membuatnya tidak seperti yang lain. Kita harus menemukan alasannya."
"Tapi, Pak, kalau dia terus menolak..."
"Kita tidak punya waktu untuk keraguan. Teruskan eksperimen," potong Dr. Elric dingin.
Di dalam kapsul, gadis itu mulai bergerak. Wajahnya yang sebelumnya tenang berubah menjadi kesakitan, tetapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Matanya terbuka lebar, menatap langsung ke arah kaca kapsul, seolah tahu ada seseorang yang memperhatikannya.
---
Dr. Elric kembali ke meja kontrol, memeriksa data dari setiap subjek. Ia tahu bahwa eksperimen ini adalah kunci untuk mencapai tujuan Genovate. Tetapi ia juga sadar bahwa mereka sedang berjalan di atas garis tipis antara keberhasilan dan kehancuran.
"Ini baru awal," gumamnya pelan, matanya masih terpaku pada layar. "Dunia akan berubah, dan kita akan menjadi arsiteknya."
Namun, tanpa sepengetahuan mereka, salah satu subjek telah mengirimkan sinyal aneh melalui salah satu alat monitor. Sebuah pesan pendek berhasil lolos dari sistem keamanan laboratorium:
"Tolong aku."
Pesan itu menghilang ke udara, mencari siapa pun yang bisa menemukannya.
Setelah berbagai eksperimen yang terus gagal di laboratorium, Dr. Elric memutuskan untuk mengubah strategi. Lima gadis yang selama ini menjadi subjek utama, termasuk gadis di kapsul kelima, dipindahkan ke lokasi baru yang lebih tersembunyi. Lokasi itu bukanlah fasilitas laboratorium biasa, melainkan sebuah universitas misterius di tengah hutan, yang dikenal oleh penduduk sekitar dengan julukan Campus Vitae.
Universitas itu tampak seperti kampus elit biasa dari luar—dengan bangunan megah, taman yang asri, dan mahasiswa yang terlihat sibuk berkegiatan. Namun, di balik kedok tersebut, universitas ini adalah pusat eksperimen lanjutan dari Genovate, tempat mereka mengintegrasikan proyek genetika dengan aktivitas sosial.
Dr. Elric dan timnya menyamar sebagai akademisi dan staf universitas. Para gadis, yang kondisinya kini lebih stabil namun masih dalam pengawasan ketat, dimasukkan sebagai "mahasiswa baru" untuk mengamuflase keberadaan mereka.
---
Di aula utama universitas, sebuah acara besar diselenggarakan. Para ilmuwan Genovate yang menyamar sebagai pembawa acara memperkenalkan proyek baru mereka dengan topeng "penelitian kesehatan masyarakat".
"Ladies and gentlemen," salah satu ilmuwan berbicara di depan mikrofon dengan penuh percaya diri, "kami hadir di sini untuk memulai inisiatif kesehatan revolusioner. Dalam program ini, kami akan mengambil sampel darah sukarelawan untuk mendukung penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita."
Di antara penonton yang kebanyakan adalah wanita muda, lima gadis subjek eksperimen duduk di barisan depan, terlihat seperti mahasiswa biasa. Namun, mereka diam, wajah mereka kosong tanpa ekspresi. Setiap gerakan mereka diawasi oleh para "dosen" yang sebenarnya adalah ilmuwan yang bertugas menjaga agar mereka tidak mencoba kabur atau membuat keributan.
Gadis di kapsul kelima, yang selama ini menunjukkan penolakan terhadap eksperimen, merasa ada yang aneh. Di dalam dirinya, sesuatu berontak setiap kali ia mendengar kata-kata yang diucapkan oleh para pembicara di depan. Tapi ia tidak berani bicara, apalagi bertindak.
---
Setelah acara selesai, peserta acara, termasuk kelima gadis itu, diarahkan ke ruang klinik universitas. Para staf medis palsu yang sebenarnya ilmuwan Genovate memulai "pengambilan sampel darah". Tapi, di balik prosedur itu, cairan misterius disuntikkan ke tubuh setiap peserta, termasuk gadis-gadis subjek eksperimen.
Cairan itu adalah versi baru dari formula yang pernah digunakan Genovate pada eksperimen mereka di masa lalu. Formulanya didesain untuk mengubah DNA manusia secara perlahan, tanpa langsung menimbulkan efek samping yang mencurigakan.
Namun, bagi gadis di kapsul kelima, tubuhnya merespon berbeda. Saat jarum suntik menembus kulitnya, ia merasakan sesuatu yang asing—seperti gelombang panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Matanya memerah, dan kepalanya mulai berdenyut hebat.
"Tidak apa-apa, ini hanya efek samping biasa," kata salah satu ilmuwan yang menyamar, mencoba menenangkan sambil tetap mencatat reaksi tubuh gadis itu.
---
Di ruangan lain, Dr. Elric berdiri di depan layar monitor besar yang menunjukkan data hasil suntikan yang baru saja dilakukan. Ia tersenyum kecil ketika melihat angka-angka itu—hasilnya terlihat lebih baik daripada yang ia duga.
"Cairan ini adalah peningkatan dari formula tahun 2004," gumamnya kepada asisten di sebelahnya.
"Aspek apa yang diubah dari formula lama?" tanya asisten itu.
"Kami menambahkan komponen baru yang memungkinkan DNA penerima berevolusi lebih cepat. Ini serupa dengan apa yang kami coba lakukan pada Nadira dulu, tetapi dengan pengendalian yang lebih baik," jawab Dr. Elric sambil menatap grafik di layar.
"Aspek reproduksi?"
"Tepat," jawab Dr. Elric. "Formula ini tidak hanya akan mengubah DNA penerima, tetapi juga memengaruhi setiap potensi kehidupan baru yang mereka hasilkan. Bayangkan, generasi mendatang yang sepenuhnya dikendalikan oleh desain genetika kita."
---
Di sudut pikirannya, Dr. Elric teringat pada eksperimen yang dilakukan pada Nadira di tahun 2004. Nadira adalah salah satu subjek pertama yang berhasil melewati tahap awal rekayasa genetika. Namun, hasil akhirnya tak seperti yang mereka duga.
Alih-alih menjadi "sempurna" seperti yang diharapkan, perubahan pada DNA Nadira mengalir ke keturunannya. Dan itulah yang membuat perhatian Genovate beralih ke Liora, yang kini dianggap sebagai "produk yang tidak disengaja namun potensial".
---
Di tengah malam, gadis di kapsul kelima duduk di tepi tempat tidurnya di asrama kampus. Ia merasa tubuhnya mulai berubah, meski tidak terlihat jelas dari luar. Suara di kepalanya terus bergema—seperti bisikan yang mengingatkannya bahwa apa yang terjadi padanya tidak wajar.
Ia tidak tahu bagaimana caranya, tetapi ia yakin harus melawan.
Di kamar sebelah, keempat gadis lainnya juga merasakan hal serupa.
Reverse To The PAST
Tahun 2004, di salah satu universitas terkemuka di negara ini, sebuah program kesehatan reproduksi diluncurkan dengan gemilang. Seminar besar yang diadakan di aula utama kampus itu dipenuhi antusiasme para mahasiswa. Dengan promosi yang tampak mulia—meningkatkan kesadaran akan kesehatan reproduksi wanita—acara ini menarik banyak sukarelawan muda untuk bergabung.
Di antara mereka, Nadira, seorang mahasiswi pascasarjana yang ceria dan penuh semangat, hadir dengan antusias. Ia tidak hanya ingin mendapatkan manfaat dari program ini, tetapi juga ingin mendukung penelitian yang, menurutnya, berpotensi membantu banyak orang. Nadira selalu punya semangat untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.
---
Hari itu, suasana aula besar dipenuhi suara gemuruh diskusi dan tawa ringan para peserta. Di atas panggung, seorang pembicara berjas putih dengan senyum yang tampak ramah membuka acara.
"Terima kasih telah hadir di sini, teman-teman. Program ini adalah langkah pertama untuk memahami lebih baik kesehatan reproduksi dan bagaimana kita bisa mendukung generasi masa depan," ucap pembicara itu, penuh semangat.
Setelah sesi seminar yang singkat namun menarik, para peserta diarahkan ke ruang pemeriksaan di sisi lain kampus. Para petugas medis—yang ternyata adalah ilmuwan dari Genovate yang menyamar—mulai memproses para sukarelawan.
"Pemeriksaan ini sederhana saja," kata seorang petugas medis dengan senyum lembut kepada Nadira. "Kami hanya akan mengambil sampel darah untuk penelitian kami. Tidak akan lama."
Nadira, seperti peserta lainnya, dengan sukarela mengikuti prosedur itu tanpa curiga. Ia membiarkan lengan kirinya digenggam oleh petugas medis, jarum kecil menembus kulitnya, mengalirkan darah ke dalam tabung steril. Namun, yang tidak diketahui Nadira, jarum yang sama juga menyuntikkan cairan misterius ke tubuhnya.
---
Vita-Serum 1.0: Awal Eksperimen Genovate
Cairan yang dikenal sebagai Vita-Serum 1.0 adalah formula eksperimen yang dikembangkan secara rahasia oleh Genovate. Cairan ini dirancang untuk mengubah DNA penerimanya secara perlahan, tanpa menimbulkan kecurigaan. Kandungan dalam cairan ini terdiri dari:
1. DNA Rekombinan: Materi genetika hasil manipulasi yang diambil dari spesies tertentu, dirancang untuk memberikan ketahanan fisik dan regenerasi sel lebih cepat.
2. Katalis Biologis: Senyawa yang membantu proses mutasi genetik berjalan tanpa memicu reaksi penolakan dari sistem imun tubuh.
3. Enzim Modifikasi Seluler: Zat yang mendorong tubuh untuk mempercepat pembentukan jaringan baru, memungkinkan perubahan terjadi secara bertahap.
4. Komponen Rahasia: Elemen eksklusif yang hanya diketahui oleh jajaran tertinggi Genovate, diklaim sebagai kunci untuk menciptakan "manusia sempurna."
Cairan itu bekerja tanpa menimbulkan efek langsung yang mencolok. Awalnya, penerima hanya akan merasakan gejala ringan seperti kelelahan atau demam ringan, sementara tubuhnya mulai mengalami perubahan genetik secara perlahan.
---
Beberapa minggu setelah program selesai, Nadira mulai merasakan perubahan kecil pada tubuhnya. Kadang-kadang ia merasa lebih lelah dari biasanya, tapi anehnya, tubuhnya juga pulih lebih cepat dari sakit ringan yang ia alami.
Bekas luka kecil yang biasanya membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk sembuh kini hanya butuh beberapa hari, bahkan jam. Namun, Nadira tidak terlalu memikirkannya. Ia menganggap itu mungkin karena gaya hidup sehatnya—makan teratur dan cukup olahraga.
Namun, gejala itu perlahan semakin terasa. Kadang, ia terbangun di tengah malam dengan napas terengah-engah, merasa seperti baru saja mengalami mimpi buruk meski ia tidak bisa mengingat apa-apa.
---
Malam-malamnya mulai dipenuhi mimpi aneh. Dalam mimpinya, Nadira merasa berada di tempat gelap, dikelilingi oleh sosok-sosok bayangan yang tidak sepenuhnya manusia. Suara-suara berbisik di telinganya, meski ia tidak bisa memahami apa yang mereka katakan.
Di lain waktu, ia melihat dirinya berjalan di sebuah ruang laboratorium besar, dengan tabung-tabung kaca raksasa yang berisi cairan aneh. Ia melihat sesuatu di dalam tabung itu, sesuatu yang tampak hidup tapi bukan manusia.
"Apa arti semua ini ?" gumamnya setiap kali terbangun, keringat dingin membasahi dahinya.
Di siang hari, tubuhnya mulai menunjukkan hal-hal yang lebih mencurigakan. Ia merasa lebih kuat dari biasanya, bahkan mampu mengangkat beban yang sebelumnya terasa terlalu berat. Namun, setiap kali ia mencoba menceritakan hal ini kepada temannya, mereka hanya tertawa dan menyuruhnya untuk istirahat lebih banyak.
---
Di balik layar, para ilmuwan Genovate terus memantau setiap perkembangan dari para sukarelawan, termasuk Nadira. Setiap data yang mereka kumpulkan dari pemeriksaan berkala menunjukkan bahwa Nadira adalah salah satu subjek yang paling kompatibel dengan formula Vita-Serum 1.0.
"Subjek ini menunjukkan hasil luar biasa," kata Dr. Elric sambil menunjukkan grafik kepada timnya. "Proses mutasinya berjalan lebih cepat dibandingkan yang lain. Dia adalah kandidat ideal untuk eksperimen tahap lanjut."
Namun, perubahan pada Nadira tidak sepenuhnya sempurna. Tubuhnya mulai menunjukkan gejala yang tidak biasa, sesuatu yang bahkan tim Genovate tidak sepenuhnya pahami.
"Kita harus memantau ini lebih dekat," lanjut Dr. Elric. "Jika berhasil, dia bisa menjadi dasar dari generasi manusia baru. Jika gagal... ya, itu adalah risiko yang harus kita terima."
---
Nadira tidak pernah tahu bahwa tubuhnya menjadi subjek eksperimen besar yang bisa mengubah takdir banyak orang, termasuk keturunannya. Cairan yang disuntikkan ke tubuhnya diam-diam mengubah DNA-nya, dan dengan kehamilan yang mulai berkembang dalam tubuhnya, perubahan itu akan diteruskan ke janin yang ia kandung.
Namun, bagi Nadira, semuanya tampak seperti kebetulan belaka. Ia terus menjalani hidupnya tanpa menyadari bahwa dirinya telah menjadi bagian dari eksperimen besar yang akan mengubah hidupnya, dan kehidupan anaknya.
BACK TO THE FUTURE
Tahun 2022, di laboratorium rahasia milik Genovate, pintu ruangan eksperimen utama terbuka perlahan. Di dalam, lima kapsul kaca yang dulu penuh dengan cairan biru kini kosong. Lima gadis yang menjadi subjek eksperimen terakhir berdiri di tengah ruangan, tubuh mereka bercahaya di bawah lampu neon.
Mereka bukan lagi manusia biasa.
---
Kelima gadis itu berubah menjadi sosok yang memukau. Paras mereka seolah diukir dengan sempurna, seperti patung seni yang hidup. Kulit mereka bersinar sehat, tubuh mereka ideal, dan mata mereka memancarkan kecerdasan yang tak biasa. Namun, yang paling mencolok adalah aura yang mereka pancarkan—campuran kecantikan yang memikat dan kekuatan yang tak terbantahkan.
Salah satu dari mereka mengangkat tangan, memperhatikan jari-jarinya yang lentik. "Apa ini...?" gumamnya, suaranya lembut tapi penuh keheranan.
"Aku merasa... luar biasa," ujar gadis lain sambil menyentuh wajahnya sendiri.
Yang ketiga, yang terlihat paling tenang, menatap ke cermin besar di ruangan itu. Ia melihat bayangan dirinya yang baru, namun tanpa rasa familiar. Ia bergumam, "Aku... siapa?"
Mereka berlima saling menatap, dan meski wajah mereka dipenuhi rasa takjub, di dalam kepala mereka kosong. Tidak ada ingatan tentang siapa mereka sebelumnya, tidak ada kenangan masa lalu.
Dr. Elric melangkah masuk ke ruangan, diikuti oleh Direktur Genovate. Melihat kelima gadis itu berdiri tegak seperti mahakarya yang selesai dipahat, Dr. Elric tersenyum bangga.
"Kalian sempurna," katanya dengan nada puas. "Eksperimen ini adalah bukti bahwa kita telah melampaui batas manusia biasa."
Salah satu gadis menatap Dr. Elric dengan rasa ingin tahu yang dalam. "Apa yang terjadi pada kami? Mengapa kami berubah seperti ini?"
"Karena kalian dipilih," jawab Direktur, langkahnya mantap mendekati mereka. "Kalian adalah masa depan umat manusia. Tidak perlu mengingat masa lalu. Yang penting adalah kalian ada di sini sekarang, lebih baik dari sebelumnya."
Anehnya, kelima gadis itu tidak merasa takut atau marah. Sebaliknya, mereka merasakan rasa syukur yang aneh.
"Terima kasih..." salah satu dari mereka berkata pelan.
"Ya," gadis lain menambahkan, senyumnya tipis. "Terima kasih telah menjadikan kami seperti ini."
Dr. Elric dan Direktur saling bertukar pandang. Tidak ada perlawanan, tidak ada penolakan. Eksperimen ini adalah keberhasilan mutlak.
---
Setelah keberhasilan eksperimen ini, Dr. Elric langsung melanjutkan proyek berikutnya. Ia menyebutnya Proyek Eternum, sebuah struktur genetik baru yang memungkinkan janin bertahan hidup selamanya.
Dalam ruang rapat yang penuh dengan ilmuwan Genovate, Dr. Elric mempresentasikan ide briliannya. Di layar besar, ia menunjukkan diagram janin dengan kode DNA yang telah dimodifikasi.
"Dengan struktur baru ini," katanya, menunjuk ke gambar di layar, "kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya sempurna, tetapi juga abadi. Janin akan tumbuh dan berkembang tanpa batas waktu, dengan kemampuan adaptasi yang melampaui makhluk hidup mana pun."
Salah satu ilmuwan mengangkat tangan, ragu-ragu. "Tapi, Dr. Elric, bagaimana kita memastikan janin ini tidak mengalami mutasi berbahaya dalam jangka panjang?"
"Kita sudah memprediksi itu," jawab Elric tegas. "Setiap kalkulasi sudah diperhitungkan. Struktur DNA ini akan tetap stabil, bahkan jika melewati beberapa generasi."
Para ilmuwan lainnya tampak terkesan. Direktur Genovate, yang duduk di ujung meja, mengangguk puas. "Bagus, Elric. Kita lanjutkan. Tapi ingat, kita butuh lebih banyak sukarelawan untuk program ini. Seperti biasa, universitas adalah target utama kita."
---
Beberapa minggu kemudian, di sebuah universitas di pinggiran kota, sebuah acara kesehatan reproduksi kembali digelar. Genovate, seperti biasa, menyusup dengan menyamar sebagai penyelenggara acara. Dengan tema yang tampak mulia dan edukatif, mereka menarik perhatian para mahasiswa muda untuk ikut serta.
"Jangan lewatkan kesempatan ini," kata salah satu pembicara di atas panggung. "Kami menyediakan pemeriksaan gratis untuk kesehatan reproduksi, termasuk konsultasi dan pengambilan sampel darah. Ini adalah langkah kecil yang bisa kalian ambil untuk mendukung masa depan yang lebih baik."
Di antara peserta yang datang, ada puluhan wanita muda, semuanya tersenyum ceria tanpa mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi. Di balik klinik sementara yang disediakan, para ilmuwan Genovate dengan hati-hati mempersiapkan formula baru yang akan disuntikkan ke para sukarelawan.
---
Di laboratorium utama Genovate, kelima gadis yang telah berhasil diubah menjadi "sempurna" kini menjadi bagian dari organisasi. Mereka tidak hanya menjadi subjek eksperimen, tetapi juga alat untuk memikat lebih banyak sukarelawan. Dengan wajah cantik dan kecerdasan luar biasa, mereka tampil di acara-acara sebagai duta program kesehatan reproduksi, menarik perhatian dan kepercayaan publik.
Siklus eksperimen terus berjalan, dan Genovate semakin mendekati ambisi tertingginya yaitu menciptakan generasi baru umat manusia yang sempurna dan abadi.
ON THE OTHER SIDE, BACK TO THE PAST
Pada Tahun 2004 Dunia sedang memasuki era baru revolusi teknologi dan genetika. Di balik layar kemajuan ini, berdirilah Fopuveria Foundation, sebuah organisasi yang bergerak dalam penelitian genetika dan teknologi dengan prinsip etika yang ketat. Tidak seperti organisasi rahasia seperti Genovate, Fopuveria Foundation percaya pada inovasi yang tidak melanggar moral atau merugikan manusia.
Di balik fondasi kokoh organisasi ini adalah Arya, seorang ilmuwan visioner dengan dedikasi tanpa batas. Namun, kehadirannya sebagai pemimpin Fopuveria Foundation tidak pernah diketahui oleh istrinya, Nadira.
---
Fopuveria Foundation didirikan dengan tujuan besar: memanfaatkan potensi genetika untuk menciptakan solusi nyata bagi masalah-masalah kompleks umat manusia. Dari pengobatan penyakit genetik hingga pengembangan kecerdasan buatan yang mendukung peradaban, Fopuveria percaya pada pendekatan yang berbasis logika, keilmuan, dan, yang terpenting, kemanusiaan.
Arya, yang sebelumnya dikenal sebagai ilmuwan jenius dengan banyak penghargaan internasional, diam-diam menjadi pendiri dan pemimpin organisasi ini. Di laboratorium Fopuveria, yang tersembunyi di sebuah lokasi terpencil, ia memimpin tim ilmuwan terbaik dari berbagai negara.
Salah satu proyek pertama Fopuveria adalah Project Helix, sebuah penelitian untuk mengembangkan kecerdasan buatan yang sepenuhnya otonom namun tetap terikat pada etika manusia. Tim Arya percaya bahwa kecerdasan buatan bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat jika dikembangkan dengan pengawasan moral yang ketat.
"Bukan kekuatan, tapi keseimbangan," kata Arya dalam salah satu pertemuan awal tim. "Fopuveria berdiri untuk memastikan sains melayani manusia, bukan sebaliknya."
---
Meskipun Arya menjalani kehidupan ganda, ia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda keraguan. Di rumah, ia adalah suami yang perhatian dan ayah yang penuh kasih bagi Nadira. Namun, di balik setiap perjalanan bisnis yang ia klaim sebagai bagian dari pekerjaannya, ia sebenarnya sedang mengawasi proyek-proyek besar Fopuveria.
Pada suatu malam, Arya memimpin diskusi intens dengan timnya di ruang rapat utama Fopuveria. Di layar besar, grafik dan data tentang struktur genetika manusia diproyeksikan, menunjukkan kemajuan yang telah mereka buat dalam beberapa bulan terakhir.
"Saya ingin kita berfokus pada pengembangan kecerdasan genetik," kata Arya. "Bayangkan jika kita bisa mengaktifkan potensi otak manusia secara penuh, tanpa manipulasi keji. Tidak ada suntikan. Tidak ada paksaan. Hanya membantu tubuh manusia mencapai potensi terbaiknya."
Timnya mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa Arya memiliki visi yang jauh lebih besar daripada sekadar membuat inovasi; ia ingin menciptakan perubahan yang bermakna tanpa melibatkan kekejaman atau eksploitasi.
---
Di sisi lain, Nadira tidak pernah tahu apa yang sebenarnya dikerjakan suaminya. Arya selalu menjaga rahasianya rapat-rapat, khawatir jika Nadira mengetahui kebenaran, ia akan merasa tertekan atau tidak setuju.
Namun, ada momen-momen kecil yang terkadang membuat Nadira curiga. Seperti ketika Arya berbicara di telepon dengan suara pelan di malam hari, atau ketika ia membawa pulang dokumen yang tidak pernah diperlihatkan kepada Nadira.
"Arya, kamu kerja apa sih sebenarnya?" tanya Nadira suatu malam, saat mereka sedang makan malam bersama.
Arya tersenyum, berusaha mengalihkan perhatian. "Cuma proyek kecil di luar kota. Nggak terlalu penting."
Namun, Nadira merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya.
---
Di bawah kepemimpinan Arya, Fopuveria Foundation mulai dikenal sebagai salah satu organisasi penelitian paling inovatif di dunia. Salah satu terobosan terbesar mereka adalah pengembangan NeuroCore, sebuah kecerdasan buatan yang mampu memecahkan masalah kompleks di bidang medis.
NeuroCore, meski sepenuhnya otonom, dirancang untuk bekerja dalam batas-batas etika yang ditentukan oleh manusia. Dengan bantuan sistem ini, Fopuveria berhasil menemukan solusi untuk beberapa penyakit genetik yang sebelumnya dianggap tidak dapat disembuhkan.
Namun, Arya tahu bahwa pekerjaan ini akan membawa perhatian dari pihak-pihak yang memiliki niat jahat. Salah satunya adalah Genovate, organisasi yang diam-diam ia pantau selama bertahun-tahun.
"Genovate bergerak cepat, tapi tanpa etika," kata Arya dalam salah satu pertemuan internal Fopuveria. "Mereka akan menghancurkan semua yang kita bangun jika kita tidak waspada."
---
Pada suatu malam, ketika Arya sedang bekerja di ruang pribadinya, Nadira secara tidak sengaja menemukan dokumen dengan logo Fopuveria Foundation di meja kerja Arya. Ia membuka dokumen itu dan terkejut melihat nama Arya tertera sebagai direktur utama.
"Arya... ini apa?" tanya Nadira, suaranya gemetar.
Arya, yang baru saja kembali dari rapat virtual, terpaku sejenak. Ia tahu saat ini pasti akan datang, tapi ia tidak menyangka akan terjadi secepat ini.
"Nadira, aku bisa jelaskan," katanya, mencoba tenang.
"Kamu pemimpin Fopuveria Foundation?" Nadira menatap suaminya dengan campuran keterkejutan dan rasa tidak percaya.
Arya mengangguk. "Aku memang tidak pernah cerita karena aku tidak ingin kamu khawatir. Aku ingin melindungimu dari tekanan dunia ini."
"Tekanan apa, Arya? Apa yang sebenarnya kamu lakukan?"
Arya duduk di hadapan Nadira dan mulai menjelaskan segalanya—tentang Fopuveria, tujuannya, dan bagaimana ia berusaha memastikan bahwa sains tetap berada di jalan yang benar.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa dunia ini punya masa depan yang lebih baik," katanya, suaranya penuh ketulusan. "Tapi aku tidak ingin kamu ikut terlibat dalam hal ini."
Nadira terdiam lama, mencoba mencerna semua yang baru saja ia dengar. Di satu sisi, ia merasa marah karena suaminya merahasiakan ini selama bertahun-tahun. Tapi di sisi lain, ia merasa bangga karena Arya memilih jalan yang benar.
"Aku ingin tahu lebih banyak," kata Nadira akhirnya. "Jika kamu percaya padaku, kamu harus jujur mulai sekarang."
Arya mengangguk dan menyadari bahwa rahasianya tidak bisa lagi disembunyikan.