"Sepahit apa pun akan aku dengar dan aku terima," kalimatnya sekali lagi membuat hyuga pratama terkejut bukan main.
Leandra tak pernah seperti ini. dia tak akan memberi kesempatan siapapun bernegosiasi.
pemuda ini kacau sejak awal, dan itu bukan murni kesalahan leandra. melainkan kesalahan dirinya sebagai ayah.
Hyuga tak punya nyali untuk membuka kenyataan tentang apa yang terjadi pada Leandra hingga masa kecilnya hilang dari ingatan. tuntutan leandra akan pengetahuan tentang masa lalu menjelma menjadi kemarahan dan Hyuga tak bisa berbuat banyak.
"Mau pulang ke rumah ayah?" ragu dan sangat tak yakin Leandra akan berkata 'iya' sampai mata lelaki perlente itu mengerjap sesaat.
"jadi kamu sudah merasa punya rumah disini?" Leandra menodongkan kekecewaan yang nyata. Bagaimana bisa ayahnya merasa dia memiliki tempat pulang? lalu bagaimana dengan rumah keluarga bazan yang berdiri megah tersembunyi di tengah pusat kota metropolitan, jakarta.
"Dalam hidup ayah, baru ini ayah punya rumah," kalimatnya aneh. sungguh Leandra belum mengerti maksudnya.
Tetapi lelaki ini berusaha berjalan lebih dekat pada Leandra dia berusaha meraih pundak leandra dan menepuknya, mengusabnya memberinya sentuhan untuk menyakinkan.
Pemuda kacau ini mundur selangkah, menghindari ayahnya.
"Kau bisa lakukan apa saja di sana, bahkan jika kamu ingin memakiku, lakukan saja, tapi tidak di rumah orang," ungkapan hyuga membuat Leandra bergeming.
Dan lelaki perlente ini memimpin langkah keluar ruangan. Sampai di ambang pintu dia berbalik, "Ayo,"
'memburu ketidakpastian,' andai dia tak memiliki niat ini di hatinya mungkin Leandra memilih melompat melalui jendela yang terbuka, tempat ayahnya tadi berdiri sebelum menyambut kedatangannya.
Kolam ikan koi yang menampilkan air mancur, ornamennya tersusun hingga ujung tembok tinggi yang mengelilingi rumah Prof Manuel Samin. sangat bisa untuk Leandra memanjatnya, seperti salah satu aktivitas olah raga pemacu adrenalin yang dia sukai, panjat tebing, atau wall climbing.
Menatap lamat dinding di depannya, langkah kakinya hendak kesana. Anehnya wajah gadis itu muncul kembali. gadis yang tak bisa membeli insulin seharga seratus ribuan untuk neneknya.
Insulin yang di ketahui leandra harus di suntikan pada tubuh perempuan ringkih tersebut dua kali dalam sehari dan gadis itu tak mampu memenuhinya. menjual perhiasan yang melekat di tubuhnya. Kemirisan itu menyayatnya.
Dan mendorong leandra untuk membalik tubuhnya. merelakan keegoisannya luntur, dan menyambut wajah ayahnya yang berubah sumringah sebab dia memberi ruang lelaki itu untuk membawanya ke suatu tempat yang dia sebut sebagai rumah baru. tempat pulang yang baru.
Martin tercengang mantap keberadaan Hyuga di rumah kakaknya dan lebih tercengang lagi melihat Leandra berjalan di belakang lelaki itu. mengikuti langkah Hyuga.
.
.
"apa yang terjadi kak?" ini suara martin untuk Prof samin. Prof samin sekedar mengangkat bahunya kala lelaki itu menanggapi adiknya.
"Tunggu! kamu membeli mobilku," Martin memburu kakaknya yang masuk ke dalam ruang tengah, "memintaku membawanya ke Surabaya dan berjanji akan mengganti toyota Rush ku dengan Fortuner, jangan-jangan...," martin tak sanggup melanjutkan temuan yang sudah terpampang nyata di kepalanya.
"ya," Prof Samin membuka kulkas meraih air putih dan menuangkannya pada gelas, "apa yang kamu pikirkan benar adanya," menyerahkan air dalam kaca bening tersebut pada martin supaya pemuda itu mengisi tenaganya sebelum pergulatan mereka.
"Cih! aku tak menyangka kakak punya pribadi serendah ini, anda penghianat prof samin!" hina Martin.
"Aku dosen, aku berurusan dengan mahasiswa berandal seperti kalian, tidak satu, dua orang, banyak! tak terhitung," dia yang bicara menuang minuman di atas gelas untuk dirinya sendiri kali ini, "mari kita pikirkan ini dengan matang," prof samin menarik kursi, lalu duduk dan meneguk air putih di tangannya, "coba berpikir tentang proyeksi kedepan,"
Prof Samin belum berhasil membuat martin duduk dan diskusi dengan dirinya, Martin masih saja berdiri. sebab martin tahu, sekalinya dia duduk dia akan mendapatkan kuliah umum dan lebih parah dari itu, bisa-bisa logika berpikirnya di acak-acak lelaki yang menyandang dosen senior institut kenamaan kota ini.
"pikirkan saja Martin!" keluh prof Samin.
"nggak ah! malas," martin meletakkan gelas di tangannya, mengabaikan permintaan kakaknya.
Dan pria berkacamata bergelar Profesor itu terkekeh, "satu tahun dari sekarang, andai temanmu itu tak mencoba kembali pada keluarganya, dia akan berakhir seperti anak jalanan yang tak punya masa depan, kamu ingin temanmu hidup seperti itu?" langkah martin terhenti sebab ungkapan kakaknya.
"Seorang ayah datang pada ku, sebab dia tahu aku kakakmu, dan dia tahu kau adalah sahabat paling di percaya Leandra," ujar prof Samin berikutnya, "lalu aku harus bagaimana?" Martin berbalik menatap sang kakak, "tentu saja mulutku tak bisa berkata tidak. anak-anak muda yang masih bisa diselamatkan masa depannya harus kita peluk, sebelum segalanya terlambat, berusahalah berpikir ke depan, jangka panjang, jangan hanya melihat hari ini," pria berkacamata itu meneguk habis sisa air putih di gelas. dia turun dari kursinya. melangkah menuju adik bungsunya, pemuda yang lebih kecil kelopak matanya dari pada dia sendiri.
"aku menemukan satu pemahaman baru setelah mempelajari Futurologi [1]," ujar dosen perkapalan.
'apa lagi ini,' batin martin, sadar dia akan di bawa ke ruangan yang di penuhi buku buku tebal sebab kakaknya berjalan ke arah perpustakaan mininya berada,
"memprediksi masa depan kita sebagai makhluk di bumi atau dalam struktur paling sederhana, terapan futurologi bisa kita tarik hingga pada aspek mempelajari apa yang akan terjadi pada hidup kita setahun, dua tahun bahkan puluhan tahun mendatang, dengan memahami pola habit yang kita sehari-hari. sangat bisa, sangat penting, dan wajib bagi kita memproyeksikan hidup kita mendatang. Sampai kita tahu, jadi manusia macam apa kita kedepan. kalau perlu kita bisa merubah beberapa kebiasaan buruk kita sekarang, sebelum kita menyesal nanti,"
"Huuh," ini nafas penyesalan Martin, sial sekali martin detik ini, mengapa dia tak bisa beranjak pergi saja tadi. memberi kakaknya ruang bicara di antara mereka. Sama saja ia harus menerima kuliah spektakuler sang kakak yang seharusnya berjalan satu SKS.
"So!" Dia meraih buku tebal di ujung rak buku yang penuh sesak, "mungkin ini masih cocoklogi, tapi bukan absurd, aku punya projects baru yang menarik tentang ilmu Futurologi yang di kombinasikan dengan habit manusia,"
'dia mulai gila,' Martin hanya mampu membatinnya saja.
[1] Futurologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masa depan, antara lain mempelajari segala prognosa ilmiah tentang situasi dan kondisi masa mendatang di segala bidang, berdasarkan perkembangan situasi masa kini.
.
.
Hello sahabat, bantu saya dengan memberi komentar terbaik anda
Masukan pada perpustakaan
Peringatan! Jika buku ini berhenti update DM saya di Instagram
Sampai jumpa di hari yang indah
Nama Pena: dewisetyaningrat
IG & FB: @bluehadyan