webnovel

From Zero to Five Star (Indonesia)

“Apa kau menginginkan kekuatan?” Rio yang seorang Zero Star menerima tawaran dari The Devil. Tawaran itu memberikannya kekuatan untuk bertarung melawan Arcdemon, monster yang meneror umat manusia. Tapi ada satu syarat untuk mendapatkan kekuatannya, yaitu harus ada pengorbanan yang harus dilakukan. Dunia dimana Ksatria perwakilan manusia, Aditya, dan monster dari dimensi lain, Arcdemon, bertarung untuk memperebutkan bumi. Rio Nugraha harus menjadi yang terkuat tanpa harus mengandalkan kekuatan Devil untuk mengakhiri penderitaan umat manusia.

Chad_Farmer · Aktion
Zu wenig Bewertungen
10 Chs

Zero Star Aditya

Ep 04 – Zero Star Aditya

Semuanya berjalan dengan lancar. Rio melakukan tugasnya sebagai Defender dengan baik. Rekan-rekannya juga berkolaborasi dengan Rio dengan baik.

'Ternyata mereka semua cukup ahli dalam bertarung.'

Setelah bergabungnya Rio dalam pertarungan semua jadi lebih mudah. Itulah yang terjadi sebelum Arcdemon terakhir dikalahkan.

"Hei, Zero, sebelah sini!"

Rio langsung berpindah tempat ke rekan yang berhadapan dengan Arcdemon terakhir.

Rio mendorong rekannya itu yang akan diserang dan menangkis serangan Arcdemon.

Serangan Arcdemon satu itu cukup kuat dan membuat pijakan Rio tergempar, membuat bekas hancur cukup lebar.

Rio menahan satu serangan. Lalu berusaha menghindar satu serangan lagi. Namun apa yang dia tunggu tak kunjung datang.

"Hei, apa yang kalian tunggu!?"

Rio menoleh ke belakang hanya untuk menemukan dia ditinggal sendirian di situ.

Angin dingin malam menusuk tubuhnya. Seolah semua itu hanya mimpi. Akan tetapi serangan Arcdemon selanjutnya mendorongnya cukup kuat sampai menabrak dinding yang membangunkannya dari ketidakpercayaan.

'Apa yang terjadi? Bukannya seharusnya mereka masih ada di belakangku tadi? Apa ada serangan lain yang sanggup menghabisi mereka semua?'

Berbagai macam pikiran negatif datang ke kepala yang membuat kewaspadaan Rio menjadi lebih tajam.

Namun di balik itu.

"Hei, ayo bertaruh sampai kapan dia bisa bertahan?"

"Haha, ide yang bagus. Aku bertaruh sepuluh menit untuk 100 dolar."

"Sepuluh menit? Apa kau yakin? Dia memang non-elemental, tapi dia otak otot yang selalu melatih kekuatan fisiknya. Aku bertaruh lima belas menit."

Seluruh Offense Class yang seharusnya bertugas untuk menghabisi Arcdemon sedang melakukan apa yang dinamakan istirahat dengan mendobrak masuk ke salah satu rumah warga pemukiman dan menjarah makanan mereka.

"Aku sangat kasihan dengannya. Pasti saat ini dia berpikir, 'oh tidak, apa ada serangan tak terlihat yang menghabisi mereka semua?', buahahaha!"

"Ha ha ha ha! Kalau dia memang berpikiran begitu, dia pasti sangat bodoh! Mana ada Arcdemon yang bisa menghabisi tujuh unit Aditya sekaligus. Apalagi melakukannya tanpa suara. Benarkan, bos?"

Pemimpin regu, Trek, terbangun dari bengongnya.

"Huh? Uh, yeah."

"Ada apa bos, kenapa kau tiba-tiba jadi tak bersemangat begitu?"

Trek meneguk minuman sekali sebelum menjawab.

"Yahh, apa kau tahu kenapa hanya ada lima Five Star Aditya dalam kesatuan?"

Dua orang yang bersama pempimpin regu melihat satu sama lain, merasa bingung.

"Tentu saja karena mereka lebih kuat dari kita?"

"Karena mereka Five Star, jadi jumlahnya hanya ada lima, ha ha ha!"

"Hanya itu?"

"Memangnya ada lagi alasan lain?"

Trek menghela nafas, "Kalau begitu kenapa mereka semua diletakkan di atas kalau tak ada Arcdemon yang kuat untuk dilawan. Walaupun portal berkesulitan Nightmare sekalipun, tak ada satupun Arcdemon yang cukup tangguh untuk tak bisa dihabisi."

"Benar juga."

"Saat ini hanya ada empat kesulitan di setiap portal yang terbuka. Pertama Cruel, kedua Savage, ketiga Insane, keempat Nightmare."

Dari ketiga yang terendah dari kesulitan itu semua Aditya bintang berapapun bisa berpartisipasi.

"Kecuali," suara Trek mengheningkan suasana, "kalaupun Five Star Aditya masuk ke dalam medan pertempuran, hanya Sidekick mereka, Four Star Aditya yang boleh ikut bertarung. Sedangkan Aditya dengan bintang di bawah mereka tak diijinkan untuk masuk. Itu seperti ada satu lagi kesulitan yang tak boleh Aditya Bintang Dua seperti kita untuk masuki. Bukannya begitu?"

Akhirnya dua anak buah Trek bisa menangkap apa yang ingin dia sampaikan.

"Apa itu berarti ada portal dengan kesulitan yang hanya bisa diatasi oleh Four dan Five Star Aditya?"

"Entahlah, itu masih analisisku sendiri yang tak berdasar data yang pasti. Jadi kau bisa anggap perkataanku omong kosong atau apapun."

Trek bangkit dari duduknya setelah menyelesaikan makan.

"Baiklah. Sudah sepuluh menit lebih, sekarang waktunya untuk melihat keadaan Defender Class kita."

Seluruh Offense Class yang ada di ruangan lain mengikuti pemimpin regu mereka dan berjalan keluar.

Sampai di luar mereka melompat ke atas bangunan untuk mendapatkan pemandangan yang lebih jelas.

"Hei-hei, dia masih bertahan loh."

"Hahaha, lihat itu, sudah kubilang bukan."

"Sial, hilang sudah 100 dolarku."

Dari atas mereka bisa melihat pemandangan yang cukup menyenangkan hati dan memuaskan pikiran.

"Lihat dia, berusaha menyerang walaupun serangannya percuma."

Dari bawah sana, Rio berusaha untuk kuat. Walaupun dia mendapatkan luka yang cukup parah di beberapa bagian. Ditambah seluruh tubuhnya sudah tertutupi oleh debu dan tanah.

"Bagaimana, bos? Apa kita akan menolongnya?"

Trek yang senang dengan pemandangan dari atas itu tersenyum kejam.

"Sepuluh menit lagi."

"Hahaha! Jadi kita akan biarkan dia lagi untuk sepuluh menit ke depan. Kau benar-benar kejam, bos."

Dari jarak yang cukup jauh Rio memang tak bisa mendengar tawa mereka, tapi hanya dengan menatap dia tahu, kalau dia sedang melawan tak hanya satu, tapi tujuh monster.

'Sialan!'

Meskipun begitu, tak ada yang bisa dia lakukan selain mencoba untuk tetap bertahan sampai bantuan datang.

Serangan bertubi-tubi dari Arcdemon terus diluncurkan. Sewaktu Rio mencoba untuk lari, dengan cepat Arcdemon melompat dan menyerangnya. Benar-benar tak ada jalan untuk keluar dari kondisi itu.

'Terkutuk kalian. Sampah. Sebaiknya kalian saja yang mati.'

Untuk mendapatkan kekuatan lebih, Rio mencari-cari alasan untuk tetap bertahan.

"HAA!"

Rio mengayun pedangnya dan memukul Arcdemon sangat kuat. Sampai pijakan kaki Arcdemon menghancurkan tanah di sekelilingnya.

Namun sayang, setelah abu menghilang dari wajah Arcdemon, dia masih tersenyum dengan bangga karena serangan Rio benar-benar tak mempan padanya.

'Mampus aku.'

Arcdemon membalas dengan memukul Rio dengan kuat dan mendorongnya sampai menjebol dua rumah di belakangnya.

Dari kejauhan, kelompok Offense Class tertawa keras.

"Buahahaha! Dia benar-benar bodoh!"

"Padahal cuma Zero Star, tapi berusaha menyerang!"

Rio tak bangkit selama beberapa menit. Meskipun begitu, Arcdemon tak memiliki niatan untuk berpaling darinya. Dari situ, Arcdemon mulai menyepak Rio yang tergeletak di tanah.

"Apa dia sudah mati?"

"Tidak, Arcdemon dapat mendeteksi kehidupan manusia. Jadi dia takkan berpaling kalau orang itu sudah mati," jawab Trek.

Memang benar, Arcdemon yang merupakan monster pemakan manusia takkan melepaskan mangsanya begitu saja yang masih hidup. Karena itu dia tak berhenti menyerang Rio sampai dia mati.

Meskipun begitu, alasan kenapa Rio tak bangkit adalah, sepakan Arcdemon tak sekuat pukulannya, jadi kalau dia fokus dengan menguatkan tubuhnya, dia mungkin akan bertahan sampai bantuan datang.

"Hahaha, sayang sekali, 20 menit sudah lewat, tebakanmu juga salah."

"Sialan, kuat juga dia."

Tanpa sadar, dua puluh menit sudah berlalu.

"Hei bos, dua puluh menit sudah berlalu."

"Lalu?"

"Lalu?"

"Memangnya ada kubilang kalau setelah dua puluh menit kita akan menolongnya?"

Seluruh anak buah Trek terkejut dengan kekejaman bos mereka. Lalu setelahnya,

"Buahahahaha!"

"Ahahaha! Jadi kita benar-benar akan membiarkannya mati!"

"Kasihan juga dia. Padahal cuma Zero Star!"

"Karena dia Zero Star itulah, aku muak dengan tingkah sok heroiknya. Padahal dia tak bisa menghabisi Arcdemon sendirian, tapi sok memerintah. Makan itu, The Fool."