Musim Semi, 1349
3,5 Bulan Setelah Eksekusi Ratu Alatariel
Pria berjubah biru segera mengendong jasad warga desa itu ke balai desa Kaliko dan meletakkannya di tengah pendopo. Begitu selesai, dia pergi melewati jalanan yang sepi. Setelah kondisi di rasa aman, dia membuka cadarnya. Ternyata pria berjubah biru yang membeli cairan sarin dan membunuh seorang warga desa adalah Yudanta, anggota Tim Akas.
Yudanta kembali ke markas Tim Akas yang ada di Istana Tirtanu. Ada banyak prajurit di sana termasuk Xavier dan Raefal. Karena sudah dini hari, hampir semua prajurit tidur kecuali yang dapat piket jaga.
"Hai Yudanta, dari mana saja kau?" tanya Xavier yang kebetulan sedang berjaga bersama Raefal.
"Aku dari rumah orang tuaku. Ini oleh-olehnya", jawab Yudanta sambil memberikan beberapa cemilan.
"Kenapa bajumu kotor banget?" tanya Raefal.
"Kalian tahu kan kalau orang tuaku nelayan? Tadi aku ikut memindahkan tong ikan dari kapal ke darat. Apesnya, aku lupa tidak membawa baju ganti. Inilah hasilnya", jawab Yudanta.
"Sudah dengar gosip terbaru?" tanya Xavier.
"Gosip apa dulu nih?" Yudanta tanya balik.
"Sebentar lagi, ketua tim kita akan dipromosikan jadi jenderal baru Tim Akas. Tapi aku belum tahu pelantikannya kapan", kata Raefal.
"Ketua Yoshi jadi Jenderal? Assyeeek… Tim kita naik pangkat bro. Tos dulu dong", kata Yudanta. Mereka bertiga sangat senang atas dipromosikan nya Ketua Yoshi.
Raja Ehren menemukan fakta baru bahwa Kerajaan Tirtanu menjadi salah satu pemasok bahan baku cairan sarin yang membunuh ayahnya. Tiba-tiba dia teringat ucapan Adeline tahun lalu.
"Saat ayah anda, Yang Mulia Raja Cedric meninggal, Alatariel masih menyelam di bawah danau dan itu benar. Jika darah yang ada di cetakan getah nyatu ini dibersihkan maka terlihat bahwa tangannya keriput. Jika kita kontak terlalu lama dengan air akan muncul kerutan di tangan. Masalahnya adalah... Entah bagaimana cetakan nyatu ini ada di Kepanu. Kami sudah cek sidik jarinya dan cetakan tangan ini benar-benar milik Alatariel. Tapi,cetakan nyatu yang kemarin dicek di pengadilan itu juga memiliki sidik jari Alatariel. Jadi, ada dua cetakan nyatu dan saya tidak tahu mana yang valid", kata Adeline.
"Aku harus mencari tahu, siapa yang menjual bahan sarin dan apa alasan Rin menyelam ke danau?", kata Raja Ehren.
Raja Ehren memanggil penjaga yang ada di luar ruang kerja istana Amayuni. Dia meminta penjaga untuk memanggil Jenderal Calvin dari Tim Araukaria. Beberapa saat kemudian, Jenderal Calvin sudah ada di ruangan raja.
"Apakah anda masih ingat, apa yang dilakukan Alatariel pada hari Raja Cedric meninggal?" tanya Raja Ehren.
"Hari itu, saya punya misi di perbatasan. Jadi yang menemani Yang Mulia Ratu ada Eiham, Ian, Ren, dan Jiru", jawab Jenderal Calvin.
"Baiklah, kalau begitu tolong panggilkan mereka berempat ke sini!" perintah Raja.
Tidak butuh waktu lama untuk memanggil Eiham, Ian, Ren, dan Jiru. Mereka berempat menceritakan tentang kegiatan Ratu Alatariel.
"Saat Yang Mulia baru dilantik menjadi Raja, di Kerajaan Kepanu terjadi wabah penyakit menular yang mematikan. Untuk membantu Kepanu, Kerajaan Tirtanu mengirim tim gabungan yang terdiri dari Tim Akas dan Tim Araukaria. Tim gabungan itu dipimpin oleh Ratu Alatariel sebagai ahli peracik obat herbal. Saat itu, saya juga menjadi anggota tim gabungan", kata Ren.
Flashback
Ratu Alatariel Artanis Rin sangat ahli dalam meracik obat. Dia sudah belajar tentang tanaman herbal dan beberapa teknik pengobatan dari kakeknya dan guru yang lain. Raja Ehren juga bisa meracik obat namun sekarang, beliau memilih memfokuskan diri ke dunia politik karena dia adalah putra mahkota dan raja. Sedangkan Rin, masih aktif melakukan penelitian obat baru dan teknik pengobatan baru.
Saat muncul wabah penyakit menular di Kepanu, dia pergi ke sana untuk membantu proses pengobatan warga. Ternyata, di Kerajaan Kepanu ada warga yang meninggal karena penyakit dan ada yang meninggal karena keracunan cairan sarin.
Cairan sarin sangat berbahaya. Ratu merasa ada pihak yang menggunakan sarin sebagai senjata biologis entah untuk tujuan apa. Kemudian, Ratu menyelidiki siapa yang meracuni penduduk Kepanu dengan sarin. Ratu juga mengembangkan obat penawar racun sarin.
Untungnya, Kerajaan Kepanu mempunyai banyak jenis tanaman herbal termasuk bahan obat penawar sarin. Ratu Alatariel berhasil meracik obat baru untuk penyakit itu dan warga yang keracunan. Jadi, warga yang keracunan sarin bisa diselamatkan.
Ratu Alatariel tetap membuat obat penawar sarin walau sudah pulang ke Kerajaan Tirtanu untuk berjaga-jaga. Ternyata, salah satu bahannya bisa ditemukan di dasar Danau Abbot.
Di hari Raja Cedric meninggal, Ratu Alatariel menyelam danau Abbot. Sebelum Raja Cedric bermain harpa, Alatariel sudah berada di dalam danau bersama Ian dan Eiham. Dia menyelam di sisi danau yang berbeda dengan gazebo tempat Raja Cedric bermain musik.
Sayangnya saat keluar dari danau, Ratu Alatariel kehilangan jubah kerajaannya. Eiham, Ian, Ren, dan Jiru turut membantu mencari jubah Ratu. Jubah Ratu yang hilang berwarna krem berhias sulaman bunga emas dan burung phoenix ungu. Karena hari sudah malam, dia segera memutuskan untuk pulang walau bajunya belum ketemu.
Setelah makan malam bersama, Alatariel kembali ke danau. Dia mencari baju jubahnya lagi. Ternyata masih belum ketemu. Lalu dia pulang untuk mencari Putra Mahkota Ehren untuk menanyakan keberadaan jubahnya. Ternyata, Ehren tidak ada di istana Okaru.
Seorang dayang memberitahukan Alatariel bahwa suaminya ada di Istana Amayuni bersama Raja Cedric. Dengan segera, Alatariel menyusul ke sana dan ternyata Raja Cedric meninggal.
Kembali ke tahun 1349
"Berarti benar kata Adeline, bukan Ratu yang meracuni ayah dengan sarin. Baiklah, kalian boleh kembali", kata Raja Ehren.
Eiham, Ian, Ren, dan Jiru segera kembali ke markas Tim Araukaria. Rasa menyesal kembali menghampiri Raja Ehren. Ada rasa sesak di dada yang tak tertahankan. Tubuhnya lemas setelah mendengar penjelasan dari Tim Araukaria. Dia menyesal karena menganggap Alatariel sebagai orang yang meracuni Raja Cedric.
Nasi sudah menjadi bubur. Kayu sudah berubah menjadi abu. Semua sudah terlanjur. Sekarang, Ratu Alatariel sudah pergi. Alatariel mungkin masih hidup, tapi tidak ada yang tahu keberadaannya.
Persepsi bahwa Alatariel penipu dan pembunuh sudah membutakan mata Ehren sehingga dia tidak mau bertanya pada Tim Araukaria tentang apa yang sebenarnya terjadi di hari kejadian.
Pagi hari sudah tiba, Raja Ehren tidak nafsu makan. Akhirnya, para datang menyiapkan buah stroberi untuk cemilan Raja. Ditemani stroberi, Raja Ehren kembali memeriksa semua dokumen yang telah dikumpulkan Alatariel mulai dari tahun 1343 - 1345. Dia juga mencatat beberapa informasi penting di kertas lain. Dokumen yang memuat petunjuk disisihkan di tempat lain.
Flashback, Desember 1344
Tim Araukaria kembali ke penginapan dari Terra Nullius. Mereka membersihkan dan menghangatkan diri. Hoshi dan Ezra adalah tim medis dari Araukaria. Mereka segera mengobati Jenderal Calvin dan Jiru. Sembari menunggu, anggota yang lain pergi membeli perbekalan.
Dhafi, Darsh, Eiham, Ghazi, Ian, dan Ren melihat warga berkerumun di tepi sungai sepulang belanja. Karena penasaran, mereka segera mendatangi kerumunan tersebut.
"Ada apa ini, Pak?" tanya Dhafi ke salah satu warga.
"Ada mayat beku di tepi sungai", jawab warga tersebut.
Keenam anggota Araukaria itu segera mendatangi lokasi ditemukannya jasad. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat pakaian yang dipakai oleh jasad tersebut.
"Ini kan seragam dayang Istana Tirtanu? Benar gak sih?", tanya Ian kaget.