Rasa pahit yang ia rasakan seperti tidak terasa di lidahnya. Mengingat hidupnya sudah terlalu pahit. Arthur memang pria pemikir berat yang terkadang tidak penting apa yang ia pikirkan.
"Ayo pulang." Ucap Earl sambil memberikan ponsel Arthur kembali.
"Bagaimana? Apa kau percaya aku tidak berselingkuh?"
Earl pura-pura tidak dengar, tangannya sibuk memakai mantelnya dan kemudian berdiri.
"Jangan banyak bicara. Cepat!" Arthur tersenyum kecil.
"Jangan malu untuk mengakuinya sayang. Kita sudah berbagi ranjang bersama walaupun tidak untuk bertukar celana dalam."
Sebelum Earl menarik leher Arthur dan mematahkan lehernya, dengan gesit Arthur menjauh ke meja kasir dan membayar makanan mereka. Earl menghela nafasnya, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com