-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+
-----Sakura Residence-----
*tok* *tok*
membuka pintu rumahnya, Isshiki langsung berbunga bunga melihat Kazune,
"Kazune-kun, selamat datang!"
Isshiki tersenyum lembut melihat Kazune, Kazune hanya bisa tersenyum terpaksa melihat Isshiki yang sangat antusias,
'Jangan jangan perempuan ini suka pada Kazune'
mulai membayangkan yang tidak tidak, tiba tiba tangan Kazune ditarik oleh Isshiki,
"Cepatlah masuk, masakannya akan dingin kalau kau berlama lama dipintu."
Karena tangannya ditarik oleh Isshiki secara tiba tiba, Kazune tanpa sengaja menjatuhkan Morgana, untungnya Morgana dapat mendarat dengan aman,
"Maaf Morgana..."
"Nya..."
Melihat Morgana, Isshiki lalu dengan riang berkata,
"Morgana~ aku membelikanmu makanan spesial, kau pasti suka~"
Mendengar itu, telinga Morgana langsung tegak dan mengeong kearah Isshiki dengan bahagia,
"Nyaa~"
Setelah itu mereka masuk ke ruang makan, Sojiro terlihat masih merapikan meja,
"Kazune, kau bisa memanggil Futaba? aku sudah dari tadi memanggilnya tapi dia tidak muncul juga."
"Benar! aku juga diberitahu Sojiro kalau Futaba sepertinya menjahili makananmu pagi ini, aku memberimu izin untuk memarahinya!"
Seru Isshiki dengan serius, sepertinya dia marah karena bento buatannya dijahili oleh Futaba,
"Un."
Kazune mengangguk lalu dengan cepat pergi menuju kamar Futaba,
"Sojiro-san, kenapa Kazune terlihat bersemangat sekali memanggil Futaba?"
Isshiki yang melihat Kazune langsung melesat sangat cepat saat disuruh memanggil Futaba merasa sedikit aneh.
"Sepertinya Kazune sangat marah karena makanan yang dibawa Futaba menyakiti Morgana."
Isshiki lalu menaruh tangan didahinya sambil menggelengkan kepala,
"Anak itu kenapa dia suka sekali menjahili Kazune?"
'Itu karena kau, Isshiki.'
Tapi Sojiro memutuskan untuk tidak mengatakkannya, karna itu pasti akan membuat Isshiki memarahi Futaba.
.
.
.
"Futaba."
Suara Kazune yang datar terdengar dari luar pintu kamar Futaba, Futaba yang mendengar suara Kazune lalu menutupi tubuhnya dengan selimut,
'Aaaaahhhhh!!! kenapa dia ada didepan pintu!!!'
Futaba menyentuh dadanya, dia dapat merasakan jantungnya yang berdetak dengan kencang,
'Kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini???'
Wajah Futaba mulai memerah, dia sebenarnya menyadari kenapa dia jadi seperti ini,
'Semuanya gara gara dia tersenyum seperti itu padaku...'
Seumur hidupnya Futaba belum pernah berinteraksi dekat dengan anak seumurnya, karena dia terlalu fokus pada game dan juga berbagai macam hal mengenai komputer, membuatnya memiliki hampir 0% kontak dengan mereka.
lalu tiba tiba muncul Kazune, membuat Futaba yang tak punya pengalaman berhubungan dengan orang lain selain keluarganya menjadi panik dan tak tahu harus berbuat apa.
Dia hanya bisa berlaku seakan akan dia tak suka pada Kazune untuk menutupi kepanikan itu dan juga karena makin lama ibunya semakin dekat dengan Kazune yang tanpa sadar membuatnya cemburu dan melampiaskannya dengan cara menjahilinya.
tapi itu semua berubah ketika dia melihat senyuman Kazune dan merasakan belaiannya dikepalanya, tanpa sadar dia melihat Kazune sebagai lawan jenis yang makin membuatnya makin bingung bagaimana harus menghadapinya,
'Hnnnggghhhhh!!!! > o <'
selagi Futaba berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan detak jantungnya, Kazune semakin kesal karena tidak dibukakan pintu,
"Futaba. Aku akan membuka pintunya."
Membuka pintu kamar Futaba, Kazune melihat Futaba yang sedang membungkus dirinya dengan selimut menjadi sebuah buntalan besar diatas kasurnya,
'Apa dia tahu aku akan memarahinya?'
melihat Futaba yang sepertinya takut dimarahi, membuat amarah yang Kazune rasakan mereda,
'Sepertinya dia tahu kesalahannya... yah, sebaiknya kumaafkan saja kali ini.'
Menepuk buntalan itu, Kazune lalu mengatakan,
"Futaba... aku tidak marah lagi... kau bisa keluar dari sana sekarang, Sojiro-san dan juga ibumu sudah menunggu dibawah."
Futaba yang mendengar suara lembut Kazune makin panik,
'Kenapa dia ini!!!!'
merasakan detak jantungnya yang mulai melambat menjadi cepat, Futaba merasa ingin memukul Kazune,
'Aku tidak boleh membiarkan dia melihatku seperti ini!!!'
meneriakkan itu dalam hatinya, Futaba memutuskan untuk membuat Kazune keluar dari kamarnya,
"Aku tidak lapar!!! keluarlah dari kamarku muka kayu!!!"
urat mulai muncul dikepala Kazune, senyuman lembutnya menjadi kaku lalu dia menarik selimut Futaba dengan kuat, memperlihatkan Futaba yang meringkuk dikasurnya dengan kedua tanganya memegang pipinya,
"Apa apaan kau ini!!!"
namun dia menjadi kaku begitu melihat wajah dingin Kazune,
"Kau punya nyali juga berteriak padaku setelah apa yang kau lakukan tadi pagi, Futaba."
"Ka-Kazune..."
Suara Futaba gemetar, dia dapat melihat kalau Kazune sangat marah kali ini,
"Apa saus rahasianya bekerja?"
Futaba tanpa sadar mengatakan isi pikirannya,
"Itu bekerja. sangat bekerja sampai membuatku harus dicap mesum oleh banyak orang."
Futaba tertegun mendengar jawaban Kazune, dia tahu kalau saus itu akan membuat lidah Kazune mati rasa, tapi apa hubungannya dengan menjadi orang mesum?
tiba tiba Kazune menarik Futaba mendekat padanya, lalu menangkap samping kepala Futaba dengan kedua tangannya,
"Setiap perbuatan ada hukumannya, Futaba."
Tangan Kazune berubah jadi kepalan lalu mulai berputar disamping kepala Futaba bagaikan bor.
"AAAaaaaahhhhh!!!!! Kazune, Stop!!!! kepalaku!!!"
"Hoho~ tidak semudah itu."
Kazune lalu mulai mempercepat putarannya,
"Kazune!!!! Kazune!!! ampun!!!! aaahhhh!!! maafkan aku onii-chan!!!"
Kazune tanpa sadar berhenti, dia menatap Futaba, sama sekali tidak menyangka akan dipanggil 'Onii-chan' olehnya.
terdengar suara langkah kaki dengan cepat menuju kamar Futaba.
"Ada apa????"
Isshiki dengan panik bertanya apa yang terjadi pada mereka berdua, Sojiro terlihat berada dibelakangnya, Futaba lalu dengan cepat memeluk ibunya, Isshiki bingung dengan apa yang sebenarnya sedangkan Sojiro menatap Kazune dengan tajam seakan berkata 'Kau sebaiknya punya penjelasan bagus untuk ini.'
-----
Setelah menjelaskan apa yang terjadi, Sojiro hanya bisa menggelengkan kepalanya, Isshiki memelototi Futaba sedangkan Futaba hanya menundukkan kepala dikursinya, merasakan suasana yang aneh dimeja makan, Kazune hanya bisa menghela napas lalu mengatakan,
"Uhhh... Isshiki-san, kau tidak perlu marah lagi pada Futaba, sepertinya dia sudah menyesali perbuatannya."
Mendengar perkataan Kazune, Isshiki lalu mengalihkan pandangannya ke Sojiro,
"Sojiro-san, kau terlalu memanjakan Futaba."
"Ah... maafkan aku..."
Sojiro tahu kalau dia terlalu memanjakan Futaba, tapi mau bagaimana lagi? dia hanya bisa memanjakannya sebagai ganti kehadiran Isshiki yang sibuk bekerja dan jarang pulang saat itu.
"Maafkan aku, Kaa-san, jangan marahi Otou-san lagi karena aku..."
mendengar Futaba, Sojiro merasa ingin meneteskan air mata, Isshiki yang mendengar Futaba membela Sojiro sedikit iri tapi dia hanya mendengus saat mendengarnya lalu dia mengalihkan pembicaraan ke Kazune,
"Kazune-kun, apa kau benar benar tidak ingin tinggal ditempat kami lagi? aku bisa memasakkan makanan untukmu jadi kau tak perlu memikirkan masalah makanan selama tinggal ditempat kami."
Isshiki mencoba merayu Kazune agar tetap tinggal ditempat mereka setelah diberitahu Sojiro kalau Kazune akan pindah besok.
"Maafkan aku Isshiki-san, tapi, aku benar benar tidak bisa tinggal disini lagi, aku tidak mau menyusahkan kalian terus dan juga aku rindu pada tempat itu."
ingatan Kazune sebelumnya tanpa sadar mulai memengaruhi dirinya, membuat Kazune tanpa sadar mulai tersenyum saat mengingat rumah ibu Kazune.
Untuk pertama kalinya Sojiro dan Isshiki melihat Kazune tersenyum dan itu membuat mereka berdua tertegun, Futaba yang juga melihat itu memalingkan wajahnya ke mangkuknya dan berpikir,
'Apakah dia tanpa sadar tersenyum seperti itu..?'
Kazune merasakan suasana yang tiba tiba hening dan memandang sekelilingnya,
'Mereka kenapa?'
Isshiki yang terharu mendengar alasan Kazune ingin segera pindah lalu berkata,
"Kazune, Kau anak yang baik, aku benar benar ingin kau tinggal bersama kami tapi jika kau sudah memutuskan maka kami juga akan mengikuti kemauanmu."
"Yang Isshiki katakan benar, kami menyetujuinya jika ini sudah jadi keputusanmu tapi ingatlah masih ada kami disini yang juga adalah keluargamu sekarang, pastikan untuk mampir paling tidak seminggu sekali dan menghubungi kami agar kami tau keadaanmu."
Tambah Sojiro, Kazune yang mendengar itu menganggukan kepalanya dengan serius, melihat Kazune mengangguk Sojiro dan juga Isshiki tersenyum lalu melanjutkan makan malam mereka dengan suasana yang bahagia.
'Dia akan pindah dari sini... aku seharusnya senang tapi kenapa rasanya aku ingin menangis?'
Futaba yang entah kenapa merasa sangat buruk malam itu, melanjutkan makannya dengan lesu, Sojiro dan Isshiki yang menyadari keanehannya mendesah dalam hati, berpikir bahwa Futaba menyesal karena selalu bersikap buruk pada Kazune dan mulai menyesalinya saat tahu dia akan segera pergi, Kazune yang tak menyadari itu semua makan dengan bahagia setelah itu berpamitan pada mereka semua lalu pergi bersama Morgana menuju cafe Lèblanc untuk mempersiapkan hari pertamanya disekolah besok,
"Kuharap besok akan jadi hari yang menyenangkan."
ucap Kazune penuh harap lalu dia menutup matanya.