Aku dan Zero bicara panjang lebar. Ya, kami membicarakan banyak hal karena kuceritakan semuanya tentang aku dan Octans padanya. Zero tak mengatakan apa pun selama aku bercerita, benar-benar membiarkanku menceritakan semuanya sampai selesai.
"Jadi seperti itu. Dia itu sahabat masa kecilku, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan, Zero," ucapku begitu selesai kuceritakan segalanya.
"Kau bilang dia dari istanamu?"
Tanpa ragu aku mengangguk. "Ya, dia dari istana. Dia memiliki jabaran cukup penting dalam pasukan kerajaan. Dia seorang jenderal yang memimpin pasukan jika menghadapi perang."
"Oh, berarti dia pria yang hebat."
Dari nada suaranya yang terdengar sinis dan menyiratkan cibiran, aku tahu Zero sedang cemburu pada Octans karena aku seperti sedang membanggakan dirinya. Padahal maksudku bukan seperti itu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com