webnovel

Berjanji

Translator: Wave Literature Redakteur: Wave Literature

Yu Xi tertawa dan berkata kepada Jian Yiling, "Yiling, niatmu memang bagus, tetapi Tuan Cheng tidak kekurangan apapun."

Sebenarnya ada barang yang belum dimiliki oleh Tuan Cheng, karena sampai saat ini baik Keluarga Zhai dan Group Tian Xing juga masih belum bisa mendapatkan barang tersebut. Namun, gadis kecil ini juga tidak mungkin bisa membantunya.

"Aku bisa melakukan banyak hal." Jian Yiling mempertegas ucapannya.

Namun Yu Xi tidak menganggap apa yang dikatakan oleh Jian Yiling serius.

Niat Jian Yiling sangat baik, tetapi masalah dia tidak akan bisa membantu Tuan Cheng.

Lalu, Zhai Yuncheng tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah Jian Yiling.

Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, lalu dia melihat Jian Yiling yang lebih pendek darinya.

"Berapa tinggimu jika dibandingkan dengan tubuhku?"

"Tinggiku tepat di bagian jantungmu."

Ketika menjawab pertanyaan tersebut, Jian Yiling melihat bagian dada Zhai Yuncheng dan memastikan posisinya sudah tepat.

Kemudian dia segera mengambil langkah mundur.

Jian Yiling bukan tidak pernah melihat dada pria sebelumnya, tetapi biasanya dia melihatnya saat para  pria itu sedang berbaring, atau dalam keadaan tidak sadar.

Kemudian, Yu Xi yang ada di samping bertanya, "Bukankah biasanya orang hanya akan berkata bagian dada?"

Jian Yiling lalu menjelaskan, "Area bagian dada lebih besar, kalau tidak salah kira-kira di atas 10 cm, dan bagian jantung lebih kecil, kalau tidak salah hanya 5 cm."

Baiklah, tetapi ini bukan poin yang paling penting.

Poin yang paling penting adalah tinggi badan Jian Yiling jika dibandingkan dengan tinggi Zhai Yuncheng yang 1.83 meter itu, dia seperti anak yang masih belum besar.

Zhai Yuncheng lalu berkata, "Anak kecil, kamu tidak perlu memikirkan untuk menukar atau membalasnya. Barang ini aku berikan kepadamu, jadi terima saja, aku juga tidak ingin apapun dari kamu."

Jian Yiling tidak setuju, "Kita hanya beda beberapa tahun saja."

Dia lalu mendongakkan kepalanya dan saling bertatapan dengan Zhai Yuncheng.

Sepasang mata yang berbinar itu memiliki aura tegas, tidak sesuai dengan wajah kekanak-kanakan Jian Yiling.

Sepertinya Jian Yiling baru bisa puas kalau diminta untuk melakukan sesuatu sekarang.

Zhai Yuncheng pun tertawa.

Jian Yiling yang mendengarkan suara tawa itu pun mendongak dan melihatnya.

Pria ini memiliki penampilan yang sangat indah, ketika tertawa jauh lebih tampan.

Tetapi dia tidak mengerti apa yang ditertawakan pria tersebut.

Setelah tertawa, Zhai Yuncheng masih memikirkan pertanyaan dari Jian Yiling dengan serius.

Menyuruh Jian Yiling melakukan apa ya bagusnya?

Jian Yiling memang sangat pandai memasak, masakannya waktu itu sangat enak. Gadis itu memiliki bakat memasak seperti koki restoran, dan ada kehangatan pada masakannya, saat memikirkannya sekarang pun membuat Zhai Yuncheng merasa tergiur.

Tetapi dalam benak Zhai Yuncheng, dia sedang membayangkan gadis kecil itu sibuk di dapur, lalu melihat ke sepasang tangan yang putih dan kecil milik Jian Yiling, dan membayangkan sepasang tangan itu harus mengambil pisau dapur.

Dia pun langsung tidak menginginkan Jian Yiling untuk memasak.

Lebih baik jangan membuat si kecil Jian Yiling terlalu lelah.

Nanti malah terlihat seolah Zhai Yuncheng menyiksa seorang gadis, itu bukan sesuatu hobi yang disukai oleh pria itu.

Atau… bagaimana kalau menyuruh Jian Yiling untuk memijat pundaknya?

Tetapi mungkin sebelum Zhai Yuncheng bisa merasakan kekuatan tangannya, tangan gadis itu sudah merah semua.

Hal itu juga tidak jauh lebih baik daripada menyuruhnya memasak.

Setelah berpikir sejenak, Zhai Yuncheng lalu berkata kepada Jian Yiling, "Kalau begitu anggap kamu berhutang kepadaku, dicatat saja, lain kali ketika aku memerlukan bantuanmu, aku akan memintanya."

Zhai Yuncheng berkata asal, dia hanya ingin membuat Jian Yiling melupakan hal ini sekarang, agar dia tidak terus membahas hadiah balasan lagi.

"Baik, aku berjanji." Jian Yiling menyetujuinya dan dengan serius mengingatnya.

Jian Yiling tidak terbiasa berhutang kepada orang lain.

Dari pengalamannya dulu, apa yang dia dapatkan selalu perlu pengorbanan yang setara.

Dengan melakukan pengorbanan yang sepantasnya, maka dia akan mendapatkan balasan yang setara.