"Kau memintaku untuk mencarikan baju untukmu?" tanya Spider dengan wajah merona.
Itu adalah salah satu ekspresi Spider yang tak pernah ia tunjukkan pada orang lain selain Luci.
Luci mengangguk dengan mantab, semantab hatinya yang saat ini sedang sangat ingin memberikan kesempatan untuk Spider agar bisa menjadi salah satu orang yang bisa Luci percaya.
"Iya, apa kau keberatan? Aku tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa kumintai pertolongan," angguk Luci.
Wajahnya dia paksa agar bisa sehangat mungkin, walaupun sekarang Luci sangatlah lelah dan mengantuk.
Luci sudah terjaga sejak kemarin, sejak pukul tiga dini hari demi persiapan sandiwara yang telah sukses terlaksana di pesta Alan tadi malam. Oleh karenanya sekarang ini Luci mengantuk bukan main.
Spider belum menjawab apa-apa, saking kaget dan gembiranya dia melihat saat melihat ada celah dan kesempatan baginya agar bisa lebih dekat dengan Luci.
Semua kekecewaan yang tadi sempat menghampirinya sudah luruh dan pergi.
Semua kekecewaannya saat ini sudah digantikan dengan kehangatan dari rasa senang yang membuncah di dalam hatinya.
Spider seperti merasakan kehangatan sinar matahari yang seolah bahkan bisa menembus dinding rumah sakit ini.
Lalu cahaya pagi itu sekarang menyusup dan menghangatkan tubuh Spider, hatinya, kepalanya, kesedihannya, dan kekecewaannya. Rasanya sangat nyaman.
"Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak bisa melakukannya untukku?" Kali ini Luci berubah menjadi ragu dan bingung.
Luci pikir dengan pendekatannya tadi bisa membuat Spider senang dan mau membantunya.
Luci juga berpikir bahwa Spider sepertinya malah ingin dilibatkan pada beberapa hal yang bisa membantu Luci.
Tapi yang dilihat Luci sekarang, justru Spider terdiam dan tidak menjawab. Apa Luci berlebihan? Apa Luci terlihat berlaku tidak sopan?
Luci meragu. Mungkin dia harus mengklarifikasi kalau Luci hanya ingin mencarikan suasana. Atau Luci mungkin bisa berkata kalau dia tidak jadi meminta bantuan pada Spider.
Kedua orang bahkan sekarang duduk saling diam. Luci yang merasa canggung, Spider yang melamun saking senangnya.
"Aku –"
"Iya, aku akan mencarikannya sekarang. Kau ingin baju seperti apa?
Gaun? Blouse? Rancangan busana? Ah, tidak itu akan terlalu lama. Mmmm," gumam Spider mulai berpikir keras.
"Tunggu dulu! Hey tunggu dulu! Maksudku, apa tidak apa-apa? Kau benar-benar tidak masalah aku mintai pertolongan seperti ini?" Luci terkesiap tak percaya.
Bahkan gadis itu hampir saja berpikiran bahwa dia telah membuat Spider tersinggung.
Bagaimana pun Spider itu lebih tua dari Luci, dan dulu Spider adalah kakak angkat Luci.
Maka dari itu, meminta hal seperti mencarikan pakaian padahal Luci mampu apakah itu hal yang tidak berlebihan? Apakah meminta hal yang seperti itu tidak keterlaluan?
Tapi yang dilihat Luci sekarang ini Spider justru seperti kegirangan.
Bahkan senyumnya yang hangat berubah menjadi sangat cerah dan lebar. Spider bisa merobek mulutnya kalau terus tersenyum seperti itu.
Luci gagal menarik kesimpulan secara teliti dan tepat. Gadis itu tidak tau arti dari senyum lebar itu secara pasti.
Namun Luci sepertinya paham bahwa Spider tidak keberatan Luci meminta bantuan padanya. Itu membuat Luci merasa agak lega, walau pun hanya sedikit.
"Kau baik-baik saja?" tanya Luci agak ragu-ragu.
Gadis itu tidak pandai menanyakan keadaan seseorang yang baru ditemuinya, kecuali pada cliennya yang tercinta.
Luci akan bersikap sangat ramah melebihi siapa pun kepada para cliennya. Bahkan Luci tidak akan segan untuk bersikap genit, hanya untuk membuktikan bahwa Luci itu pandai bersandiwara dalam memainkan banyak karakter.
Spider sepertinya baru tersadar dari kegembiraan tak terkira miliknya. Di dalam pikiran Spider tadi, lelaki itu memikirkan tentang hubungan Spider dan Luci di masa depan.
Spider sudah membayangkan mereka memiliki anak yang lucu-lucu. Lalu lamunan itu seketika buyar tatkala Luci menanyai keadaannya.
"Aku baik-baik saja, Bee. Kenapa kau bertanya begitu padaku?" Spider tersipu sendiri.
Spider berpikir Luci mulai memberikan letupan cinta di dalam hatinya melewati perhatian-perhatian kecil yang baru saja Luci berikan. Spider merasa itu adalah hal yang romantis.
"Tidak apa-apa, hanya memastikan," singkat Luci yang disertai dengan kejujuran.
Tapi bagi Spider jawaban Luci itu sebenarnya berbeda. Bagi Spider sekarang ini Luci sedang bersikap jaga image atau bersikap sok misterius dan jual mahal.
'Spertinya Bee memang mulai tertarik padaku,' pikir Spider.
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Matahari semakin meninggi dengan cahayanya yang sangat indah dan cerah.
Biasanya pada pukul tujuh pagi Luci akan pergi ke toko buku untuk membaca.
Profesi menyamar seperti yang dilakukannya itu memerlukan banyak riset agar penyamarannya terlihat meyakinkan saat menjalankan misi.
Dan siapa yang tau bahwa pada pukul tujuh pagi Luci malah harus berada di rumah sakit dengan salah satu saudara angkatnya yang sudah terpisah dengannya selama belasan tahun?
Mungkin ini memang jawaban dari salah satu harapan Luci. Luci berharap dia tidak akan sendiri di dunia ini.
Lalu Tuhan mempertemukan Luci dengan salah satu keluarga angkatnya dan mereka mulai berhubungan baik sekarang ini.
"Jadi apa kau tidak keberatan untuk mencarikanku baju?" tanya Luci yang saat ini mulai sungguh-sungguh meminta bantuan.
Badannya sudah lengket oleh keringat, belum lagi seluruh penat di tubuhnya tidak akan hilang jika Luci tidak mandi.
"Tentu. Kau masih suka motif bunga-bunga?" tanya Spider masih dengan keantusiasan. Senyumnya masih sangat lebar yang saat ini menghiasi bibirnya.
"Eh, tidak. Aku sudah tidak suka motif seperti itu," bohong Luci.
Sebenarnya Luci masih menyukai baju motif bunga-bunga karena memang pribadinya yang sangat ceria, bahkan sekarang jika melihat baju motif bunga Luci masih sering tergiur untuk membeli.
Namun ketika Luci memakai baju motif bunga, gadis itu akan teringat pada Daniel. Karena saat bersama Daniel, Luci sering mengenakan baju dengan motif bunga.
Oleh karenanya setelah meninggalnya Daniel, Luci sudah tidak sanggup lagi memakai baju dengan motif itu.
"Benarkah? Kau sudah banyak berubah kalau begitu. Lalu motif apa yang kausukai?" Spider mengajukan pertanyaan kembali.
"Polos. Berikan saja aku kaos oblong selengan. Aku akan menyukainya, itu sangat nyaman. Carikan warna abu-abu jika kau tidak keberatan," jawab Luci.
Warna abu-abu terlihat sendu baginya. Dengan warna itu Luci ingin selalu berduka tentang kematian Daniel.
Sampai sekarang Luci bahkan masih belum mampu untuk melepas kepergian Daniel yang sudah meninggalkan dunia fana ini.
"Baiklah. Aku akan meminta salah seorang untuk membelikannya untukmu.
Lagi pula aku tidak mungkin meninggalkanmu sendiri di sini setelah apa yang kau alami tadi malam.
Lebih baik kau tidur. Atau jika kau tidak mau, kita bisa bercerita panjang lebar," ungkap Spider dengan sangat senang.
Lelaki itu merasa sudah mendapat banyak perhatian dari Luci. Spider juga sudah mengantongi kepercayaan Luci.
Sekarang Spider hanya perlu membuat Luci menjadi lebih nyaman dengannya. Dengan begitu pendekatan mereka menuju ranah lebih serius bisa lebih mudah untuk diwujudkan.
Di dalam hatinya sendiri Spider tidak bisa berhenti tersenyum.
Akhirnya dia bertemu dengan Luci, cinta pertamanya. Dan akhirnya jalan menuju pernikahan mulai terbuka perlahan.
Spider sudah tidak bisa menahan diri untuk merancang segala keperluan mereka di kemudian hari.
Semua fantasi dan harapan yang dibangun Spider tentang Luci memang masih hangat dan sedang tumbuh serta merekah.
Karena lelaki itu masih belum tau kalau sebenarnya Luci sudah memiliki seorang lelaki di hatinya.
Dan Spider tidak akan tau bahwa suatu saat dia harus bersaing dengan Evan Robert Hudan, CEO terkaya di negeri itu.
***