Evan mengacak rambutnya sendiri. "Argh, kenapa John lama sekali? Aku butuh lokasi Luci saat ini sebelum gadis itu benar-benar menggoda pangeran yang berkunjung di rumah sakit," racau Evan yang terlalu percaya dengan tipuan dari Nyonya Besar.
Tangannya mengetuk meja beberapa kali. Kakinya pun bergerak untuk mengetuk lantai. tangan Evan mengusap dagunya dalam berpikir. Akhirnya lelaki itu tidak sabaran lagi. Dia pun menelepon Luci kembali demi menanyakan nama rumah sakit yang sedang dituju oleh gadis itu.
Ponsel kini sudah berada di telinga Evan, dering telepon juga sudah terdengar. Tapi Luci belum mengangkatnya juga. "Ayo, Sayang, kenapa kau tidak lekas mengangkat teleponku? Argh, ayolah!" erang Evan. Matanya hampir berair karena ketakutan dan khawatir. Evan tidak akan rela Luci jatuh ke dalam pelukan orang lain selain dirinya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com