"Hah, sangat cantik. Boleh aku memilikimu?" Thomas kembali tersenyum lebar dengan mata terus memandangi Luci hingga membuat gadis itu semakin menganga tak percaya.
'Apakah keluarga ini tidak hanya berebut uang tapi juga berebut perempuan?' pikir Luci tiada habisnya. Dia akhirnya memutuskan bahwa dia tidak akan goyah di sini, meski Thomas terlihat begitu cerdas dan cocok untuk dijadikan rekan bisnis dan atau teman.
Tapi hey, sejak kapan Luci bisa beranggapan demikian? Dan sejak kapan dia mematok kriteria dalam mencari seorang teman? Mendapat orang yang mau menjadi temannya saja dia sudah bersyukur. Luci tidak berada di dalam kondisi di mana dia bisa pilih-pilih untuk mencari teman.
"Boleh aku memintamu?" lanjut Thomas yang semakin membuat Luci bingung kepayang. Pasalnya lelaki rambut keriting itu begitu ambigu saat berbicara. Senyumannya yang lebar terkesan aneh dan terkadang mengerikan, hampir sama seperti Evan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com