Keesokan harinya, ketika matahari terbit dan para Demonic Beast mearaung ke arah langit, dua orang yang saat ini tidur seranjang membuka mata mereka. Mereka merenggangkan tubuh hampir bersamaan, dan pada saat kedua wajah mereka bertemu, sebuah syok tergambar jelas di wajah masing-masing.
"Senior Selia! Kenapa kamu ada di kasurku?!"
Aiden dan Selia melompat dari ranjang bersamaan ketika mereka berdua saling menunjuk wajah satu sama lain, seolah-seolah mereka tidak ingat apa yang baru terjadi tadi malam.
"Seharusnya aku yang bertanya! Ini kamarku dan kenapa kau bisa tidur di sampingku?! Dasar kurang ajar!" Wajah Selia tampak semerah tomat ketika dia mengutuk Aiden. Dia tanpa sadar mengeluarkan Mana Element miliknya dan hendak menyerang Aiden ketika sebuah suara yang berat bergema di seluruh kamar.
"Tenanglah kalian berdua, tidakkah kalian ingin melakukan sesuatu terlebih dahulu terhadap penampilan kalian itu?"
Mendengar ini, Aiden dan Selia saling bertatapan sebelum mereka mengalihkan pandangan pada seluruh tubuh mereka yang berantakan. Aiden hanya mengenakan sebuah celana pendek yang bergaris-garis, menampakkan tubuhnya yang terbentuk dengan sempurna. Sementara itu, Selia mengenakan baju tidurnya yang terlihat kusut, dua kancing bajunya di bagian atas terlepas, memperlihatkan kulit dadanya yang seputih susu.
Seketika, Selia membalikkan tubuhnya dan mengancingkan bajunya kembali dengan perasaan malu yang meluap-luap, "Apa yang sudah aku lakukan dengan pria ini tadi malam?" Dalam hati Selia bergumam gelisah. Dia sama sekali tidak mengingat apa pun. Dia hanya ingat sebelumnya dia sedang menunggu seseorang bangun dari meditasinya, setelah itu, semua ingatannya samar-samar.
Pada saat ini, tiba-tiba saja Aiden berbicara, "Senior Deva, apa yang telah terjadi? Kenapa aku tidak bisa mengingat apa pun, dan kenapa tiba-tiba saja aku tidur seranjang dengan ... seorang wanita?"
Selia melirik Aiden, marah. Namun dia juga merasa penasaran sama seperti Aiden. Selain itu, dia juga ingin tahu siapa pemilik suara misterius yang berbicara dengan mereka berdua tanpa memperlihatkan wujud aslinya.
Untuk beberapa alasan, Deva tidak menjawab sehingga seluruh ruangan menjadi hening.
Namun ketika Selia ingin mengulangi pertanyaan Aiden, suara misterius itu kembali terdengar.
"Mudah saja. Gadis ini, Selia, sekarang adalah istrimu."
Setelah mendengar ini, wajah Selia dan Aiden tampak kosong. Waktu terasa berjalan lambat untuk keduanya.
Apa-apaan ini?! Mereka berteriak dalam hati.
–––
Di kota Leidenshaflicth, kota megah yang berdiri di atas bukit, tiga orang sedang menelusuri sisi jalan yang dipenuhi keramaian.
Tiga orang ini terdiri dari dua laki-laki, seorang pemuda dan pria paruh baya, lalu seorang perempuan cantik yang periang.
Ketika tiga orang ini berjalan di keramaian, orang-orang tidak bisa tidak menoleh untuk melihat pemandangan di depan mereka. Meskipun pria paruh baya itu tampak sederhana, namun dia memancarkan aura yang indah dan agung. Sebaliknya, pemuda berkulit putih di samping pria paruh baya itu memancarkan aura tenang dan misterius.
Dan yang paling menarik mata adalah gadis yang berjalan di depan dua orang laki-laki itu.
Wajahnya yang oval dan penuh senyum bagaikan sebuah lukisan. Kecantikan itu tidak bisa dibandingkan dengan wanita lain yang berjalan di keramaian, seolah-olah dia adalah permaisuri dan wanita disekitarnya hanyalah pelayan. Benar-benar tak sebanding.
Rambutnya hitam dan dicukur pendek menyentuh telinga. Mata birunya yang menatap riang ke seluruh dunia, memancarkan perasaan keterikatan yang kuat. Orang-orang di sekitar tidak bisa tidak memandanginya sejenak.
Ditambah bentuk tubuh dan pakaian yang sekarang ia pakai, menjadikan dirinya tampak lebih menggoda. Entah itu Laki-laki ataupun mereka, para perempuan yang menatapnya dengan iri, tidak ada yang tidak menoleh kearahnya.
Meskipun dia mendapatkan tatapan kecemburuan dari perempuan disekitarnya, gadis itu sama sekali tidak peduli. Dia hanya tersenyum dan menatap bangunan yang ada di sisi jalan.
Gaun hijau yang menyatu dengan kulitnya yang sehalus sutra dan seputih susu itu berkibar ditiup angin. Membawa aroma semerbak yang memikat jiwa, membuat orang-orang di sekitar berhenti bergerak dan menghirup udara. Sebuah ekstasi tergambar jelas di wajah semua orang. Seolah-olah mereka terhipnotis.
"Grandmaster, tempat ini sangat menakjubkan, bagaimana bisa kota kecil seperti ini sangat makmur?" Nada lembut dan nyaman didengar keluar dari mulut mungilnya yang berwarna merah muda.
Seperti semua orang merasa dirinya terpikat dengan suara itu, banyak mata memperhatikan mereka bertiga. Hal ini terasa tidak nyaman untuk pemuda di samping pria paruh baya. "Sasha, lebih baik kau di penginapan saja, tidak usah ikut keluar. Lihatlah, orang-orang ini jadi menaruh perhatian pada kita." Pemuda itu mendengus.
Nama pemuda itu adalah Lei Wei. Dia seorang jenius yang baru-baru ini namanya terkenal di seluruh Sekte Bintang Hitam. Lei Wei adalah murid dari tetua Kai. Karena beberapa alasan, dia menggantikan posisi Tetua Kai untuk menemani Grandmaster menuju Hutan Lostingsoul bersama jenius lain, Sasha.
Lei Wei terkenal dengan sikapnya yang dingin dan misterius, dia tidak suka berinteraksi dengan orang lain bila tidak diperlukan. Ia juga sangat anti menarik perhatian, sama seperti ketika namanya terkenal karena baru-baru ini mencapai tingkat Mortal Gate - Stage 15 sehingga menimbulkan kehebohan di seluruh Sekte, dia lebih memilih bersembunyi dan tak menampakkan dirinya daripada pamer.
Di Sekte Bintang Hitam, seseorang murid yang berhasil mencapai tingkat Mortal Gate - Stage 15 ada terlalu banyak. Namun, kebanyakan dari mereka berhasil mencapainya di usia 20 tahun, bahkan yang tercepat hanya satu tahun lebih awal, tidak seperti Lei Wei yang berhasil mencapainya ketika masih berumur 16, tentu saja hal ini menimbulkan kehebohan.
Seorang jenius! Itulah julukan mereka padanya saat ini.
"Terserah mereka. Aku juga tidak terlalu peduli," kata Sasha yang masih tetap memandangi bangunan sekitarnya.
"Kau tidak peduli, tapi aku peduli!" Lei Wei mulai merasakan amarahnya meningkat. Menurutnya, menjadi pusat perhatian itu tidak menyenangkan.
Pada awalnya dia tidak ingin gadis populer ini mengikuti mereka ke tempat pertemuan. Namun Sasha bersikeras ditambah Grandmaster juga mengijinkannya. Lei Wei yang hanya seorang pengganti dari Tetua Kai merasa dia tidak mempunyai hak untuk bicara, jadi dia hanya pasrah dan mamtuhi perkataan Grandmaster Ian.
"Sudahlah kalian berdua, tidak baik bertengkar di keramaian." Grandmaster Ian yang sedari tadi diam memperhatikan tiba-tiba angkat bicara.
"Grandmaster, Lei Wei yang salah. Kenapa aku harus tetap tinggal di penginapan sementara dia bisa berjalan-jalan di kota menakjubkan ini?" Sasha memelas, kedua tangannya bersarang di dada dan suaranya membuat hati setiap orang sakit.
Perkataan itu membawa tatapan jijik yang ditujukan pada Lei Wei. Mereka mencemooh dirinya yang mengecewakan. Hanya seorang gadis kecil yang sedikit menarik perhatian, apa buruknya?
"Cih! Mulai lagi," Lei Wei bergumam. Orang-orang yang menatapnya jijik tidak tahu sifat sebenarnya gadis populer ini. Tidak ada yang tahu kecuali para petinggi sekte dan beberapa murid asuhan Tetua. Ia adalah gadis licik yang akan menyerang lawannya secara psikologis menggunakan kecantikan dan kepopuleran.
Meski semua orang ingin dia bertobat, tetapi itu sudah menjadi kebiasaannya yang buruk.
"Abaikan saja dia," Kata Grandmaster Ian. "Lebih baik kalian berdua mendengarkan sedikit penjelasanku tentang kota Leidenshaflicth daripada terus bertengkar."
Kedua remaja itu mengangguk, terutama Sasha, dia sangat antusias.
"Leidenshaflicth adalah kota kecil di sebelah barat benua...." Kota ini didirikan oleh sepasang Kultivator pengembara. Konon, Kultivator yang mendirikan kota ini telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari Heaven Gate - Great Sage. Namun tidak ada yang bisa memastikan legenda itu.
Saat itu mereka tengah menempuh perjalan menuju kota besar di bagian barat benua, Kota Aclote. Tetapi di tengah perjalanan mereka mendapati musibah, mereka di serang oleh Dragon Demonic Beast yang mendiami Hutan Lostingsoul, mahkluk legenda yang ada di buku-buku kuno. Untungnya, dengan kemampuan mereka bekerjasama, mereka dapat lolos dan pergi menjauhi teritori Dragon Demonic Beast meskipun dalam keadaan terluka parah.
Dalam perjalanannya, mereka telah mencoba berbagai cara untuk mengobati luka akibat serangan Dragon Demonic Beast, tetapi karena efek korosi jiwa dari napas Dragon Demonic Beast, mereka berdua tidak bisa sembuh total. Pada akhirnya tingkat kultivasi mereka menurun sampai Heaven Gate - Great Sage.
Saat mereka ingin melanjutkan perjalanan, mereka menyadari sesuatu yang aneh. Fluktuasi Mana Element di tempat mereka beristirahat sangat tinggi. Salah seorang Kultivator itu memutuskan untuk memeriksa sumbernya sementara yang lain tetap beristirahat. Setelah memeriksa dan mencari ke setiap sudut, Kultivator itu menemukan sebuah gua dimana Mana Element yang kuat memancar.
Dia kemudian kembali dan mengatakan penemuannya itu kepada pasangannya. Di dalam gua, mereka menemukan sepasang pedang kembar yang dipajang di atas tumpukan Demonic Core kualitas tinggi. Ketika seorang dari mereka ingin mengambil pedang itu, sebuah energi mengerikan membuatnya terpental menabrak dinding.
Mereka menyadari, pedang yang ada di depan mereka adalah sebuah Artefak. Karena Artefak itu di segel, merek berdua tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengambilnya. Meskipun mereka mencoba menyerangnya sekuat tenaga, segel itu tetap tidak hancur karena seseorang yang memasang segel ini lebih kuat dari gabungan mereka berdua.
Mereka merasa kecewa, tetapi kemudian mereka menyadari kepekatan dan kemurnian Mana Element di tempat itu, mereka berdua merasa kekuatan mereka naik dengan pesat. Setelah memikirkannya, pasangan Kultivator itu akhirnya memutuskan untuk menetap di sana, membangun sebuah pemukiman kecil dan mengundang seluruh kerabat mereka untuk datang. Waktu berlalu, pemukiman kecil terus tumbuh dan mulai membuka jalur perdagangan ke Kota Aclote, barang yang mereka perdagangkan adalah tumbuhan obat dan beberapa barang khusus di sekitar hutan Lostingsoul. Dan untuk Dragon Demonic Beast, jika mereka tidak melangkah ke teritorinya maka itu bukanlah masalah.
"Dan inilah Leidenshaflicth... kota Kultivator yang makmur. Itu adalah cerita beberapa ratus tahun yang lalu." Grandmaster Ian mengakhiri ceritanya, bersamaan dengan itu mereka sampai di tempat pertemuan.
"Grandmaster, apakah Dragon Demonic Beast itu masih hidup?" Sasha bertanya ketika tiga orang itu melangkah ke dalam restoran mewah tempat pertemuan berlangsung. Banyak orang yang keluar masuk dari tempat itu, kebanyakan dari mereka adalah Kultivator Warrior dan Mage, sedangkan manusia biasa cukup jarang.
"Aku tidak tahu, tetapi bila kalian ingin tahu, aku bisa membawa kalian untuk bertanya pada Kultivator yang mendirikan kota ini," Grandmaster tersenyum misterius dan menunjuk bukit di tengah kota, dia lalu berbalik dan masuk ke dalam restoran, disambut oleh beberapa pelayan.
Lei Wei dan Sasha mengalihkan pandangan mereka ke arah bukit, mereka bisa merasakan kepekatan Energi Mana yang sangat tebal berasal dari bukit itu. Bukit di pusat kota dikelilingi oleh tembok tinggi berwarna hijau, tampaknya terbuat dari bahan khusus, Energi yang mengerikan berfluktuasi diatasnya yang tidak membiarkan satu pun benda melaluinya. Di atas langit, sebuah Array besar terbentuk, mencegah bahkan setitik debu menembus dan masuk ke dalam daerah puncak bukit. Samar-samar, Lei Wei dan Sasha merasakan aura yang bahkan lebih kuat dari Grandmaster mereka, terlebih aura itu terasa kuno.
Keduanya bergidik. Mereka berdua kemudian ikut masuk ke dalam restoran dan mengekor di belakang Grandmaster Ian. "Hahahaha, kalian takut? Tidak perlu khawatir, orang itu temanku." Grandmaster Ian tersenyum ketika melirik dua muridnya.