How Can I Say

"Apa yang kau lakukan?" tanya Snow yang merasa terganggu.

Seungjin melihat ke dalam dan Ia benar. Teman-temannya ada di sana. Ini adalah tempat Ia dan Snow pertama kali bertemu.

"Ayo lihat permainan basket!" ajak Seungjin. Snow menengok ke dalam.

"Tidak."

"Ayolah... Lagipula ini masih pagi. Lima belas menit saja, bagaimana?" bujuk Seungjin.

Snow menatapnya malas. "Lima belas menit saja." kata Snow tegas lalu masuk.

Seungjin merasa sangat senang dan langsung berlari masuk. Ia menyapa teman-temannya sebentar lalu mulai ikut bermain. Snow duduk di tribun untuk melihat permainan basket mereka di antara riuh teriakan para gadis-gadis.

Lima belas menit berlalu dan permainan selesai. Mereka semua bersiap untuk pergi ke kelas masing-masing. Snow juga hendak pergi saat Seungjin kembali menahannya.

"Hei, hei! Tunggu sebentar!"

"Apa lagi?"

"Aku belum pernah melakukan ini sebelumnya, tapi aku akan secara sukarela mengajarimu bermain basket. Bagaimana?" tawar Seungjin penuh harapan.

"Tidak, terima kasih." jawab Snow datar, bahkan tanpa berpikir.

"Hei! Aku serius. Kaulah yang pertama aku tawari."

"Tidak usah repot-repot." tolak Snow sambil berjalan pergi.

"Snow..." kata Seungjin pelan, lebih seperti nada putus asa, saat Ia berusaha menahan Snow agar lebih lama dengannya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Snow mencoba memahami sikap Seungjin yang aneh pagi ini.

"Uhm... Aku hanya... hanya ingin mengajakmu bermain basket." jawab Seungjin salah tingkah.

Snow menatapnya ragu..

"Satu poin saja. Jika kau bisa memasukan bola satu poin, kita langsung berhenti. Setuju?"  tawar Seungjin.

Snow merasa curiga padanya. Mereka tidak pernah berbicara normal, namun Seungjin bahkan berani mengajaknya bermain basket. Namun Snow akhirnya mengangguk pada Seungjin. Mereka bergeser ke tengah lapangan dan pemuda itu mulai mendrible bola di antara mereka.

'Satu poin saja. Satu poin saja dan aku akan pergi.' Pikir Snow.