Menangkap donatur sekolah yang menjadi sumber masalah di sekolah, memang tidak lah mudah. Akan tetapi, jika Reyna memancingnya keluar, dan masuk ke dalam perangkap Reyna, bukan kah itu ide yang bagus? Walau Reyna tahu hal itu tidak akan berjalan mulus, tapi ... ia yakin, menangkap orang itu akan jadi lebih mudah. Dengan menarik Yorine, calon ketua osis itu sebagai pancingan, pasti sang donatur sebagai Ayah, atau mungkin kakanya akan muncul ke permukaan, bukan? "Si—siapa yang berani memajang wajah ku di sini?! Hey! Cepat katakan! Siapa yang menaruh wajah ku di mading sekolah, hah?!" teriak Yorine. Para siswa yang ada di sana, hanya menatap Yorine dengan tatapan sinis. Jadi, seperti citra calon ketua osis di mata mereka sekarang? Yap, harus seperti itu.
Dari kejauhan, Reyna melihat Joyye yang berlari, menembus semua kerumunan itu. Ia tersenyum puas, akhirnya, hari yang dinantikan para korban terjadi juga. Joyye memecahkan kaca Mading tersebut, merobek semua foto–foto yang terpajang di sana. Kemudian ia menatap tajam ke semua siswa yang berada di sana, dan kemudian ia berteriak ... "Bubar! Kalian semua pergi! Aku ini masih ketua osis!" titahnya. Sebagian dari mereka masih mau berempati, dan mendengarkan Joyye, tapi sebagian besar, malah membalas tatapan tajam Joyye, termasuk Casley yang kini sedang menyaksikan drama baru di sekolah. Ah, tidak sia–sia Casley mau bekerja sama dengan Reyna. "Hey! Kalian tahu?! Aku adalah adik dari donatur sekolah ini! Cepat kalian pergi! Atau aku laporkan kalian pada kakak ku, dan kalian akan dikeluarkan dari sekolah!" teriak Joyye lagi.
Mereka semua pergi, sembari meledek Joyye dan Yorine. Namun, Casley dan Evelyn tetap berada di sana. "Aku tahu ini berat, tapi lebih berat lagi jika kau harus kehilangan anggota keluarga mu, Joyye. Adik mu ini, seharusnya meminta maaf padaku, bukan? Karena dia sudah membunuh adik ku, dan dia juga hampir membunuh ku!" Setelah mengantakan hal itu, Casley menarik tangan Evelyn untuk pergi meninggalkan Joyye dan Yorine. Ah, gadis yang hari itu terbunuh di balkon adalah, adiknya Casley. Ah sedikit mengejutkan, ya? "Seharusnya aku langsung membunuhnya hari itu, kak!" geram Yorine.
Reyna yang melihat Yorine mengeluarkan revolver, langsung berlari ke lantai satu, Yorine tidak boleh melukai siapapun lagi. Cukup saja Rendra yang terakhir. "Casley, Evelyn, awas!" Belum sempat Reyna sampai ke bawah, Yorine sudah terlebih dulu menembakan satu pelurunya. Namun, Jake dengan sigap menarik Casley dan Evelyn, kemudian ia melemparkan gas air mata ke arah Joyye dan Yorine. Tenang, Jake dan Reyna, memiliki kacamata yang bisa membantu mereka melihat disegala keadaan dengan jelas. "Tere, tolong amankan mereka," ucap Jake. Tanpa banyak bicara, Tere langsung membawa kedua gadis itu ke ruangan khusus untuk mereka di sekolah ini, ah itu, ruangan tersembunyi yang hari itu Reyna, Ghani, dan Nessa masuki.
"Kita harus menyudutkan Joyye dan Yorine, semua yang sudah Yorine lakukan sudah terbongkar, tinggal kejahatan Joyye saja yang belum kita ungkap, Jake." Setelah mengatakan hal itu, Reyna memberi aba–aba untuk maju, dan mendekat kearah Joyye berada. Joyye dan Yorine masih berada di sana, mereka tidak tahu harus pergi kemana dalam keadaan seperti ini. Dari kejauhan, Joyye melihat bayangan tubuh seseorang. Ia bernafas lega akan hal itu, ternyata, masih ada yang mau menolong mereka berdua. Tapi, harapan itu harus pupus, karena dua orang itu menodongkan pistol kearah mereka. "Kapan anak buah kakak akan datang dan menolong kita, Joyye?" tanya Yorine, dan Joyye hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Reyna dan Jake kini sudah berada di hadapan keduanya, yang Reyna inginkan hanya satu, yaitu senjata yang mereka gunakan. "Ah, Joyye. Jika kau mengira Casley lah yang membeberkan semua ini, maka kau salah besar. Dan sudah aku peringatkan dari awal, jangan pernah kau cari masalah sampai aku keluar dari tempat ini," ucap Reyna panjang. Joyye menerka–nerka, suara siapa ini. Ia mengenal suaranya, akan tetapi ia juga lupa di mana ia pernah mendengarnya. "Setelah semua ini berakhir, aku berjanji ... setiap sekolah yang adik mu datangi, akan menjadi Neraka baginya," lanjut Reyna. Setelah mengatakan semua itu, Reyna pergi meninggalkan Joyye dan Yorine, sedangkan Ghani, mengambil semua senjata yang sudah Joyye dan Yorine serahkan pada mereka.
Joyye menatap kepergian Reyna dan Jake. Walau ia tidak mengetahui jika itu adalah Reyna dan sang penjaga sekolah, tapi Joyye yakin, mereka adalah orang yang hari itu menolong Joyye. Akan tetapi, orang itu juga memperingati Joyye, agar tidak macam–macam di sekolah selama semester 2 ini. Yah, harusnya Joyye mendengarkan apa yang Reyna katakan hari itu, tapi bodohnya, ia malah melakukan pembunuhan terhadapnya Rendra. Bodoh, Joyye memang orang yang sangat bodoh. Padahal, hidupnya akan aman jika dia tidak macam–macam, dan sekarang sudah seperti ini, kakaknya juga pasti akan membuangnya, atau bahkan, menjadi Joyye bahan penghasil uang lain.
Setelah kabut asapnya hilang, di hadapan Joyye sudah ada sang kakak dan anak buahnya. Reyna yang kini sudah berganti pakaian, melihat orang itu dari kejauhan, dan terpikir satu nama yang sudah sangat lama tidak pernah Reyna dengar lagi. "Romando Velgian? Jauh sekali dia dari Italy datang ke Asia hanya untuk meladeni adik–adiknya?" ujar Reyna, sembari tersenyum simpul. Ah, ternyata tidak sesulit yang Reyna kira ya, untuk menarik seorang tuan muda keluarga Gian Piero ke sebuah masalah? "Ah, sepertinya nanti aku harus menyapanya, Jake," tutur Reyna, melalui earphonenya.
Jake dan Reyna kini sedang menyiapkan kejutan lain, tentu saja untuk menyambut kedatangan donatur sekolah ini. Dan, sekaligus mengatakan, bahwa mereka cabut saja kerja sama kontrak dengan sekolah ini. "Kau sudah siap, Jake?" tanya Reyna, dan Jake mengiyakan. Seharusnya Roman berterimakasih pada Reyna, karena sudah membantunya memperkenalkan diri pada siswa–siswa di sekolah ini. "Siapa? Siapa orang yang berani melakukan hal ini?!" teriak Romando, dan membuat semua siswa di sini menertawakannya. Ah, miris sekali bukan? Tapi, selogan yang Reyna buat sangat bagus, ia menulis 'Pembunuh tidak pantas jadi pemimpin sekolah' Ah, Reyna sangat puas membacanya.
"Apa yang sedang kalian lihat? Cepat ambil poster itu! Dan cari orang yang membuatnya sekarang juga!" teriak Roman pada anak buahnya. Reyna dan Jake bergegas pergi dari tempat mereka membuka poster itu. "Tere, kau sudah mereset rekaman CCTVnya?" tanya Reyna, sembari berlari. "Tenang, begitu kalian stay di sana, aku sudah mereset CCTVnya, jadi mereka tidak akan bisa melacak kalian," jawab Tere, dari balik tembok. Ah, maksudnya ruangan tersembunyi itu.
"Bagaimana jika Roman melihat gadis yang hampir ia jual, berada di hadapannya lagi?"
~~~~~