webnovel

Mata Yang Sama

Beruntungnya tidak ada seorang pun yang bertanya tentang hasil pertemuan tadi, bahkan atasannya langsung pun tidak bertanya. Jadi Lilian merasa lega karena tidak harus mengarang sebuah cerita.

Walau Lilian dibesarkan tidak memiliki orang tua , tapi dia terdidik dengan baik. Senakal apa pun dia, tapi tetap berbohong adalah hal yang jarang dia lakukan.

Pertemuannya dengan bayi perempuan tadi mengganggu pikirannya, bayi itu memiki mata berwarna coklat muda, tapi dimata kirinya terlihat warna coklat lebih gelap. Memang belum begitu terlihat jelas karena masih sangat kecil.

Lilian juga memiliki warna mata yang sama, hanya dimata sebelah kanannya yang memiliki warna lebih gelap. Semenjak dia remaja, Bram menyuruhnya memakai contact lens berwarna hitam untuk menutupi mata coklatnya. Tidak ada orang luar yang tahu ini, hanya saudara-saudara terdekat di panti asuhan saja yang tahu. Dia akan memberi tahu Bram tentang ini nanti.

Karena Lilian akan cuti selama tiga hari, dia membuat daftar apa yang harus dan mendesak untuk dikerjakan oleh taman penggantinya, jadi dia agak telat keluar dari Hotel. Saat Lilian tiba di bawah sudah terlihat mobil Nadine menunggunya. Aryumi telah pulang lebih dulu karena dia bekeja sampai jam dua siang.

" Apa yang harus kita bawa kerumah Mono malam ini?" Nadine langsung bertanya begitu Lilian masuk kemobil dan mulai menyetir.

" Aryumi sudah membelinya, aku titip ke dia tadi." jelas Lilian.

"Jika itu untuk kakak-kakakmu, kau pasti sigap berpikir, tak menghitung berapa banyak uang yang harus dikeluarkan" sindir Nadine.

"Tapi jika itu buat dirimu sendiri, kau akan mengeluarkan kalkulator, sungguh sebuah ironi" sambungnya.

"Bukan hanya kakak-kakakku, kamu dan juga saudara yang lain dapat perlakuan yang sama" lirik Lilian. " Aku mengumpulkan uang untuk kalian semua, hidupku milik kalian, apalagi uangku. oh Tuhan, aku begitu mencintai kalian" sambung Lilian dengan manja memeluk Nadine.

"Lepaskan, aku sedang menyetir" Nadine merasa risih dengan pelukan manja Lilian.

"Sikap manja itu sungguh tidak cocok untuk dirimu!" Kata-kata Nadine penuh dengan ejekan.

"Nadine, coba tebak siapa yang aku temui hari ini" Lilian mencoba menghidupkan suasana.

Nadine tidak mempunyai ide siapa yang ditemui Lilian hari ini, dia bukan berasal dari bisnis ini, mana dia tahu. Nadine hanya berpura-pura berpikir keras dengan sedikit mengerutkan kening.

"Kau harus merubah cara berpura-puramu, sungguh tak berkembang" sindir Lilian begitu melihat wajah Nadine.

Mendengar sindiran Lilian, Nadine tersenyum lebar " Oke, aku ketahuan. Sekarang beritahu siapa orang itu, sehingga layak kita bicarakan" katanya berterus terang.

"Bayi pasangan Adyatama Sujana" Suara Lilian terdengar sedikit berbisik, tapi Nadine yang mendengarnya langsung terkejut.

" Bagaimana kamu bisa bertemu bayi itu?" Nadine bertanya ingin tahu.

" Dia bersama pamannya, ada pertemuan dengan pria itu. Kau tahu Nadine, ada yang lebih mengejutkan lagi" Lilian membuat Nadine lebih penasaran.

"Bayi itu memiliki mata yang sama dengan milikku" suara Lilian terdengar lebih rendah lagi.

Nadine yang mendengar kata-kata Lilian secara spontan menutup mulutnya dengan tangannya yang bebas.

" Kenapa kau selalu melanggar aturannya " Walau suara Nadine juga rendah, tapi nada marah sangat jelas terasa.

"Tidak ada orang lain didalam mobil ini" Lilian menjelaskan.

"Ada telinga dimana-mana, kau harus ingat itu untuk keselamatanmu" Nadine mengingatkan.

Bram sangat mengingat sangat jelas ketika Lilian tiba di panti asuhan. Itu tengah malam, bukan waktu yang normal untuk seseorang datang kepanti jika bukan karena dia harus menyembunyikannya. Pria yang datang mengantarnya berpakaian mewah tapi terlihat sangat letih, seperti baru tiba dari perjalanan jauh, mobilnya pun mewah. Pria itu meminta pengurus panti tidak memberitahu siapa pun yang bertanya tentang bayi yang datang baru-baru ini, juga tentang warna istimewa matanya dan memberitahu namanya sebagai Lilian, Hanya itu. Pria itu juga mengatakan orang tuanya suatu saat pasti akan menjemputnya jika tidak ada hal-hal yang buruk terjadi.

Yang tidak pria itu ketahui adalah seorang anak laki-laki kecil mengikutinya secara sembunyi-sembunyi, mengingat no plat mobil yang terparkir di luar halaman panti asuhan.

Setelah dua puluh delapan tahun berlalu, tidak ada seorang pun yang bertanya atau datang mencarinya. Itu memberi satu jawaban, sesuatu yang buruk terjadi, orang tuanya tak bisa melewatinya. Dan dia tersembunyi dengan baik di panti asuhan.

Ketika Lilian remaja, Bram pernah bertanya apakah dia ingin tahu siapa keluarganya? Bram memberitahu Lilian jika dia mengingat no plat mobil pria yang membawanya, mereka bisa mencari tahu melalui itu. Tapi Lilian menolak, jika keluarganya tidak datang menjemput, itu ada dua kemungkinan : mereka telah celaka, atau mereka merasa dia lebih aman dipanti. Jadi Bram tidak pernah bertanya lagi.

"Kita harus memberitahu Bram tentang ini, kamu harus lebih berhati-hati" Nadine tegas menginstruksikan. " Aku akan mencari tahu tentang ibu bayi itu, kalau-kalau dia juga memiliki hal yang sama" sambung Nadine.

Setelah percakapan itu, dua orang didalam mobil itu berada dalam keheningan, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Panti asuhan tempat mereka tinggal selama belasan tahun, berada di pinggiran kota T, perjalanan selama lima jam jika ditempuh dengan mobil pribadi. Bangunan Panti asuhan itu sendiri agak terpencil, jauh dari jalan raya. Yang anak-anak panti asuhan itu tidak tahu adalah, itu memang dibangun untuk menyembunyikan seseorang, orang yang sangat penting.