Di sebuah ruangan yang terlihat luas namun sunyi dan pencahayaan yang remang-remang. Ruangan yang diisi hanya beberapa manusia yang mengenakan topeng gagak.
Diatas meja berbentuk persegi panjang yang di bagian panjangnya, diisi oleh 4 orang yang duduk berjejer.
Sementara di bagian tengah, terlihat seseorang dengan setelan seragam sekolah dengan wajah tertutup oleh topeng gagak hitam duduk di sebuah kursi khusus untuk seorang pemimpin.
CROW
Sang pemimpin bayangan telah menunjukkan siluet dirinya dari balik kegelapan dan duduk di kursi khusus yang telah di sediakan untuknya.
Crow ada untuk sebuah keadilan, dan keadilan merupakan perwujudan dari Crow. Crow tidak terkhusus, karena Crow adalah cahaya.
Tak lama kemudian, sebuah suara yang terdengar lembut dengan nada yang ramah menyapa seluruh anggota yang ada di ruangan.
"Halo semuanya... Nampaknya ke 8 bangku untuk yang terpilih sudah di duduki oleh masing-masing yang terpilih.
Bangku pertama code name [???]
Bangku kedua code name [???]
Bangku ketiga code name [???]
Bangku keempat code name [???]
Bangku Kelima code name [???]
Bangku keenam code name[Rhino]
Bangku ketujuh code name [Snake]
Bangku kedelapan code name [Shark]
Itu adalah code name kalian sebagai petinggi yang mewakili para anggota Crow. Dan kalian semua bisa memanggilku dengan panggilan Raven."
Raven merupakan seorang pemimpin Crow. Dirinya memiliki rambut hitam yang begitu mengkilap dan mencolok, rambut hitamnya sangat lebat dan panjang. Mungkin panjangnya sampai ke mata, sementara wajahnya di tutupi dengan topeng gagak.
"Baiklah... hari ini semuanya di kumpulkan karena ada sedikit masalah pada para eksekutor yang kita kirimkan untuk menyerang para pembully," ucap Raven dengan nada yang mendominasi dan terdengar kecewa.
Raven menjelaskan kalau beberapa kali, eksekutor yang diberi tugas untuk memukuli para perundung telah beberapa kali mengalami kegagalan dalam misinya.
Eksekutif lapangan yang ditugaskan untuk memantau anggota yang tak lain adalah Shark, mengatakan bahwa eksekutor telah dikalahkan beberapa kali dan wajahnya berhasil diketahui.
"Shark telah mengkonfirmasi ini... Jujur saja, disini aku sangat tidak puas, karena beberapa korban perundungan yang mengadu pada kita telah ketahuan dan dirundung balik oleh pembully itu..." jelas Raven.
Raven kemudian memanggil seseorang dari belakangnya. Terlihat wanita berambut panjang yang rambutnya dikuncir ke belakang dan mengenakan topeng berjalan secara perlahan dan muncul dari belakang Raven.
—"Orang ini adalah salah satu korban perundungan yang kini memutuskan menjadi anggota Crow setelah berbagai macam perundungan yang dilakukan padanya," jelas Raven di hadapan para eksekutif lainnya.
Raven kemudian mempersilahkan perempuan itu untuk memperkenalkan dirinya di hadapan para eksekutif lainnya.
"Silahkan perkenalkan nama m—"
— "Tanpa nama," ucap perempuan itu dengan nada dingin.
No-Name kemudian menjelaskan bagaimana rencananya yang akan dilakukannya untuk menanggulangi masalah para eksekutor yang ditugaskan.
No name berjalan dengan penuh kharisma lalu mengatakan, "Aku tidak akan berbicara panjang lebar. Rencana kita adalah pembentukan Divisi keamanan." ucapnya dengan nada mendominasi.
----------------
[Railen International High School]
Seorang pria dengan rambut panjang belah dua berjalan mendekati sebuah gerbang sekolah bersama dengan Gema. "Ini tugas pertama mu? Railen High memang disebut -sebut memiliki perempuan yang cantik-cantik, namun jangan Tol*l untuk saat ini, tugas kita lebih penting," ucapnya mengingatkan Gema.
Pria itu adalah Arpent. Ia merupakan salah satu dari eksekutif Kostah yang ditugaskan untuk mencari jejak Crow.
Ding... Dong... Ding... Dong.... Ding... Dong...
Ding... Dong...
Bel pulang sekolah berbunyi di Railen, Gema dan Arpent masuk kedalam gerbang sekolah yang dijaga oleh seorang satpam.
Melihat seragam Arpent dan Gema yang beda dari sekolah Railen, sontak membuat sang satpam menegur dan menghentikan mereka.
"Hei! Hei! mau ngapain kalian?" bentak satpam tersebut sambil tengak-tengok menatap wajah Gema dan Arpent.
Namun tanpa banyak omong, Gema tanpa aba-aba langsung meninju wajah satpam tersebut hingga membuatnya tersungkur.
Gubrak!
"Cih!"
Satpam itu langsung pingsan hanya dalam 1 kali pukulan Gema. "Astaga... Mengapa kau harus membuat kegiatan yang merepotkan sih... Cepat angkat dan masukkan dia kembali kedalam pos keamanannya," ucap Arpent dengan ekspresi sedikit kesal.
Gema pun sama kesalnya, meski ia menarik satpam itu ke dalam pos, tetap saja mulutnya tidak berhenti mencaci.
"Sialan! kau pikir aku pembantumu apa?! dasar brengsek!" teriak Gema tak puas dan gusar dengan kelakuan Arpent yang sok seperti seorang bos.
Meski begitu Arpent tak peduli dan langsung pergi meninggalkan Gema yang menyeret badan satpam tersebut sambil marah-marah di gerbang sekolah.
Setelah Gema meletakkan satpam itu ke dalam posnya kembali, Gema langsung berlari menyusul mengikuti Arpent.
"Jadi, apa yang akan kita cari?" tanya Gema.
Arpent terus berjalan dan tidak menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh Gema tadi.
Gema dan Arpent berhenti di sebuah kelas. Di depan pintu kelas itu terdapat tulisan kelas 12, Arpent langsung masuk kedalam kelas tersebut dan menarik seseorang.
"Aku punya urusan denganmu, ikuti aku," tukas Arpent sambil memberikan isyarat jari.
Pria itu mengangguk dan mengikuti Arpent. Mereka bertiga membicarakan sesuatu. "Jadi informasi yang kau katakan ini benar adanya?" tanya Arpent memastikan.
Pria itu mengangguk tanpa keraguan. "Ya, sekolah membutuhkan re-stock untuk laboratorium, jadi transaksi narkoba kemungkinan akan terjadi disini, dan juga aku telah memastikan bahwa mereka menyebut diri mereka sebagai Crow."
Pria itu menjelaskan berbagai macam hal kepada Arpent serta Gema. "Transaksi akan dilakukan dalam 15 menit lagi, adapun itu kalian harus tetap menunggu untuk penyergapan."
Setelah pria tersebut menjelaskan semua informasi yang diketahui olehnya, ia pun langsung pamit untuk pergi pulang.
Setelah informasi tersebut di cerna oleh otak Arpent. Ia mulai memikirkan sesuatu, bahwa Crow mulai memanipulasi produk obat-obatan.
Arpent kemudian bertanya pada Gema dengan nada sedikit meremehkan. "Gema, apa kau memikirkan hal yang sama denganku terkait obat-obatan ini?"
Gema mengangguk kemudian berkata, "Crow nampaknya memiliki koneksi dengan tenaga medis. Jujur aku meremehkan mereka..." ucap Gema dengan nada lirih.
Arpent lantas berkata, "Benar, ini akan membuat komplikasi yang rumit. Tentang peraturan perundang-undangan Obat-obatan diatur dengan ketat, apalagi untuk obat-obatan dengan jenis psikotropika, pendistribusiannya terlalu gila."
Bersambung....