Anak! Yah, hanya dengan mengatasnamakan anak, yang Rio tahu, selama ini Jamal mau melakukan apapun perintah Rio. Rio tersenyum tipis, lantaran sudah menemukan cara untuk membujuk Jamal.
"Ya pasti ada hubungannya lah. Emang lu mau nanti anak kita di ejek sama temen-temennya karena punya ayah yang bego? Trus lu mau nanti anak kita menderita, gara-gara bapaknya jatuh miskin, nggak mampu nerusin perusahaan akungnya?"
Penjelasan Rio membuat wajah Jamal berkerut, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tentu saja ia tidak mau hal itu sampai terjadi. Anaknya harus mendapatkan yang terbaik.
"Makanya, lu berubah. Bikin anak kita nanti kagum sama lu. Bikin juga anak kita ngerasa bangga karena punya ayah yang pinter kayak lu. Belum terlambat kok! Lu masih punya banyak waktu."
Hipotesis Rio sukses membuat Jamal tertegun. Dalam diam, remaja Jamal juga membenarkan kata-kata Rio barusan. Hal itu membuat ia sedikit melunak, lalu secara perlahan ia mengurai pelukan pada tas sekolah miliknya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com