webnovel

Cold Boy Paskibra

Zach berjalan tegap, pandangan matalurus kedepan tanpa menggubris teriakan-teriakan histeris para kaum hawa yang ia temui disetiap jalan koridor. Dia muak dengan itu semua, setiap kali ia berjalan pasti diantara gadis itu selalu saja meneriak-neriakan namanya dia benci sunggu benci jika selalu ada terus wanita yang mendekatinya. Karna popularitas dan kekayaan yang ia miliki saat ini. Ia terus saja berjalan sampai ketika ia mendengar suara meja jatuh yang begitu keras seperti sengaja dijatuhkan dari salah satu lkelas yanang berada dikoridor itu. Zach mendekat kekelas dimana ada suara barusan dan melihat apa yang terjadi disana, sebuah pemandangan yang membuatnya menggelengkan kepala tak percaya. Namun ekspresi datar masih terlihat jelas diwajah tampanya. “ini akibat Lo udah ngelawan gue tadi”terdengar suara wanita yang begitu kejam sambil menuangkan air kotor ketubuh wanita lainnya yang tengah terduduk dilantai. “gu, gue salah apa sama Lo” gadis itu mencoba memberanikan dirinya untuk berucap Plakkk Suara tamparan keras terdengar begitu nyarinya, tetapi bukan mengenai wajah gadis yang terduduk itu melainkan mengenai sebuah punggu kekar yang memeluk gadis itu, Zach berjongkok didepan gadis dilantai itu menghalau tamparan yang menyakitkan menggunakan punggungnya.

Elfcho88 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
53 Chs

Episode 23

Luna duduk di kursi taman belakang sekolah melihat ponselnya yang sedari semalam ia matikan. Rasanya malas untuk menghidupkan ponsel itu entah kenapa rasanya tidak berminat untuk menyalakannya

"EKHMM" Suara deheman tersebut mengalihkan pandangan Luna yang sedari tadi menatap Ponsel yang tergenggam di tangannya..

Ia sangat kaget ketika ada Zach di sampingnya, Luna hanya menoleh sekilas lalu memandang kearah lain.

Tanpa berkata apapun tiba-tiba saja Zach duduk di bangku yang di duduki Luna saat ini. Memang ada sedikit ruang untuk duduk, sehingga membuat Zach bisa duduk di situ. Laki-laki itu duduk tanpa meminta izin terlebih dahulu pada yang menduduki bangku itu.

Walaupun Zach duduk di sebelahnya saat ini, Luna masih tetap pada pendirianya diam membisu membiarkan Zach yang juga hanya diam saja. Zach sesekali menatap Luna yang menghadap kearah lain membelakangi dirinya, dia melihat sekilas gadis di sebelahnya ini tampak menghidupkan ponselnya.

"Kemarin kemana? " Tanya Zach hati-hati, karena ia tahu saat ini Luna sedang marah dengannya.

Luna diam saja tidak merespon pertanyaan Zach posisinya masih sama membelakangi pria es itu.

"Kemarin gue nyuruh lo buat nunggu disana aja kan. Tapi, Lo gak ada kemana? " Tanya Zach lagi

Luna membalikan tubuhnya kini menghadap Zach, menatap tajam pemuda itu tersilat ada rasa sakit hati marah dan kecewa di matanya.

"Ngapain Lo Tanya-tanya gue, Lo gak ada rasa bersalah atau apa gitu ke gue. Eh gue lupa Lo kan manusia es. Jadi, hati lo udah beku mana mungkin Lo punya perasaan seperti itu" ujar Luna membentak ada rasa marah kecewa dan sakit hati di setiap kalimatnya. Ia benar-benar kecewa dengan sikap dan perilaku Zach semalam yang telah tega meninggalkan dirinya seorang diri di pinggir jalan. Setelah mengatakan itu Luna bangkit dari duduknya berdiri dan hendak pergi meninggalkan Zach yang menatap dirinya dengan ekspresi yang tidak ia mengerti.

Belum sempat Luna melangkah pergi cengkraman tangan dilengannya menghentikan langkahnya untuk berjalan.

"Maaf" hanya itu yang terlontar dari mulut Zach, Zach kini bangkit dari duduknya berdiri tepat di depan Luna yang menatapnya masih dengan sorot mata tajam.

Luna hanya diam menatap pria es itu dengan tajam, tanpa berniat untuk melanjutkan percakapan dengan Zach.

"Lepasin Zach" lirih Luna, ia sudah malas untuk berhadapan dengan Zach.

Zach masih tetap menggenggam pergelangan tangan Luna tidak menuruti perkataan gadis itu. Luna tidak perduli dengan genggaman Zach saat ini, ia membalikkan tubuhnya membelakangi Zach berjalan sambil mengibaskan tanganya agar terlepas dari Zach.

Zach membalikkan tubuhnya dan sedikit berlari menghadang langkah Luna yang baru berjalan beberapa langkah darinya.

"Gue tau, gue Salah. Gue minta maaf" ujar Zach

Luna hanya diam menunduk malas untuk memperhatikan wajah Zach. Tidak ada balasan apapun dari Luna reflek Zach meraih kedua tangan Luna untuk meyakinkannya bahwa ia benar-benar menyesal.

"Maaf" lirik Zach sambil memegang kedua tangan Luna.

Luna masih diam tidak bergeming, tapi kali ini dia diam menatap Zach yang juga menatapnya. Tatapan mereka bertemu dan entah kenapa jantung Luna berdebar tak terkontrol melihat wajah Zach yang begitu mempesona tepat di depan wajahnya. Luna buru-buru mengalihkan pandanganya untuk mengontrol detak jantungnya yang tak karuan serta menyembunyikan Pipinya yang memerah dari pandangan Zach.

"Yaelah, Romantisnya" ujar Seorang yang baru saja datang.

"Apaan sih Darr" Luna langsung melepaskan tangannya dari tangan Zach dan langsung pergi meninggalkan Darren dan Zach berdua di taman belakang sekolah.

"Manusia es kayaknya udah cair nih" desis Darren menggoda temanya itu yang diam memperhatikan Luna yang sudah berjalan pergi melangkah agak jauh.

°°°°°

Anya, Dinda dan Luna kini mereka bertiga berkumpul di rumah Anya menghabiskan waktu menonton Drama Korea. Yups mereka bertiga sangat suka sekali dengan drama Korea, mumpung mereka pulang sekolah lebih awal karena guru mereka tengah mengadakan rapat.

"Gilak dramanya beneran keren, apalagi aktingnya Lim Soo hyang. Bar-bar banget deh dia di drama Graceful Family beda banget sama aktingnya di My ID Gangnam. " komentar Dinda terpukau dengan akting aktris korea bernama Lim Soo Hyang itu.

"Iya aktingnya luar biasa banget, dan bar-bar banget. Masa ngehadirin pemakaman ikan yang lainya pakek baju hitam-hitam eh dia dateng-dateng pakek gaun warna merah" sahut Anya sambil tersenyum melihat drama itu yang memang keren. Graceful family drama yang begitu misterius namun ada Lucunya.

Teman-teman Luna menikmati Drakor yang mereka tonton saat ini, sementara Luna yang mememang tampak menonton tapi fikiranya tidak disitu. Dia hanya diam saja ketika kedua temanya tertawa atau saling berkomentar satu sama lain.

Itu membuat Dinda dan Anya melihat ada yang aneh pada Luna.

"Lo kenapa sih" tegur Anya sambil menyenggol bahu Luna.

"Hah" Luna merasa terkejut dengan senggolan pelan dibahunya. Kini memandang Anya.

"Lo galau Lun" ujar Dinda melihat wajah suram Luna.

"Galau? Nggak" balas Luna.

"Terus? " ujar Anya dan Dinda berbarengan.

"...." Luna hanya diam, dia juga bingung harus menjawab apa. Sedari tadi dia memikirkan dirinya sendiri saat didekat Zach. Pasti jantungnya selalu berdebar apa artinya itu, apa itu bisa disebut galau.

"Hei, malah ngelamun" ujar Dinda sambil mengibaskan kedua tanganya di depan Wajah Luna.

"Gue mau tanya deh sama Lo.? " Anya dan Dinda menatap Luna berbarengan. Merasa heran tidak biasanya Luna tampak bingung dan bertanya padanya.

"Tanya,? Tumben Lo tanya kita" ujar Anya.

"Ho'oh, tumben banget" Dinda menyetujuinya.

"Udah deh kalian gak usah heran begitu. Tinggal jawab aja" ujar Luna sedikit kesal dengan kedua temanya yang banyak bertanya.

"Iya-iya kita dengerin" ujara Dinda.

Kini Anya dan Dinda siap mendengarkan apa yang akan ditanyakan Luna. Tapi, Luna hanya diam dan seakan ragu untuk mengatakannya.

"Ehmm, Lo berdua pernah nggak... " lama sekali Luna diam tidak melanjutkan perkataanya seperti menimang-nimang untuk mengatakan hal tersebut.

"Apaan woy, cepet ngomongnya. Keburu jaman batu balik lagi" ujar Anya sedikit bercanda.

"Lo pernahkan berdebar saat mendapat perlakuan manis dari cowok" tanya Luna ragu.

Anya dan Dinda saling pandang lalu memandang Luna bersamaan. Kemudia mereka tertawa sehingga menimbulkan kernyitan di dahi Luna.

"Kok kalian malah tertwa, gak lucu" Luna melihat kedua temannya itu kesal.

"Habisnya Lo aneh" ujar Dinda menahan ketawa.

"Kita ya jelas pernah lah ngerasain begitu. Namaya juga punya perasaan" Anya menyahut.

Luna kembali diam seperti berfikir benar juga namanya punya perasaan pasti pernah lah ngerasain berdebar-debar saat mendapat perlakuan manis dari cowok. Dianya saja yang aneh berarti, cuman begitu saja bingung.

"Yaelah ngelamun lagi nih bocah" Anya memperhatikan Luna yang hanya diam seperti menerawang.

Dinda cekikikan melihat ekspresi wajah Luna.

"Kenapa Lo berdebar di dekat Zach?" Tanya Anya.

"Apaain sih kok jadi Zach" elak Luna.mencoba menutupi padahal mememang benar.

°°°°°

Zach sedang berada di rumahnya, berkumpul bersama keluarga menikmati Dinner bersama kebetulan juga Alfin,Gerald, dan kedua orang tuanya berada di rumah Zach. Arsen memang sengaja mengundang mereka berempat kerumahnya. Lama sekali dia tidak berkumpul dengan Kakaknya dan kedua keponakannya itu.

"Waah, kita lama sekali tidak kumpul ya Sen" ujar Laki-laki paruh baya yang duduk di kursi samping Arsen. Laki-laki paruh baya itu Gevin suami Rini kakak dari Arsen.

"Iya, kita lama sekali tidak bertemu" balas Arsen.

"Bukan Lama lagi om, tapi bener-bener lama banget" sahut Gerald yang juga ada di meja makan.

"Makanya, kamu tuh jangan kebanyakan kerja melulu. Lama kan gak kumpul keluarga begini" ujar Rini yang baru saja datang bersama Wilona yang membawa makanan di kedua tangan mereka.

"Ya mau gimana lagj, siapa yang ngurus perusahaan papa. Zach gak mungkin,Gerald aku suruh setengah-setengah" jawab Arsen sedikit membela diri.

"Salahmu sendiri, kenapa kau suruh Zayn keluar dari rumah. Kalau kamu nggak begitu Zayn pasti mau mengurus perusahaan" ujar Rini sambil duduk sedikit kesal dengan Arsen adiknya itu. Jika sudah membahas Zayn.

Begitu juga dengan suasana di meja makan saat ini, mereka semua yang ada di meja makan langsung diam tidak bersuara satu pun.

"Kenapa pada diam" Rini tetap tak terpengaruh,

"Kamu seharusnya, lebih bijak lagi. Jangan maunya sendiri namanya anak muda ya biarin saja dia ingin apa asal tidak merugikan kita ataupun dirinya sendiri" ujar Rini seakan menyentil Arsen.

"Sudah-Sudah, kenapa kau menceramahi adikmu seperti itu. Dia sudah dewasa" tegur Gevin pada istrinya.

"Ayok kita makan lagi" ujar Gevin lagi mencoba mencairkan suasana.

"Aku sudah selesai" ujar Zach lalu beranjak pergi meninggalkan meja makan. Mereka semua memandang kepergian Zach dengan nanar.

"Kau lihat, anak itu yang menjadi korbanya. Karena ke egoisanmu" ujar Rini pada Arsen.

"Alfin, kamu sudah makankan. Temani Mami tolong temani Zach" kini Rini berbicara pada Anak bungsunya itu. Gerald dan Gevin menatap Alfin seakan menyetujui perkataan Rini barusan.

Arsen dan Wilona hanya diam mendengar perkataan Rini barusan. Mereka berdua seperti sangat merasa bersalah dengan apa yang terjadi di keluarganya saat ini. Apalagi saat dimana Zach menatap mereka dingin rasanya begitu menyakitkan. Mereka berdua tidak berani menjawab perkataan Rini karena memang apa yang dikatakan Rini semuanya benar merekalah yang egois.

"Ayolah come on, kenapa jadi tegang begini" ujar Gerald memecah suasana.

"Wah tante Wilo, selalu yang terdebest dalam hal memasak" Gerald mencoba memecah suasana yang masih menegangkan.

"Kamu bisa saja gerald" ujar Wilona sambil tersenyum simpul.

"Selesai ini, kita mengobrol yuk di ruang keluarga" ajak Gevin.

Mereka semua menanggapinya dengan tersenyum. Tanda mengiyakan ucapan Gevin barusan. Mereka memang harus sering-sering berkumpul bersama agar ikatan kekeluargaan mereka menjadi erat.

Kini meja makan itu mulai kosong, hanya ada Rini dan Wilona yang sedang membereskan meja makan. Sementara para laki-laki sedang berkumpul di ruang keluarga tampak berbincang-bincang satu sama lain.

°°°

T. B. C