Berly masih terbungkus selimut saat dia mendengar ketukan pintu di kamar mereka. Mata indahnya mengerjap perlahan, menampilkan maha karya penguasa alam. Alis yang melengkung sempurna, mata yang tajam, hidung yang mancung, bibir atas tipis dan bawah tebal, serta rahang yang menyempurnakan semua itu. Gavriil. Betapa sempurnanya dirimu.
Berly mengecup kedua kelopak mata yang masih tertutup itu, mengabaikan pelayan yang sedari tadi mengetuk pintu. Kecupan turun ke pucuk hidung lelakinya itu dan turun ke lagi ke bibir dan dagu.
Tangannya mengelus rambut coklat Gavriil, mengingat percintaan yang panas membuat kupu-kupu seolah terbang dari perutnya.
Tidak bisa dipungkiri nikmatnya yang tidak bisa di gambarkan. Berly menggigit bibir bawahnya saat kewanitaannya kembali basah. Mengingatnya saja sudah membuat basah.
Berly bangkit dari kasur nyaman itu, berjalan pelan ke kamar mandi. Sakit di kewanitaannya masih terasa, tapi dia bukan wanita manja yang akan meminta di papah ke kamar mandi.
Aroma jasmine menyeruak di dalam istana, semua orang terheran-heran dari mana asal muasal wangi yang menyamankan ini. Gavriil yang semenjak tadi memejamkan mata kini telah terbangun, ia sangat hapal wangi ini. Wangi tubuh kekasihnya yang hanya ia yang bisa menikmatinya. Tapi mengapa sekarang aroma ini menyebar kemana-mana.
Pangeran tampan itu memasuki ruangan di mana dirinya tengah melihat kekasihnya merendam diri di kolam khusus di penuhi bunga-bunga.
"Amor, wangimu memenuhi istana. Apa yang terjadi?"
"Aku tidak tahu Pangeran, mungkin bisa kau tanyakan pada Ayahmu."
Mata Berly mengikuti gerakan tubuh Gavriil yang ikut masuk ke dalam kolam dengan keadaan yang polos. Kolam ini tidak dalam. Berly bisa duduk dan kepalanya tetap ada di atas air. Air yang di penuhi kelopak mawar ini hanya sebatas bahu mulusnya. Matanya melihat tombak yang berurat itu. Astaga! Kenapa sudah tegang? Wajah Berly sangat merona, yang membuatnya sangat sebal adalah bangsa fairy tidak bisa menutupi rona merah di pipi. Jika merona ya merona, semburat pink dengan jelas terpampang di pipi.
Gavriil mengangkat dagu Berly, mata Berly di suguhkan oleh sesuatu yang membuatnya terbang ke langit.
"Hisap" perintah Gavriil.
Berly meneguk salivanya sendiri, begitu besar dan berurat. Matanya dia tengadahkan menatap mata Gavriil yang mulai berkabut gairah.
Tangannya dia arahkan untuk menggenggam sesuatu itu dan mengurutnya perlahan, membuat Gavriil mengerang. Berly memasukkan sesuatu itu ke dalam mulutnya.
Mulutnya yang penuh naik turun untuk memuaskan kekasihnya itu, lidahnya di dalam sana bergerak lincah membuat urat-urat itu menebal.
Gavriil tak bisa menahannya lagi, di angkatnya Berly keluar dari kolam mini itu--di bopongnya hingga ke tempat tidur. Tempat tidur yang semula kering menjadi basah karena tubuh mereka.
Gavriil melumat lembut bibir Berly, tangannya bergerilya meremas payudara kenyal Berly. Berly tak berhenti mendesah saat Gavriil mengulum payudaranya. Dia sangat hot dengan rambut yang basah.
Gavriil menekuk kaki Berly hingga ke dada kekasihnya. Memasukkan tombaknya secara perlahan. Sial. Sempit sekali.
Berly mendesah, desahannya membuat Gavriil mempercepat tempo gerakan pinggulnya. Melihat Berly menggigit bibir bawahnya--menutup matanya dan payudara yang bergoyang itu ahhh membuat Gavriil memuntahkan cairannya sekali lagi di rahim Berly.
Keduanya berpeluh nikmat. Gavriil mengecup kening Berly, "Aku mencintaimu, Amor. Hidup dan matiku aku serahkan hanya untukmu."
~~~
"Astaga kakak, kalian berdua baru keluar kamar?!" tanya Galvia.
Langkahnya ia hentikan ketika sampai di meja makan. Tangannya terulur mengambil pisang yang berwarna kuning menggoda itu. Galvia membuka pisang dengan gerakan sensual yang matanya tidak lepas dari Christof yang berdiri di pojok ruang makan.
Christof mendelik, bisa-bisanya putri raja bertindak seperti itu di hadapan para pelayan dan juga pangeran.
"Jaga kelakuanmu, Vi." protes Gavriil.
Berly mengikuti tatapan calon adik iparnya itu yang mengarah ke Christof. Berly membentuk huruf O di bibirnya dan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Pangeran, Yang Mulia memanggil Anda." ucap seorang pengawal yang baru saja menampakkan dirinya.
Gavriil mengangguk. Dia menarik lembut tangan Berly dan menggenggam jemari kekasihnya itu. Mereka berdua berjalan menuju perpustakaan tempat dimana Raja dan Ratu berada.
"Ayah," ucap Gavriil saat mereka mulai memasuki perpustakaan besar yang dipenuhi buku-buku itu, "Ada apa?"
"Dua minggu lagi kalian akan menikah. Kalian sudah menyatukan diri kan?"
Gavriil dan Berly terkejut mendengar penuturan Raja Daren itu.
"Kami semua khawatir atas keselamatanmu, menantuku. Aromamu yang tersebar hingga ke penjuru istana dapat mengundang makhluk jahat mendekat. Jika kau bisa, aku ingin kau menghilangkan aroma itu seperti dulu kala hanya Gavriil yang bisa menghirupnya." jelas panjang Ratu Miray.
"Tapi Ibu, Berly sendiri tak mengetahui caranya." balas Gavriil.
Ratu Miray melirik suaminya. Raja Daren melempar kasar sebuah buku usang di hadapan sepasang kekasih itu, "Pelajari" tegasnya.
Gavriil dan Berly undur diri dari hadapan Raja dan Ratu membawa serta buku yang bertuliskan ψυχή .
Berly berjalan keluar istana bersama Gavriil yang sedang membuka buku--Gavriil bisa membaca dengan cepat dan seksama. Berly mengarahkan Gavriil untuk duduk di rindangnya pohon oak, mata Gavriil dan Berly menelusuri setiap kata.
Για να μειώσετε το άρωμα της ψυχής σας που είναι πολύ δυνατό είναι να μουλιάσετε σε ένα από τα λουτρά griffin.
Berly dan Gavriil saling bertatapan setelah membaca kata yang tertulis.
"Itu sangat jauh" keluh Berly.
Gavriil menggenggam jemari Berly dan mengecup punggung tangan kekasihnya itu, "Aku akan menemanimu amor, kita berangkat setelah pernikahan"
Berly mengangguk, wajahnya tertekuk lesu--Gavriil mengecup kening kekasihnya itu.
"Jangan cemberut amor," Gavriil menyentuh bibir Berly dengan jempolnya, "aku tak tahan melihat bibirmu."
Gavriil pun meletakkan bibirnya di atas bibir Berly, melumatnya perlahan hingga menimbulkan suara berdecap yang menambah gairahnya. Dia tahu, untuk bersama Berly ke depannya sangat amat sulit. Dia takut tak bisa bersama Berly hingga akhir hidupnya, karena dia membaca sebuah tulisan di buku itu dan hanya dia yang bisa membaca.
Air mata Gavriil menetes, memikirkannya saja sudah membuat dadanya sesak.
"Sayang?" lirih Berly. Dia melepaskan lumatan bibir mereka saat merasakan ada air yang manis memasuki bibirnya, "ada apa?" tanyanya lagi.
Gavriil menggelengkan kepalanya, punggung tangannya menelusuri rahang Berly kemudian berpindah mengelus rambut panjang Berly yang tergerai indah--rambut berwarna yang menunjukkan suasana hati. Jemari Gavriil menelusup ke tengkuk Berly dan sekali lagi, Gavriil melumat pelan bibir yang membuatnya candu itu, sesekali lidahnya bergulat dengan lidah Berly.
"Kau milikku dan hanya milikku" ucap Gavriil di akhir ciuman mereka.
~~~
Matahari bersinar dengan malu-malu pagi ini, awan mendung menemani pagi mereka. Apakah langit mengetahui takdir sepasang kekasih yang terlihat sangat bahagia ini? Bahagia di awal namun menyedihkan di akhir.
Berly menghisap cahaya matahari pagi, cahaya matahari yang sampai ke kamarnya masuk ke dalam tubuhnya. Berly merasa hangat. Dia harus melakukan sesuatu, bosan hanya duduk santai.
Wanita itu mengenakan jubah berekor berwarna hitam dengan celana panjangnya dan sepatu boots. Rambut emasnya ia kepang ke samping. Jemarinya terhenti di bawah tulang selangkanya--tanda kepemilikan yang muncul setelah dia menyatukan diri bersama Gavriil seolah memberitahukan bahwa ia telah menjadi milik Pangeran Iblis.
Tanda yang bergambar tanduk dengan api yang berkobar serta sayap besarnya yang membentang akan melindungi Berly dari semua marabahaya, membuat jiwa Berly semakin terhubung dengan Gavriil.
Berly menghampiri kuda hitamnya di tangan seorang pekatik. Dia menganggukkan kepalanya ke arah pekatik sebelum melepaskan pelana yang melekat di tubuh kuda kesayangannya itu.
"Jangan memberi George pelana lagi, aku tidak suka dia di kekang. Biarkan dia kemana pun dia mau, dia akan kembali hanya kepadaku." ucap Berly sembari mengelus kepala George.
Pekatik yang mendengar itu menundukkan kepalanya, dia sudah mendengar betapa kejamnya mate pangerannya itu, "Maafkan hamba, Yang Mulia Princess Berly."
Berly tak menghiraukan ucapan ucapan pekatik itu, "George ayo kita jalan-jalan" , setelah mengucapkan itu George menundukkan dirinya mempersilahkan tuannya naik.
George melenggang pelan sedangkan tangan Berly mengelus lembut rambut kudanya yang lebat. Semua pengawal memberi hormat saat Berly keluar dari hipodrom istana.
"Princess," ucap Christof dengan tergesa, "Anda mau ke mana sepagi ini?"
"Aku akan berjalan-jalan Chris, kau tak perlu khawatir"
"Apakah Pangeran tau bahwa Anda akan keluar?" Christof mengelus kuda hitam yang terkenal garang itu.
"Jangan membangunkannya, Gavriil masih terlelap. Biarkan dia. Diam saja jika dia tak bertanya" Christof mengangguk mendengar titah Berly.
Berly merapatkan pahanya ke punggung George, menghentakkan sepatunya sedikit kuat ke tubuh George dan segera George berlari kencang menghilang di antara kabut tebal yang menyelimuti hutan kelam.
Matahari semakin meninggi tapi tak menyurutkan niat Berly menelusuri hutan bersama George. Walaupun George tak bisa membalas setiap ucapannya, tapi George paham betul apa yang di ucapkan Berly. Langkah George melambat kala melihat sayap besar berwarna putih gading membentang di ujung tebing yang penuh akan tumbuhan.
Berly memberi kode pada George agar berhenti, wanita itu segera turun dan menghampiri sosok yang telah menunggunya sepagi ini.
"Aku merindukanmu" ucap Berly.
"Kau semakin cantik, Ber. Aku tak menyangka Pangeran Iblis itu akan menjadi pasanganmu" ucap Athea.
Ya. Sosok bersayap putih itu ialah Athea. Wajahnya yang bercahaya khas malaikat khayangan serta lingkarang halo di kepalanya menandakan bahwa ia benar-benar malaikat.
"Jadi, apa masalahmu? Sehingga kau harus membuang tenaga menghubungiku?" sambung Athea.
Berly menceritakan semua kepada Athea tanpa terkecuali. Athea menatap seksama ekspresi wajah Berly yang berubah-ubah.
"....jadi bagaimana? Apa yang harus aku perbuat?" tanya Berly.
"Lakukan saja. Aku tau dimana letaknya." Athea menyentuh kedua pelipis Berly dengan telunjuknya. Mentransfer lokasi yang Berly ingin tuju, "Ingat untuk berhati-hati. Griffin sangat kasar dan tak berteman, dia akan melihat niatmu. Akan lebih bagus jika kau bisa membuat bangsa Griffin bertekuk lutut padamu, Ber."
"Kau gila?" balas Berly.
"Tidak. Dengan pesonamu, aku yakin bangsa Griffin akan menyerahkan diri dengan sukarela.
Jangan lupa untuk vote.