webnovel

CLASH OF THE CLANS

Menurutmu? Apa tujuan moongoddes menyatukan Clans Ionia dan Cynuria?

Putri_Mataram69 · Fantasy
Not enough ratings
28 Chs

Part 18

Happy reading ❤️

.

.

.

.

.

"Dari mana?!" pertanyaan dengan nada ketus itu terlontar dari bibir Gavriil, sepagi tadi dirinya tak menemukan Berly.

"Menghirup udara pagi bersama George." Kuda hitam itu membungkuk mempersilahkan Berly turun dari punggungnya. Berly menepuk pipi George dan berkata dalam hati, bersenang-senang lah.

"Kau membuat ku khawatir," Gavriil melangkah mendekat saat George sudah beranjak dari sisi Berly. Gavriil memperbaiki rambut Berly yang berantakan tertiup angin. Tangannya menggenggam jemari Berly dan mengecup punggung tangan wanita itu.

Berly tersenyum, matanya melirik ke arah para pengawal yang diam-diam mengamati mereka. Berly tertawa di dalam hati, keromantisan mereka membuat orang lain iri. Itu yang di katakan oleh Galvin setiap kali melihat mereka bermesraan.

Mereka melangkah bersisian dengan jari saling bertaut, menikmati udara pagi yang amat segar. Berly duduk di bawah pohon oak tempat biasa mereka berdua, Gavriil mengikuti dengan mendudukkan diri di sisi kanan Berly.

"Kau akan selalu bersamaku kan?," Berly memeluk pinggang Gavriil dan menyandarkan kepalanya di dada bidang lelaki itu, "benturan klan akan segera di mulai. Aku ingin menambah pasukan, aku tidak tau musuh seperti apa yang akan kita hadapi."

Gavriil terdiam, jemarinya sibuk mengelus surai panjang calon permaisurinya itu, "Jadi?, daerah mana yang ingin kau kuasai terlebih dahulu?"

Berly melepaskan pelukannya, matanya berbinar menatap Gavriil. Dia pikir Gavriil tak akan setuju, tapi nyatanya? Ahh Berly sangat menyayangi lelaki iblis ini, "Kita akan ke Griffin. Niat kita baik, aku yakin bangsa Griffin akan memberi kesetiaan mereka kepada kita."

Gavriil menatap mata Berly yang berbinar bahagia membuatnya tersenyum senang. Apapun akan dia lakukan untuk membuat Berly bahagia.

~~~

Esok hari pun tiba.

Berly dengan santainya menaiki George kesayangannya dengan jubah biru berekor dan rambut emas yang di gelung indah itu. Sedangkan Gavriil menaiki kuda dengan kulit berwarna putih gading yang sangat bersih.

Semua perbekalan telah di siapkan. Pedang dan belati sudah menancap di sisi Berly dan Gavriil. Panah beracun sudah Berly letakkan di quiver arrow miliknya. Racun yang Berly racik dengan tangannya sendiri.

Mereka hanya berangkat berdua, dengan kuda masing-masing. Walaupun melewati perdebatan panjang dengan Raja dan Ratu tetapi akhirnya mereka bisa meyakinkan bahwa mereka akan saling menjaga dan kembali sebelum pesta pernikahan.

Berly menganggukkan kepalanya ke arah Gavriil sebelum kakinya menghentak perut George. Menunggang kuda bersisian dengan kekasihnya membuat perasaannya membuncah bahagia, Gavriil terlihat begitu gagah dengan tampilannya hari ini. Jubah yang sama dengan miliknya, serta senyumannya yang selalu ditampilkan saat melihat Berly. Seperti de ja vu, Berly mengingat saat pertama kali mereka bertemu.

Perjalanan mereka mulus hingga ke ujung wilayah kerajaan yang berbatasan langsung dengan hutan kighe. Gavriil mengangguk dan mempersilahkan Berly untuk memasuki hutan kighe memimpin jalan.

Sunyi. Hanya ada suara desisan daun yang tertiup angin. Matahari pun tak dapat menembus untuk menyinari hutan kighe di karenakan pohon lebat yang menjulang tinggi menghalangi sinar matahari menjadikan hutan ini amat lembap.

"Kita harus mencari tempat yang kering untuk beristirahat." ucap Gavriil di sela kesunyian.

Berly mengeluarkan cahaya setitik dari telapak tangannya, cahaya itu keluar dan melayang-layang seolah memberitahukan sesuatu. Ya, cahaya itu memberitahukan tempat yang di maksud Gavriil.

Bahkan di hutan kighe, kekuatan Berly sama sekali tak berpengaruh. Itu menandakan tingkatan kekuatannya yang luar biasa. Hutan ini terkenal akan keganasannya, tidak ada makhluk buas hanya saja kesunyian dan keremangan hutan ini yang ganas.

Bangsa Griffin terletak di ujung hutan ini. Bangsa Griffin adalah makhluk bertubuh singa tetapi bersayap dan berkepala rajawali. Selayaknya 'singa' makhluk ini menjadi raja hewan buas dan selayaknya 'rajawali' makhluk ini menjadi raja di udara.

Berly membuka kotak perbekalan setelah mereka sampai di tanah kering dekat danau. Membiarkan George berkeliaran seperti biasanya, sedangkan Gavriil mengekang tali kudanya pada sebuah pohon.

"Sayang, apa tidak apa-apa kudamu tidak di kekang?"

Berly mengerutkan keningnya saat pertanyaan Gavriil terdengar aneh, "Kami terhubung sayang dan dia selalu pulang kepadaku bagaimanapun caranya."

Berly menoleh sekilas memperhatikan George yang tampak mengendus-endus rerumputan atau lumut di pohon. Setelahnya, George datang menghampiri Berly dan berposisi seperti duduk di samping Berly memperhatikan Berly mengunyah makanan.

Berly yang menyadari tatapan George pun terkekeh. Wanita itu mengambil beberapa wortel dan roti gandum untuk George.

"Calon Rajamu ini iri terhadap George."

Berly menoleh. Di tatapnya Gavriil yang seolah memasang wajah cemburu namun membuatnya terlihat lucu.

"Tak boleh iri dengan George, Yang Mulia. George adalah sebagian jiwaku." Berly mengelus rahang yang kasar dengan jambang itu.

Ya. George adalah salah satu dari belahan jiwa Berly yang telah ditemukannya. George bukan sembarang kuda. George bisa melindungi Berly dari marabahaya. Sayapnya bisa ia keluarkan saat ingin. Sayap hitam berkilau dengan kobaran api di ujungnya.

Hhhkikiiiiiiikkkkkiiikkkkk

Ringikan seekor kuda membuat Berly dan Gavriil menoleh Dimana George?

"Geoorgee" Berly teriak tertahan.

Gavriil dan Berly setengah berlari mencari keberadaan kuda hitam gagah itu. Dari kejauhan mereka melihat George mengeluarkan sayapnya dan mengelilingi seorang lelaki mengenakan jubah berwarna coklat yang menutupi seluruh badannya kecuali bagian wajah dan surainya yang berwarna coklat muda.

Mereka menghampiri George yang terlihat sedang berhadapan dengan musuh, "Georgeee" Berly memeluk leher kuda itu dan memejamkan matanya sejenak, "Tidak apa-apa George. Sembunyikan sayapmu."

Gavriil berdiri di depan Berly dan kudanya, matanya menatap tajam ke arah lelaki di hadapannya itu, "Siapa kau?"

Lelaki itu menundukkan kepalanya dan tangan kanannya menyentuh dada kirinya, "Yang Mulia Pangeran Gavriil, semoga kegelapan senantiasa bersama Yang Mulia."

Gavriil terperanjat - tidak ada di daerah kekuasaannya yang mengucapkan salam seperti itu.

"Nama hamba Junot. Hamba adalah penjaga perbatasan di hutan ini."

Lelaki yang bernama Junot itu melirik ke sebelah Pangeran yang ternyata telah berdiri Berly dan George di sampingnya. Lelaki ini menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan membungkuk sedikit.

"Hormat hamba kepada Ratu Alam, Princess Berlyvie. Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Anda secepat ini," Junot melirik sekilas ke arah George dan kembali menundukkan kepalanya, "Hormat untuk kendaraan Dewa Ares."

"Kau berasal dari mana?" Mata Berly menelisik lelaki itu dari atas hingga ke bawah jubahnya yang menutupi kakinya.

"Mohon ikuti langkah hamba, Yang Mulia."

Berly dan Gavriil saling pandang. Mata mereka seolah menyiratkan, ikuti saja.

Dan benar, kaki mereka melangkah mengikuti Junot. Kuda hitam Berly sesekali mendengus seolah tak suka dengan kehadiran Junot.

Sesampainya mereka di tempat tujuan, Berly dan Gavriil tercengang. Di hadapan mereka terdapat puluhan bangsa Griffin.

Junot menaikkan tangannya ke atas dan seketika bangsa Griffin itu merubah diri mereka menjadi manusia seperti yang diperintahkan.

Junot meninggalkan Berly dan Gavriil di tanah lapang yang di kelilingi oleh Griffin lainnya. Sayap George membentang, wajahnya berubah sangat garang. Oh ayolah George, ada apa dengan kendaraan kesayangan kakeknya itu.

Junot kembali dengan beberapa orang yang tentunya tak lagi muda.

"Hormat kami semua kepada Yang Mulia Pangeran dan Cucu Dewa Ares."  lelaki tua itu bersujud menghadap Berly dan Gavriil. Atas kelakuannya itu, semua manusia jadi-jadian yang berada disana pun ikut bersujud.

"Bangunlah, wahai Raja Yang Agung." Gavriil berucap dengan suara beratnya.

"Terima kasih atas penghormatan kalian kepada kami. Keberadaan kami disini hanya ingin meminta bantuan." jelas Gavriil.

"Mari Yang Mulia Pangeran, kita bicarakan hal ini di istana."

Mereka semua berubah menjadi Griffin seperti semula, sayap mereka rentangkan sebelum memasuki portal. Junot yang masih menjadi manusia pun menghampiri sepasang kekasih itu, "Niat baik dan tulus akan di permudah, Yang Mulia. Mari." ajaknya.

Gavriil membentangkan sayap indahnya yang besar dan lebar itu, membawa Berly ke dalam pelukannya. Walaupun Berly bisa menggunakan sayapnya atau menunggangi George tetapi seperti ini akan romantis bukan?

Mereka terbang memasuki portal yang menghilang setelah mereka masuk ke dalamnya. Tujuan mereka satu, istana Griffin yang terletak di langit lapisan kedua.

Terima kasih sudah mampir..

huhuhuhuuu

Jangan lupa vote.