Jianyang langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh bossnya, dia kemudian ke rumah Abri untuk bertemu dengan Martin dan memberikan bonus kepada seluruh isi rumah. Martin kemudian bertanya kepada Jianyang yang saat ini sedang melihat catatan ada berapa orang pegawai dan pelayan dirumah ini.
"Nona, memangnya Tuan Abri merayakan apa? kenapa dia membagikan bonus kepada kami? adakah sesuatu yang membahagiakan terjadi dengannya?" tanya Martin merasa sangat penasaran, pasalnya baru beberapa hari bossnya pergi dan sebelumnya tidak mengatakan apapun padanya.
"Martin, Tuan Abri memberi kalian bonus sebagai ungkapan rasa bahagianya karena telah menikah lagi." Ucap Jianyang sambil tersenyum kepada Thomas yang menemaninya. Martin membelalakkan matanya. Dia kemudian bertanya kepada Jianyang siapa istri bossnya tetapi Jianyang tidak memberitahunya.
"Martin, saat Tuan Abri kembali, kalian akan tahu sendiri siapa yang menjadi istrinya. Kalau begitu ini kamu yang bagikan! Aku masih harus menemui Tuan Axton dan Nyonya Xinxin terlebih dahulu." Ucap Jiangyang pada Martin yang terpaksa menelan kekecewaannya karena Jianyang dan Thomas tidak memberitahu siapa istri Tuannya.
Setelah Jianyang dan Thomas pergi, Martin segera mengumpulkan semua pelayan dan pengurus rumah termasuk Lingling yang saat ini memiliki jabatan sebagai kepala koki. Linging merasa heran karena tidak biasanya Martin mengumpulkan semua orang.
"Selamat siang semuanya, ada sesuatu yang akan aku sampaikan dan ini merupakan hal bahagia." Ucap martin sambil melirik Lingling yang saat ini sepertinya masih menanti apa yang akan dia sampaikan. Martin sangat yakin kalau Lingling akan syok saat dia menyampaikan kabar ini.
"Martin, cepatlah! apa yang akan kamu katakan?" ucap Lingling pada Martin yang kini menatapnya dengan tatapan iba.
"Lingling, dan kalian semuanya. Aku akan menyampaikan kalau Tuan Abri telah memberikan bonus kepada kita sebanyak satu bulan gaji. Tuan Abri saat ini sedang berbahagia karena beliau baru saja melangsungkan pernikahan. Kita semua adalah orang yang menjadi bagian dari kehidupannya sehari-harinya, jadi Tuan Abri ingin berbagi kebahagiaan pada kita." Ucap Martin yang langsung dijawab oleh Lingling yang langsung tersedak.
Martin segera memberi air minum yang tersedia di ruang tamu. Dia kemudian menepuk punggung Lingling dan sekarang dia sudah tidak tersedak lagi.
"Martin. apahak kamu sedang bercanda?" tanya Lingling dengan wajah memerah dan mata berkaca-kaca. Apalagi setelah melihat Martin menggelengkan kepalanya. Dia langsung menangis dan kini Lingling segera berlari ke dalam kamarnya. Dia menutup puntu dengan sangat keras tanpa menguncinya. Lingling kini berbaring tengkurap sambil menangis. martin segera menghampiri dan menghibur Lingling. Sementara itu, Abri dan Jiao juga baru saja menyalami para tamu yang mulai meninggalkan kediamannya. Kini Jiao dan Abri sudah berada di dalam kamar, Kia dan Jeeva juga Barra dan Daisy sedang menjemput Daniyal dan Alexi dan akan menginap dirumah Alexi karena Kia ingin memberikan kesempatan kepada Abri yang akan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Jiao.
Jiao saat ini sedang berada di dalam kamar mandi. Dia sangat gugup menghadapi malam pertamanya bersama dengan Abri. Ditubuhnya masih terdapat banyak bekas merah akibat ulah lelaki yang telah memperkosanya kemarin malam, tubuhnya juga masih tersasa pegal-pegal. Dia sangat takut mengecewakan Abri sebagai suaminya. Seharusnya Abri memperoleh seorang istri yang bukan seperti dirinya. Dia memejamkan matanya dan tak sengaja tertidur di dalam bak mandi. Abri menunggu Jiao dengan perasaan khawatir, dia akan segera mengatakan kalau sebenarnya dia yang malam itu bercinta dengannya tetapi sampai saat ini Jiao tidak juga keluar dari dalam kamar mandi.
"Jiao, apakah kamu sudah selesai?" tanya Abri pada Jiao yang saat ini sudah menjadi sitri barunya. Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi, dia kemudian mencoba membuka pintu kamar mandi dan ternyata tidak dikunci. Abri tersenyum melihat gadis yang kini menjadi istrinya itu tertidur di dalam bak mandi. Abri segera membuang air yang ada di dalam bak mandi dan mengangkat tubuh Jiao lalu dia segera memindahkan istrinya dan membaringkannya di atas tempat tidur. Setelah itu dia menyelimutinya.
Abri juga akan mandi baru tidur. Setelah selesai mandi dan melakukan sholat, dia segera menyusul Jiao diatas tempat tidur. Abri mencium kening istrinya lalu segera memeluknya. Saat kulit Abri menyentuh kulit Jiao, adik kecilnya dibawah sana langsung berdiri. Abri benar-benar tidak dapat lagi menahan gairahnya saat dia kembali mengingat kejadian malam itu.
"Jiao, maafkan aku! Aku memang belum bisa mencintaimu seperti aku mencintai istriku yang lain, tetapi aku akan tetap memperlakukanmu seperti selayaknya istri." Ucap Abri yang kini langsung menindih tubuh polos Jiao. Dia sendiri hanya menggunakan jubah mandi sehingga dia bisa melepaskannya dengan mudah dan segera membuangnya begitu saja. Dia segera memasuki selimut dan kini dia bisa merasakan kehangatan tubuh Jiao yang sempat menggeliat saat kulit mereka bersentuhan.
Abri langsung mencium wajah Jiao dan kini dia mencium bibir Jiao yang langsung terbangun dan membelalakkan matanya saat wajah Abri saat ini sangat dekat dan menempel dengan wajahnya karena Abri mencium bibirnya. Tubuh Jiao bergetar saat mengetahui merela tidak memakai pakaian dan saat ini tubuh Abri berada diatas tubuhnya.
Jiao medorong tubuh suaminya tetapi dia tidak bisa menyingkirkan tubuh Abri sedikitpun. Abri tahu kalau Jiao akan menolaknya tetapi dia tidak akan membiarkannya karena kejantanannya sudah menegang sejak tadi. Abri masih melumat bibir Jiao dan kemudian melepaskannya karena Jiao seperti akan kehabisan napas.
"Jiao, maafkan aku kalau aku menganggu tidurmu. Aku akan menunaikan kewajibanku sebagai suamimu." Ucap Abri pada Jiao yang kini menangis.
"Tuan, aku tidak pantas menjadi istrimu! Aku kotor dan bahkan aku tidak tahu siapa orang yang sudah merenggut kegadisanku. Aku tidak akan membiarkan anda melakukannya, Tuan." Ucap Jiao kembali mendorong tubuh Abri tetapi Abri sama sekali tidak ingin pergi dari atas tubuh Jiao. Dia yang telah menikmati tubuh Jiao dan dia yang membuat Jiao kehilangan keperawanannya.
"Jiao, aku akan tetap meminta hakku sebagai suamimu dan kamu tidak boleh menolaknya." ucap Abri yang kembali mencium bibir Jiao yang kini mencoba menerima setiap perlakuan Abri karena memang Abri berhak atas dirinya karena dia sudah menjadi istrinya. Jiao bahkan tidak akan menyangka kalau dia tahu mahar yang Abri berikan adalah seluruh perusahaan peninggalkan ayah Jiao yang sudah dia beli setelah dia membuat Rino mendekam di dalam panjara saat ini.