"Iya Sayang, kita akan keruman Nenek besok pagi dan kalian akan Daddy titipkan ditempat Nenek terlebih dahulu karena daddy dan Miss Jiao harus bekerja dulu. kami akan pergi selama dua hari setelah itu kami akan mengajak kalian jalan-jalan ke Alexandria."
ucap Abri pada kedua anaknya yang langsung mengangguk, mereka kemudian segera berlarian menuju ke dalam kamar mereka setelah mereka memasuki vila.
Sementara Abri memberikan ponselnya kepada Jiao dan mempersilahkan Jiao untuk berbelanja di pusat perbelanjaan milik Abri dan Alexi. Jiao kemudian memilih beberapa pakaian dan beberapa saat kemudian seorang pegawai dari pusat perbelanjaan milik Abri datang dan mengantarkan pesanan Jiao.
"Tuan Abri, ini ponsel anda dan uang anda sudah aku kembalikan. Aku tidak mengetaui nomor rekeningmu maka dari itu uang yang aku pinjam aku transfer ke dalam rekening Vayal anda."
Ucap Jiao sambil memberikan ponsel Abri yang hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Jiao, sebenarnya kamu tidak perlu menggantinya. Kamu bebas berbelanja di pusat perbelanjaan kami. Ya sudah kamu istirahat dulu, besok kita akan berangkat ke kantor dan kita akan segera menyelesaikan pekerjaan kita."
ucap Abri yang saat ini langsung menelepon Mamanya yang kembali tinggal di Mesir untuk membanti Jeeva dan Faira mengurus anak-anak mereka.
Setelah Abri selesai, dia juga segera memberitahu Axton kalau dia sudah sampai. Abri kemudian mengakhiri panggilannya dan segera beristirahat. Dia merasa sangat lelah, mungkin semua itu karena usianya sudah tidak muda lagi saat ini. Dia kemudian segera berbaring ditempat tidurnya dan memejamkan matanya.
Abri kemudian tersenyum saat melihat kedua istrinya saat dia memejamkan matanya. Kara dan Alice tersenyum kepadanya dan Abri merasa kalau kedua istrinya itu kemudian berbaring disisi kiri dan Kanannya lalu memeluknya. Abri merasa sangat bahagia dan dia segera tertidur dengan ditemani kedua istrinya.
Keesokan harinya, Jiao bangun sangat awal, dia kemudian segera menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Jiao membuka lemari pendingin dan tidak menemukan apapun kecuali roti tawar, selai coklat dan juga susu, jadi dia akan membuat sarapan roti panggang saja pagi ini, yang penting perut anak-anak terisi. Mereka nanti biar tidak sakit perut saat berada di rumah neneknya.
"Tuan Abri, aku minta maaf karena hanya bisa menyiapkan sarapan seperti ini. Aku tdak menemukan apapun di dalam kulkas selain bahan-bahan ini."
Ucap Jiao kepada Abri yang kini tersenyum kepadanya.
"Jiao, kenapa kamu minta maaf? aku yang belum sempat berbelanja tentu saja aku tidak akan menyalahkan kamu. Anak-anak, apakah kalian sudah selesai?"
tanya Abri pada anak-anaknya yang langsung menganggukkan kepalanya.
"Sudah Daddy..."
ucap barra dan Daisy bersamaan.
"Baguslah! Nenek akan menjemput kalian sebentar lagi, kalian jangan nakal ya! Kami akan menjemputmu besok malam setelah kami selesai dengan pekerjaan kami."
Ucap Abri kepada kedua anaknya yang saat ini keduanya langsung berlari ke dalam kamar mereka mengambil barang-barang yang akan dibawa ke rumah neneknya.
"Jiao, sebaiknya kamu segera ganti baju! belanjaan kamu baru saja datang tadi dan semua sudah berada di dalam kamarmu!"
Ucap Abri pada Jiao yang langsung menganggukkan kepalanya. Jiao segera menuju ke dalam kamarnya. Saat dia sampai di dalam kamarnya, dia segera memilih pakaian kerja yang kemarin di belinya.
Jiao mengenakan celana panjang berbahan kain dan blouse lalu di luarnya dia memakai jas yang senanda dengan warna celananya. Jiao memilih warna hitam dan dia segera menyisir rambut sebahunya dan mengikat ekor kuda. Dia sangat cantik dan imut. Setelah selesai dia segera keluar dari dalam kamar dan menemui Abri.
"Tuan Abri, maaf lama menunggu!"
Ucap Jiao pada Abri yang langsung terpesona kepada Jiao yang terlihat sangat menggemaskan dimatanya. Abri merasa kalau dia saat ini sudah terbiasa dengan kehadiran Jiao. Meski demikian, apa yang dirasakan Abri bukan perasaan cinta. Dia hanya menyayangi Jiao seperti putrinya.
"Tidak apa-apa, kita berangkat sekarang!"
ucap Abri menyerahkan beberapa berkas agar Jiao mempelajarinya di dalam mobil.
"Baik Tuan Abri, anak-anak sudah dijemput Neneknya?"
tanya Jiao pada Abri sambil melihat-lihat berkas yang diberikan oleh Abri tadi.
"Iya, mereka baru saja berangkat. Barra dan Daisy sebenarnya akan berpamitan kepadamu terlebih dahulu, tetapi Neneknya ada acara jadi mereka memintaku untuk menyampaikannya kepadamu."
ucap Abri kepada Jiao yang langsung menganggukkan kepalanya.
"Maafkan aku Tuan! aku tadi bingung memilih yang mana pakaian yang akan aku pakai, selama ini aku memakai pakaian sesuka hatiku dan baru pertama kalinya aku akan berada di dalam pertemuan resmi seperti ini. Apakah pakaianku cocok atau tidak?"
tanya Jiao kepada Abri yang menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kamu terlihat sangan menggemaskan!"
ucap Abri kepada Jiao yang kini langsung membelalakkan matanya, dia melihat Abri melangkan keluar menuju ke dalam mobilnya sementara Jiao mengikutinya sambil berlari kecil karena langkahnya tidak bisa mengimbangi langkah Abri yang yang kakinya sangat panjang.
"Tuan Abri, kenapa jawaban anda seperti itu? apakah pakaianku cocok dengan apa yang akan kita hadiri tidak? kalau tidak aku akan berganti pakaian sekarang. Aku tidak mau membuat anda malu Tuan."
Ucap Jiao sambil menundukkan kepalanya dan terus berjalan mengikuti Abri. Jiao kemudian menabrak punggung Abri karena Abri tiba-tiba berhenti berjalan.
"Jiao, kamu sangat cantik dan pakaianmu sangat cocok, Oke! kita berangkat sekarang!"
Ucap Abri sambil membuka pintu mobilnya dan segera duduk dibelakang kursi kemudi dan Jiao juga sekarang sudah duduk di kursi penumpang.
Abri menatap Jiao yang masih menundukkan kepalanya sambil tersenyum dan segera menjalankan mobilnya menuju ke perusahaan milik Alexi dan Daniyal. Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, Abri dan Jiao akhirnya sampai di perusahaa milik Abri dan saudara-saudaranya yang di beri nama 'A' company.
"Jiao, kita sudah sampai! kamu sudah siap? kamu harus percaya diri dan tidak boleh gugup, kalau kamu menemukan sesuatu yang janggal pada perusahaan ayahmu, kamu berpura-pura tidak tahu dan tetap berpura-pura kamu tidak ada hubungannya dengan mereka, oke?"
tanya Abri pada Jiao yang menganggukkan kepalanya. Dia akan segera mengetahui seperti apa orang-orang kepercayaan Papanya bekerja setelah ayahnya meninggal dunia. Jiao akan melihat seberapa setia mereka kepada ayahnya yang sudah memberikan kehidupan yang layak untuk mereka semua.
"Baik Tuan Bari, tetapi penampilanku sudah bagus kan? anda tidak bohong kan?"
tanya Jiao membuat Abri menggelengkan kepalanya.
"Sudah, kamu sangat canti dan sudah seperti seorang sekretaris profesional! Puas?"
tanya Abri sambil membuka pintu mobilnya dan segera turun, begitu juga dengan Jiao yang kembali sedikit berlari kecil karena tertinggal dari Abri.
Para pegawai dan staf perusahaan ini tentu saja mengenali Abri karena dia memang atasan mereka. Yang membuat mereka heran, dibelakang Abri ada seorang gadis cantik nan imut padahal semenjak istri Abri meninggal dia tidak mau dekat dengan wanita manapun, dia juga memiliki sekretaris sekaligus asisten lelaki yaitu Thomas.
"Apakah aku tidak salah lihat?"
tanya seorang pegawainya yang melihat Abri berjalan bersama dengan seorang gadis yang sangat cantik dan mungil karena dia berasal dari China.