"Maafkan aku Jiao, aku hanya ingin membuktikan kepadamu bahwa meski usiaku tidak muda lagi, aku akan berusaha memuaskan kamu saat diatas ranjang." ucap Abri sambil tersenyum menggoda Jiao yang kini wajahnya memerah karena malu saat Abri berbicara hal yang menurutnya sangat vulgar. Dia kemudian menyusupkan kepalanya di dada Abri yang lengsung menyelimutu tubuh mereka. Keduanya kembali memejamkan matanya.
Sementara itu di China, Lingling termenung di dapur, dia merasa tidak bersemangat saat ini karena mengetahui kalau Abri telah menikah lagi. Dia sangat penasaran seperti apa istri Tuannya itu. Dia sudah mencintai Abri begitu lama sejak dia bekerja dirumah ini tepat beberapa bulan setelah Kara meninggal dunia, dia juga membantu mengasuh Barra, tetapi dia merasa sangat kecewa saat dia mengetahui kalau Abri malah memperkerjakan Jiao sebagai pengasuh Daisy dan Barra, bukan dirinya. Martin menghela napas berat saat melihat Lingling kehilangan semangatnya. Dia sebenarnya sudah sangat menyukai Lingling selama ini, hanya saja Lingling tidak memberinya kesempatan dan malah mengejar majikannya yang sudah memiliki istri baru saat ini.
Martin kemudian membuatkan coklat panas dan kini meletakkannya dimeja didepan Lingling. Dia kemudian duduk dihadapannya dan menatapnya dalam. "Lingling, jangan seperti ini terus, Tuan Abri dan Nyonya juga anak-anak akan segera kembali dua hari lagi. kamu jangan seperti ini, kita juga harus menerima Nyonya baru kita dan bersikap baik kepadanya. Jangan terlihat seperti ini saat didepan Tuan Abri nanti!" ucap Martin menasihati Lingling. Dia ingin mengambil n hati Lingling secara perlahan dan juga Martin akan membuat Lingling mencintainya karena perhatiannya.
"Kapan Tuan dan anak-anak akan kembali? kalau ada istri Tuan Abri, apakah Jiao akan tetap disini?" tanya Lingling pada Martin yang menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tahu, tetapi aku yakin kalau dia akan tetap disini karena Tuan muda dan Nona muda sangat mencintai dan menyayanginya. Jadi meskipun Tuan Abri sudah menikah tidak berarti kalau dia akan memberhentikan Nona Jiao dari pekerjaannya. Kita akan menjadi partner dengannya. Sudahlah! kita kembali bekerja. Aku menerima kabar dari Nona Jianyang kalau Tuan Abri akan kembali lusa. Kita akan mengadakan pesta penyambutan untuk nyonya baru kita." Ucap Martin sambil mengacak rambut Lingling yang kini membelalakkan matanya. Dia agak terkejut dengan sikap Martin yang menurutnya sangat perhatian akhir-akhir ini.
"Baiklah Martin, aku mau beristirahat sebentar. Kalau kamu mau makan sudah aku siapkan di meja makan dan kalau ada yang mencariku, kamu nanti bangunkan aku saja ya!" Ucap Lingling yang merasa kepalanya terasa agak berat. Beberapa hari ini dia tidak bisa tidur dan memikirkan Tuannya yang sudah menikah lagi. Martin kemudian segera bekerja lagi setelah melihat Lingling sudah memasuki kamarnya.
Sementara itu di Mesir, saat ini Abri dan Jiao baru saja terbangun, mereka sangat kelelahan karena semalaman Abri sama sekali tidak berhenti menikmati tubuh Jiao, saat ini Jiao bahkan tidak bisa berjalan ke kamar mandi. Abri tersenyum sata melihat Jiao yang sangat lemas. Dia segera mendekati Jiao dan segera menggendongnya dan membawanya ke kamar mandi, dia kemudian meletakkan Jiao di dalam bak mandi lalu mengisinya dengan air hangat.
Setelah air penuh, Abri kemudian ikut masik ke dalam bak mandi dan mereka mandi bersama, tentu saja Abri tidak hanya sekedar mandi, dia juga kembali melakukan hubungan suami istri dengan Jiao didalam air, Abri baru melakukannya dengan Jiao kalau bercinta dikamar mandi, sebelumnya dia tidak pernah melakukannya, ternyata asik juga, Abri sangat menyukainya, dia akan mengulanginya lagi suatu saat nanti.
"Sayang, kita akan menjemput anak-anak dan akan segera kembali ke China. Saat kamu kembali nanti, kamu tidak akan lagi menjadi pengasuh anak-anak, tetapi kamu akan menjadi seorang direktur utama dari Abraham Company. Sudah saatnya kamu mengurus semua yang menjadi tanggungjawabmu." Ucap Abri pada Jiao yang sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Abri. Dia hanya diam dan akan menanyakan pada Abri apa yang dia maksudkan barusan.
"Dimana anak-anak? kenapa mereka tidak kembali ke rumah ini?" tanya Jiao kepada Abri yang sudah terlihat gagah dengan pakaian casualnya, dia terlihat sepuluh tahun lebih muda saat ini, mereka tidak lagi terlihat seperti ayah dan anak.
"Mama mengajak mereka menginap dirumah Alexi karena Mama memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati malam pengantin kita." Ucap Abri yang kini lebih banyak tersenyum, hatinya sangat bahagia setelah melewati malamnya dengan bercinta bersama Jiao. Dia sekarang sepertinya mulai menyayangi Jiao, dia ingin selalu melindungi dan membahagiakan Jiao.
"Kenapa begitu Tuan? apakah setiap pernikahan harus diakhiri dengan malam pertama seperti itu?" tanya Jiao polos. Abri trsenyum dan menarik tangan Jiao sehingga kini Jiao berada dalam pangkuan Abri.
"Jiao, jangan panggil aku Tuan! Aku bukan Tuanmu sekarang, tetapi aku adalah suamimu. kamu tidak boleh memanggilku seperti itu lagi." Ucap Abri sambil menekan tengkuk Jiao dengan tangannya lalu dia segera mencium bibir Jiao dengan lembut.
"Lalu aku harus memanggilmu apa, Tuan? aku tidak bisa memanggilmu dengan namamu karena kita terpaut usia sangat jauh, aku takut tidak sopan." Ucap jiao pada Abri yang kini tersenyum. "Kalau begitu panggil aku, sayang!" ucap Abri sambil tersenyum.
Jiao kembali menggelengkan kepalanya, dia sangat canggung apabila memanggil Abri seperti itu.
"Tuan, aku tidak bisa memanggil anda seperti itu. Aku akan tetap memanggilmu Tuan Abri kalau dihadapan banyak orang, aku akan memanggilmu Daddy jika dihadapan anak-anak dan aku akan memanggilmu sayang saat kita berada di dalam kamar. Anda juga harus melakukan hal yang sama terhadapku, bagaimana Tuan?" tanya Jiao pada Abri yang kini mengertkan keningnya.
"Kenapa mesti seperti itu? aku tidak mau. Aku akan mengumumkan kalau kita sudah menikah, aku tidak mau menutupi dan membuat orang lain salah paham. Aku akan mengatakan kepada semua orang kalau kami sudah menikah." Ucap Abri yang memang merasa kalau setelah kematian istrinya banyak dari pegawainya yang diam-diam menyukainya.