webnovel

Cinta ini tumbuh demi kalian.

" Pergilah. Sebab aku tak pernah memaksamu untuk tetap di sisiku." Kata Lita sambil menunduk dan menyeka air matanya yang jatuh bebas. "Baik, jika itu maumu. Kamu pikir siapa kamu bisa berkata seperti itu kepadaku hah!" Bentak Robby sambil meremas jasnya yang sedang di genggamnya. "Susah payah aku datang kesini, hanya untuk mendengar penilaian sepihakmu ini?" "Bersenang senanglah dengan opinimu sendiri!" Kata Robby dengan nada marah lalu pergi keluar kamar rawat. Pertengkaran itu selalu terjadi, Lita sudah tidak tau lagi apa yang harus di lakukannya untuk saat ini. Semua hanya demi ibunya demi menyambung nyawa ibunya hingga kita rela melakukan semua kepalsuan dalam pernikahan yang tak pernah diharapkan. Lita hanya bisa terbaring lemah dan menangis pilu seorang diri. Nafasnya mulai tersengal menahan kesedihan mana kala dia mengingat statusnya sebagai istri sah Robby Alfiansyah. Robby seorang CEO kaya dan ketampanan yang paripurna. Sedang Lita hanya gadis biasa yang hidup serba pas Pasan. Tidak ada yang istimewa dari dalam diri Lita Kartika. Lita hanyalah anak yatim yang hanya hidup bersama dengan sang ibu yang sekarang sudah sering sakit sakitan. Tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah, membuat Lita membulatkan tekad untuk bertahan sekuat mungkin hingga nafas terakhir demi keutuhan rumah tangganya demi kebahagiaan putra putri kembarnya.

mei_30 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
46 Chs

42. Manja 2

"Leo, bagaimana perkembangan hubungan cecunguk itu?" Tanya Kakek Agus dengan suara datar.

"Baik kek, Sepertinya mereka semakin dekat. Robby sudah kembali seperti dirinya yang dulu." Jawab Leo menjelaskan.

Tatapan mata Kakek Agus seketika menjadi berbinar disertai seringai kecil di sudut bibirnya.

"Hem, ceritakan apa maksudmu!" kata kakek Agus yang terdengar sangat penasaran.

Leo mulai menarik nafas panjang dan bersiap untuk menceritakan kejadian saat Neta datang dan membuat kekacauan di apartment Robby. Kakek bernafas lega setelah mendengar cerita Leo.

"Baguslah! Sekarang kamu antarkan aku kesana. Ada yang ingin aku bicarakan dengan mereka." Kata Kakek Agus dengan tiba tiba.

"Tapi kek, aku belum mandi dan apapun itu." Kata Leo yang masih bermuka bantal dengan celana pendek selutut.

"10 menit dari sekarang!" Titah Kakek Agus kepada Leo.

Leo segera berlari keluar kamar untuk mandi dan bersiap siap. Nafasnya terengah engah dan sangat gugup.

*Astaga, mandi apa yang hanya 10 menit? aku kan biasanya 30 menit mandi. Ohh, dakiku sama sekali tidak berkurang.* Batin Leo menahan kesal di salam hatinya.

Begitu sunyi dan hening suasana di dalam kamar Robby. Sedari tadi Robby sama sekali tidak memperbolehkan Lita untuk beranjak dan hanya mendekapnya erat sambil membenamkan kepalanya di dada Lita.

"Mas, udah ah. Dari tadi seperti ini terus." Kata Lita memohon keringanan kepada suaminya.

"Ini berpahala." Jawab Robby singkat tanpa mengangkat kepalanya.

"Mas, pahalamu hanya seputaran ini saja?"

"Tidak, tapi yang bawah juga jauh lebih banyak pahalanya." Jawab Robby yang semakin membuat Lita ingin tertawa geli.

"Hahaha, mas mas kamu ini. Mas, kapan kamu mau mengimamiku setiap 5 waktu?" Tanya Lita yang tiba tiba teringat akan makna pahala dalam beribadah.

"Mulai hari ini, selalu dan selalu ingatkan aku. Aku akan berusaha menjadi imam yang baik bagimu." Jawab Robby sambil menatap Lita serius.

Lita tersenyum dan kemudian mengelus rambut Robby sambil mengecup pucuk kepala suaminya. Robby tersenyum lega dan dengan santainya mencium buah dada Lita.

"Sayang, cari pahala yang berlipat dari lebih besar yuk!" Ajak Robby dengan wajah penuh harap.

Lita mengangguk perlahan sambil tersenyum malu. Seperti mendapat angin segar, Keduanya lalu saling bergulat mesra. Benar benar menikmati suasana pagi hari. Mereka melakukan pemanasan secara perlahan.

Tok tok tok....!

Terdengar suara pintu yang diketuk. Robby mendengus kesal mendengarnya, sementara Lita yang panik segera loncat dan hendak memakai bajunya kembali.

"Sayang, nanti saja. Kita lanjutkan dulu proyek kita ini." Kata Robby sambil terus memeluk Lita dari belakang dan menciumi punggung Lita.

"Tapi mas, Syuting kita belum selesai. Kalau itu orang kru bagaimana?" Tanya Lita dengan wajah panik.

"Ah sudah, biarkan saja. 20 menit cukup kok." Rengek Robby dengan suara mendesah di telinga Lita.

"Benarkah cukup?" Tanya Lita yang kemudian berbalik badan dan balas mengecup bibir suaminya.

Robby mengangguk dan tersenyum. Tak berselang lama ponsel Lita dan Robby berdering secara bersamaan.

"Leo?" Kata Robby yang melirik ponselnya yang tergeletak di nakas.

"Kakek mas!" Kata Lita yang juga melihat hal yang sama.

Keduanya segera memakai kembali baju dengan terburu buru. Robby mencuci muka, sedang Lita bergegas membukakan pintu. Dengan wajah gugup dan kaku Lita membuka pintu.

"Kakek? Mari silahkan masuk kek." Sambut Lita dengan hangat sambil mencium punggung tangan Kakek.

"Assalamualaikum!" Kata Kakek yang mengucapkan salam.

"Walaikumsallam, Mari kek. Masuk bang." Jawab Lita yang dengan ramah mengajak tamunya masuk.

"Lama sekali tadi, kalian sedang apa?" Tanya Leo dengan santainya.

" Sedang membereskan kamar bang. Kalau mas Robby mungkin sedang mandi." Jawab Lita dengan kikuk.

"Oh, membereskan kamar ya? Pantas sampai salah mengancingkan baju." Kata Leo sambil tertawa kecil.

Kakek yang sedari tadi menahan tawa kini mulai bersuara.

"Tidak apa apa, mungkin mereka sedang menjalankan proyek baru." Kata kakek Agus sambil menahan tawanya.

"Astaga, iya kancing bajuku!" Gumam Lita yang kemudian berlari menuju kamarnya.

"Aku tinggal sebentar ya, maaf!" Seru Lita sambil berlari karena malu.

Lita membuka pintu kamar dengan tiba tiba. Mengagetkan Robby yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah tertekuk kesal.

"Astaga, kamu kenapa sih? Ngagetin!." Kata Robby dengan wajah terkejut.

"Ini mas, lihat. Aku salah mengancingkan baju karena terburu buru. Jadi deh bahan bullyan Kakek dan bang Leo." Keluh Lita sambil membenarkan kancing bajunya.

"Oh." Jawab Robby datar.

"Kok hanya oh, Eh wajahnya terlihat sangat kesal" Gumam Lita sambil menghampiri Robby.

"Kenapa mas? kok mukanya masem gitu?" Tanya Lita polos.

"Enggak!" Kilah Robby yang masih kesal.

*Gimana enggak kesel? Udah on, eh terpaksa harus di off. Sudah dalam posisi mengeras sempurna dan akhirnya hanya bergelut dengan air dingin biar segera mengkerut.* Batin Robby sambil menatap Lita dengan tatapan aneh.

Lita yang menatap wajah Robby seolah paham akan maksud suaminya. Lita kemudian mendekati Robby dan berdiri di belakangnya.

"Jangan cemberut, nanti malam boleh nambah. Oke!" Kata Lita sambil tersenyum.

Mendengar ucapan Lita, Robby menjadi bersemangat kembali. Matanya berbinar, di iringi senyum hangatnya.

"Beneran? Boleh?" Tanya Robby memastikan.

Lita mengangguk perlahan sambil tersenyum.

Robby lalu bergegas mendorong Lita untuk keluar kamar. Lita menolak karena tidak paham akan maksud suaminya.

"Ini kenapa aku di dorong seperti ini sih mas?"

"Sudah cepet keluar, aku akan berganti pakaian. Kalau tidak, kamu akan membangunkan cacing yang akan berubah menjadi belut raksasa." Jawab Robby sambil mendorong tubuh Lita perlahan.

"Hahahaha... iya iya aku keluar." Kata Lita sambil tertawa.

Lita keluar kamar dengan wajah yang sangat bahagia. Kakek yang melihat itu kemudian mengangguk sambil melirik Leo yang duduk di sebelahnya. Leo yang juga melirik kakek keduanya saling tersenyum satu sama lain. kakek menunjukkan tanda oke dengan jempolnya. Leo mengangguk paham.

"Kakek sudah sarapan?" Tanya Lita yang kini duduk di samping Kakek.

"Belum, kamu masak apa?" Jawab kakek perlahan.

"Telur dadar, sup iga, sama capcai." Jawab Lita.

"Leo, kamu tolong belikan kakek kerupuk Palembang ya, di toko langganan kita." Kata Kakek.

"Iya kek." Jawab Leo dengan segera dan tanpa banyak bertanya.

"kek itu kan aku punya kerupuk, kenapa bang Leo disuruh beli lagi?" tanya Lita yang tidak paham dengan maksud kakek.

Robby keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah dan tersisir rapi. senyumnya menyeringai di sudut bibirnya tatapannya lembut mengarah kepada kakek Agus dan istrinya. kakek membalas senyum Robby dengan hangatnya. Mereka duduk bersama dan menikmati sarapan pagi.

tidak banyak perbincangan yang terjadi hanya terdengar suara sendok dan piring yang saling beradu. Lita sibuk sendiri dirinya masih bingung menerima suasana yang seperti itu suasananya sangat kaku tanpa ada pembicaraan sedikitpun.

sementara di tempat lain. Rio yang hari ini meminta izin untuk tidak masuk kerja. sedang sibuk berlari kesana kemari mencari sesosok wanita yang dulu pernah singgah dalam masa lalunya.

Halo semuanya para pembaca cerita receh ini.

apa kabar kalian semoga sehat-sehat saja ya. Aku kangen dengan celotehan kalian tolong tinggalkan jejak dan komentar kalian setelah membaca cerita ini ya.

boleh juga kalian memberikan saran yang membangun untuk, kelanjutan cerita ini selanjutnya. Happy reading!!!

mei_30creators' thoughts