Syuting telah selesai hari 1. Para kru bersiap untuk pulang, sedangkan Dimas mulai membicarakan tentang rekaman gambar yang tertangkap tanpa seijin Lita dan Robby. Dimas sangat ketakutan ketika meminta ijin untuk menayangkan hasil rekaman itu.
"Boleh, saja. Aku rasa tidak ada yang menyimpang dari video tadi." Kata Robby setelah melihat secara keseluruhan video yang di tunjukkan oleh Dimas.
Dimas bernafas lega.
"Huft, Syukurlah. Terimakasih banyak pak." Ucap Dimas Sambil menyeka keringat dingin yang ada di keningnya.
Lita diam sambil menyimak percakapan kedua laki laki itu. Matanya memandang jauh kedalam netra milik suaminya.
*Dia sangat tampan dan berwibawa, ketika sedang serius seperti ini.* Puji Lita dalam hati.
Robby tersenyum simpul melihat Lita yang langsung gugup dan membuang padangan ketika Robby melihatnya. Ponsel Robby terus saja berdering berulang ulang kali. Nomor yang tidak di kenal menghubunginya lagi dan lagi. Benar benar mengganggu dan membuat Robby risih.
Robby akhirnya mengangkat panggilan itu. Wajahnya menjadi merah padam dengan tatapan kosong. Lita yang kebingungan melihat ekspresi wajah suaminya hanya bisa menelan ludah dan ikut merasakan kegusaran yang sama.
Tak berselang lama, Dimas berpamitan untuk pulang. Tinggallah Lita dan Robby berdua. Robby hanya duduk dengan tatapan hampa. Lita mengambilkan segelas air putih untuk menenangkan suaminya.
"Ada apa mas? kenapa kamu jadi terlihat seperti ini?" Tanya Lita dengan lembut.
"Tidak, aku hanya. Hemm," Desah Robby dengan suara beratnya.
Lita menjadi semakin kebingungan dan penasaran dengan ekspresi wajah Robby.
"I need a hug" Kata Robby sambil merentangkan tangannya lebar lebar.
Lita tersenyum hangat dan memeluk erat tubuh Robby. Seperti melepas beban beratnya, Robby menghela nafas panjang.
"Ada apa mas? Kenapa kamu kelihatan sangat risau?" Tanya Lita sambil mengusap usap punggung Robby dengan lembut.
"tidak semuanya baik-baik saja hanya saja orang yang Aku curigai terbukti bersalah bersalah saat ini" ucap Robby dengan suara beratnya.
Lita mengerti sekarang kenapa suaminya sampai seperti itu, untunglah semua ini hanya berurusan dengan pekerjaan. Lita kemudian menangkup wajah Robby dan mencium keningnya dengan lembut.
" Tenanglah mas bersabarlah, semua ini pasti ada hikmahnya. Apa mas mau sesuatu?" tanya Lita yang menawarkan sesuatu untuk suaminya.
"Tidak aku hanya membutuhkan pelukan hangatmu." jawab Robby dengan suara pelan.
"Baik. Apa sekarang sudah waktunya kita untuk masuk ke kamar?" Ucap Lita yang sengaja menggoda suaminya.
"hahaha! kamu sudah mulai belajar nakal ya?" kata Robby sambil menyentil kening Lita.
" tapi mas suka kan?" kata Lita sambil mengedipkan matanya dengan manja.
"Hahaha! Aku suka dengan caramu yang seperti ini. Kamu selalu bisa menemukan cara untuk membuat ku kembali tertawa." kata Robby sambil tertawa kecil.
"Tapi maafkan aku malam ini aku akan tidur di kantor, karena banyak berkas yang akan aku periksa."Kata Robby dengan wajah penuh kekecewaan.
"Boleh aku ikut menemanimu mas?" tanya Lita dengan penuh harap.
"tidak usah, kamu tidurlah di rumah di kantor tidak ada kasur." kata Robby sambil tersenyum hangat menatap Lita.
"tidak apa-apa aku masih bisa tidur di sofa kan?" kata Lita sambil mengedipkan matanya.
"Baiklah, Aku kalah bersiaplah dan kita akan ke kantor." kata Robbi yang mengakui kekalahannya.
Ada kebahagiaan tersendiri bagi Lita saat dia mengunjungi kantor suaminya. ini merupakan kali pertama dia berkunjung ke kantor suaminya. dalam benak Lita terbayang berbagai bentuk setiap sudut ruangan kantor suaminya.
Mereka kemudian bergegas dan bersiap untuk menuju ke kantor. Robby terlihat sangat lelah dia tidak mau mengemudi hingga memanggil asisten nya untuk mengantarnya ke kantor. Robby duduk di bangku belakang bersama Lita. Wajahnya kembali terlihat cemas dan risau.
Melihat itu kemudian Lita merangkul lengan Robby dan sesekali menciumnya. lihat dari kaca spion dalam Rio sekilas melirik keduanya.
*huh huh sial sekali hari ini! ini waktu istirahatku, tapi aku harus kembali ke kantor. Belum lagi dengan pemandangan ini seperti ini. nasib jomblo.* keluh Rio di dalam hatinya.
Mendapat kecupan hangat di pundaknya dari Lita, Robby kemudian tersenyum menatapnya dengan penuh kehangatan. Netra mereka saling bertemu pada titik yang sama.
setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di kantor. Mereka langsung memasuki kantor sudah di sediakan berbagai macam warna dari map berkas berkas yang sudah menumpuk. Robby mendengus kesal sambil melonggarkan dasinya.
Lita langsung duduk begitu saja di sofa tanpa ada aba-aba. Robby dengan segera membaca dan meneliti berkas-berkas yang sudah tersedia di meja kerjanya. Tidak ada percakapan di ruangan itu hanya bunyi-bunyi kertas yang terbuka dan menutup bergantian.
Tidak terasa sudah larut malam, beberapa kali kita menguap cukup lebar. hingga pada akhirnya dia tertidur di sofa dengan lelapnya. Robby yang menyelimuti tubuh istrinya dan mencium kening Lita. sementara itu Rio berpura-pura tidak melihat apapun.
"Pak boleh nggak saya mau minta nomor Dewi?" tanya Rio yang memulai pembicaraan.
"dewi? dewi siapa?" tanya Robby yang tidak mengerti maksud Rio.
"itu loh, yang waktu itu memijat Bapak di hotel" jawab Rio dengan suara yang terbata-bata.
"oh tukang pijat bayi itu, tapi aku tidak menyimpan nomornya. kamu cari saja di ponselku yang itu." kata Robbi dengan santainya.
"Pak, semuanya sudah selesai sebaiknya kita pulang sekarang. Kasihan nyonya sofa itu terlalu sempit untuk nya tidur." kata Rio sambil membereskan berkas-berkas yang ada di meja itu.
"Ayo kita pulang aku juga sudah sangat lelah." jawab profesional memakai jas nya kembali.
Robi kemudian menggendong istrinya masuk ke dalam mobil dan mereka bergegas pulang. Lita tidak merasakan dirinya digendong oleh suaminya.
pagi hari cuaca cukup cerah matahari bersinar terang burung-burung berkicau riang. Robby masih tertidur lelap tanpa memakai baju dan celana dia hanya menggunakan celana dalamnya saja. Sementara itu kita sudah sibuk mempersiapkan sarapan.
"Ayo mas bangun ini sudah pagi!"seru Lita sambil menarik selimut Robby.
"Astaga mas? Kenapa baju dan celana bisa lepas semua?" Kata Lita keheranan melihat suaminya.
"Hemm, Bukannya Kamu ya yang semalam melepaskannya?" Jawab Robby dengan suara beratnya.
"Ah, tidak. Bukan aku." Jawab Lita sambil menggoyangkan tangannya.
"Sini, peluk dulu. Mas butuh tenaga." ucap Robby sambil tersenyum manis.
Lita membalas senyum Robby lalu naik keatas ranjang dan kemudian berbaring di sisi Robby sambil tersenyum manis.
"Ahh, kamu sekarang manja sekali mas?" Kata Lita sambil memeluk erat suaminya.
"Ya, tidak apa-apa kan manja sama istri. Atau kamu maunya aku manja sama cewek lain?" Goda Robby kepada Lita.
"Ehm, jangan! Berani kamu seperti itu mas, aku juga akan bersandar pada laki laki lain." Jawab Lita penuh ancaman.
"Dih, apa seperti itu? Tidak boleh ada yang menyentuhmu selain aku!" Seru Robby dengan suara yang meninggi.
"Ya makanya, mas jangan bilang yang aneh aneh." Kata Lita sambil mengerucutkan bibirnya.
Robby kemudian tersenyum manis lalu mengecup bibir Lita berkali kali.
"Sayang, Bikin dedek yuk!"