webnovel

Cinta Arrogant Sang Editor

Menjadi editor terbaik di Indonesia ketika usianya dua puluh tahun, membuat Sander Brandt melejit. Muda, kaya dan berkuasa untuk sebuah perusahaan media yang besar. Namun ketika dia berhadapan dengan kenyataan bahwa dirinya ditinggalkan oleh Arinda, cinta yang dianggapnya sejati, hanya karena seorang yang tidak sebanding dengannya. Sander menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan penuh luka. Semua itu dia tutupi dengan sikapnya yang arogan dan selalu keras saat berhadapan dengan wanita dan cinta. Sebuah proyek berita dengan nilai besar dan penuh rahasia memaksa Sander keluar dari meja kerjanya dan terjun langsung. Dia menuju ke sebuah desa terpencil untuk mendapatkan berita itu. Tempat itu mempertemukan Sander dengan Wuri. Seorang Bidan yang sedang mengabdikan diri di desa tersebut. Keberhasilan Sander membuat berita itu melejit, malah memberikan masalah pada Wuri dan seluruh penduduk desa. Membuat Wuri terseret ke dalam penjara. Usaha Sander untuk menyelamatkan Wuri justru membuat keduanya jatuh cinta dan mengetahui rahasia kelam masing-masing. Karakter insecure dibalut arogansi yang dipertemukan dengan karakter yang penuh rasa benci dan curiga. Dua orang dari dua profesi dan latar belakang kehidupan yang berbeda untuk jatuh cinta dan melupakan perbedaan. Bisakah dua hati dengan luka masa lalu bersatu dalam cinta? Cinta Arrogant Sang Editor! Silahkan terhubung dengan Author di: FB: Ans Afriana IG: Ans Afriana Tiktok: Ans_Afriana Linkedln: Afriana Setiawan

Ans_Afriana · Urban
Zu wenig Bewertungen
404 Chs

108. MAKANAN KESUKAAN

Hujan rintik di sekitar vila menghalangi rencana Wuri untuk mengajak Dahlia berjalan kaki mengitari area kebun. Tapi, sama sekali tidak menyurutkan keinginan Wuri untuk mengajak Dahlia berbincang. Sejak wanita itu mulai membuka mata dan keluar dari kamar, Wuri sudah langsung berada di sekitarnya.

"Silahkan, Bu. Ini adalah nasi goreng buatanku. Sebenarnya aku tidak begitu pandai memasak. Apalagi dengan berbagai bahan yang sulit. Tapi, aku ingin ibu mencicipi dan memberiku penilaian." Wuri berkata dengan nada cerita sambil menyodorkan sepiring nasi goreng ke depan Dahlia.

Wanita itu sama sekali tidak menyambut. Dia hanya melihat piring di hadapannya dengan wajah datar dan dingin.

"Ayo Bu, makanlah. Setidaknya mencicip sedikitttt saja, demi memberiku penilaian."

Mak Entin yang ada di bagian dapur tersenyum melihat cara Wuri membujuk Dahlia. Gadis itu sangat cepat beradaptasi. Hanya dalam hitungan jam, Wuri telah mendekatkan diri pada Dahlia.