webnovel

23. Bau Melati

Malam hari selesai menunaikan ibadah maghrib berjamaah, mahasiswa bersembilan itu langsung ingin menyantap makan malam bersama-sama. Kina dan Felicia sebenarnya sedang haid, jadi mereka berdua sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam.

Ini malam kedua mereka di vila. Malam kali ini terasa begitu hangat dan tenang. Kina dan Felicia membuat menu makan malam berupa suiran ayam kecap, sayur sop, dan ada sambalnya. Mereka hanya bisa memasak itu tadi karena persediaan sayur di dalam kulkas memang cocok untuk dimasak sebagai sop. Sedangkan ayamnya memang dari persediaan mereka yang ada di freezer. Dan terlihat lebih banyak kalau dimasak bumbu kecap dan disuiri.

"Wuuuiiihh.. mantep nih masakannya. Kalian para cewek jago masak juga yah.. keknya udah siap buat diajak nikah..hahaha." Ujar Ryan yang tengil sambil mengambil suiran ayam kecap dengan jarinya.

Plak! Alan mengeplak tengkuk Ryan tapi tidak sakit. "Ambil makanan walaupun sekedar mau nyicipin tuh pakek sendok bambang!! Itu gak lo makan sendirian."

"Emang geblek tuh si Ryan." Sahut Felicia yang berjalan dari arah dapur dengan membawa banyak sendok dan garpu yang sudah bersih. Sementara Kina membawa dua serbet bersih yang baru diambil dari laci atas yang menempel di tembok.

"Udah udah.. ayo kita makan aja jangan pada ribut. Cacing di perut gue sendiri juga udah teriak ini di dalem. Cuci tangan dulu semuanya baru kita makan." Ucap Azzam mengingatkan.

"Dan jangan lupa berdo'a.. hehe.." sahut Likha yang baru mendaratkan pantatnya duduk di kursi meja makan di samping Azzam tentunya.

"Duuhh gemes banget sih kalian, saling melengkapi gituuu.. iri gue." Komentar Ryan.

"Ya sana lo cari cewek dari pada suap-suapan sama angin.." cibir Leo yang langsung menengok ke arah Andrea, seolah ingin mendapatkan senyum dari Andrea.

"Tau gini gue bawa cewek kemari." Keluh Ryan. Sementara Alvin malah sudah sibuk makan dengan diam di samping kirinya.

"Gue jadi pengen romantis-romantisan deh. Ngeliat ada dua pasangan yang 'uwu' banget. Rea, gimana kalau kita berdua suap-suapan?" Ajak Felicia yang tentu saja mengundang gelak tawa dari teman-teman yang lain.

Andrea hanya terkekeh kecil saja menanggapinya. "Dih, gak mau. Mending gue makan sendiri Fel.." ucapnya dengan menatap Felicia horor. Tapi tenang saja, Felicia itu hanya bercanda dan dirinya masih normal tentunya. Gadis itu hanya terkekeh saja dan mulai menyantap makanannya di samping Andrea.

"Kamu mau dibanyakin lagi nggak ayam suirnya?" Tanya Kina pada Alan.

Alan langsung nyengir saja dan mengangguk cepat. Nafsu makannya semakin bertambah ketika sekarang berhasil mendapatkan seluruh perhatian dari Kina.

"Pakai sambal nggak?" Tanya Kina lagi.

"Nggak usah. Aku gak terlalu suka pedes. Emang kamu suka pedes?"

Kina menggeleng. "Nggak juga sih. Nih.. makan yang banyak." Ucapnya saat memberikan piring yang sudah terisi nasi dan lauk pada Alan.

"Suap-suapan kayak Likha sama Azzam yuk.." ajak Alan dengan berbisik.

Padahal Kina baru saja hendak mengambil nasi, tengkuknya dibuat merinding karena lagi-lagi Alan berbisik seperti saat menembaknya sore tadi. "Ih apaan sih. Malu tauk.." elak Kina dengan kedua pipinya yang memerah.

"Suap-suapan aja kaliii lo berdua. Ngapa malu dah, kan kita nggak nontonin juga. Santai aja." Sahut Ryan yang memang posisinya duduk di sebelah Alan jadi bisa mendengar obrolan Kina dan Alan dengan jelas.

"Tuh.. Likha sama Azzam aja kelihatan santai tuh.." ucap Alan dengan menunjukkan wajah puppy eyesnya memohon.

Likha terkekeh. "Kina masih malu tuh.. hehehe." Sahutnya sembari menyuapkan makanan pada Azzam.

Kina yang tadinya ragu juga pada akhirnya menerima suapan dari Alan. Mereka berdua jadinya makan sepiring dan tentunya teman yang lain langsung menyoraki mereka berdua padahal bukan pengantin baru.

*

Selesai makan malam, mereka sempat menonton televisi sebentar dan yang laki-laki bermain karambol di ruang tengah. Sampai akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 22:15 malam, Likha yang melirik tampilan jam di ponselnya.

"Aku udah agak ngantuk nih. Nggak pengen terlalu malam tidurnya, gimana kalau kita tidur aja sekarang. Biar besok disambung lagi seru-seruannya." Ucap Likha yang memang wajahnya terlihat mengantuk.

"Iya, kamu istirahat yang full. Tidur yang nyenyak juga.. kalau ada apa-apa telpon aku yah.." ujar Azzam dengan lembut.

Likha mengangguk dan langsung menggamit siku lengan Andrea untuk digandeng menuju ke lantai atas. Sementara Kina dan Felicia sudah lebih dulu naiknya. Para cowok juga langsung membereskan permainan mereka dan satu per satu masuk ke kamar utama di lantai satu.

"Rea.." panggil Alvin yang berdiri di hadapan tangga.

Andrea yang merasa dipanggil itu menghentikan kedua langkahnya dan membalikkan badan. Sedikit menunduk menatap Alvin dibawah sana. "Ada apa Vin?" Tanyanya heran.

Belum menjawab, Alvin agak gugup dan membenarkan kacamatanya. "Cuman mau bilang, selamat malam. Tidur yang nyenyak ya." Ucapnya tulus.

Andrea menatap Likha yang masih menggandeng lengannya. Likha pun juga mengedikkan bahunya menyuruh Andrea segera merespon Alvin.

"Ah, iya Vin. Makasih."

Mendengar itu Alvin mengangguk saja dan menggaruk kepalanya yang tak gatal, kemudian beranjak untuk menyusul teman lelakinya memasuki kamar.

*

Kina melepaskan jaket yang sejak tadi masih ia pakai. Karena suhu di vila ini memang masih dingin dan berembun. Gadis itu meletakkan jaketnya begitu saja di tengah-tengah kepala kasur. Supaya kalau bangun, ia bisa meraihnya dan langsung memakainya.

Kina memilih tidur di pinggir kasur sebelah kiri menghadap tembok. Sampingnya ada Felicia yang sudah meringkuk memeluk guling, sementara di tengah ada Andrea dan ujung kanan ada Likha yang memang memilih di posisi pinggir kanan.

Tengah malam suasana sudah berubah menjadi sepi dan senyap. Hening. Di kamar para perempuan juga rasanya dingin dan membuat tidur mereka sangat nyaman. Namun, indra penciuman Felicia mendadak menjadi tajam. Bau bunga melati tiba-tiba menyeruak dalam lubang hidungnya begitu saja. Sehingga gadis itu langsung terbangun dengan kedua mata terbuka lebar.

Felicia langsung mengganti posisinya menjadi berbaring. Pandangannya menelisik sekitar ruangan kamar yang gelap dan hanya ada penerangan lampu tidur di atas nakas yang jadinya remang-remang. Ia jadi sedikit mengendus-ngendus bau melati. Jelas sekali bahwa bau melati itu menyeruak memenuhi kamar ini. Bulu kuduknya berdiri dan merinding.

"Felic.. lo bangun? Bau aroma melati juga?" Tanya Andrea dengan berbisik.

Felicia hampir saja kaget karena ia tidak tahu kalau ternyata Andrea juga bangun. "Eh, iya. Jelas banget baunya. Dari mana yah?"

"Gak tahu." Jawab Andrea yang juga heran. Namun, detik selanjutnya kedua matanya langsung melihat bayangan hitam seperti asap berada di pojok kamar dekat jendela. Napas Andrea tercekat dan hanya bisa merapal do'a-do'a dalam batin.

"Rea.." panggil Felicia dengan berbisik.

"Apa?"

"Gak ada apa-apa kan?" Tanya Felicia takut.

"E-enggak. Emang kenapa?" Jawab Andrea berbohong dan langsung diselingi kalimat tanya.

"Gue haid. Kina juga haid. Dan sekarang ada aroma melati. Sumpah, gue takut." Ujar Felicia.

"Gak ada apa-apa Fel.."

"Seriusan?"

Ditanya begitu sebenarnya tatapan Andrea tertuju pada pojok kamar. Bayangan hitan seperti asap itu masih berada di sana. Tidak menampakkan wujud atau bentuk. Dan Andrea hanya bisa menebak kalau makhluk itu tidak mempunyai banyak energi untuk menyerupai bentuk atau wujud. Jadilah hanya bisa menunjukkan bayangan hitam seperti asap dan hanya Andrea yang bisa melihat itu saat ini.

"Iya kok. Gak ada." Jawab Andrea berbohong. Karena agar Felicia tidak panik.

Padahal Andrea sendiri sudah sangat panik. Ia takut kalau makhluk yang lain juga datang, karena ada dua gadis yang sedang haid sekarang ini. Ditambah lagi aroma melati yang menyeruak. Rasanya seperti sengaja sebagai pemancing. Bagi Andrea, semakin malam dan menginjak dini hari itu terasa sangat mencekam. Sedangkan Felicia hanya bisa meringkuk saja dan berhadapan dengan Andrea.

"Apa kita bangunin para cowok ya?" Tanya Felicia.

"Jangan.. udah jam segini. Bentar lagi subuh. Kalau udah menginjak subuh udah aman kok."

"Maksud lo apa Rea? Apa sekarang lagi nggak aman?"

"Aman kok." Jawab Andrea yang masih menutupi situasi sekarang. Bayangan hitam seperti asap itu masih berada di pojok kamar namun sudah agak memudar. Yang terpenting, kali ini Andrea tidak melihat sosok wanita yang pernah ia lihat kemarin. Jadi perasaan Andrea masih bisa dibilang biasa saja, karena ia sudah sering melihat bayangan yang seperti asap.

Felicia dan Andrea jadi tidak bisa terlelap lagi. Keduanya hanya bisa saling berbisik dan enggan untuk bergerak seolah merasa ada yang mengawasi. Sementara Kina dan Likha tidurnya nyenyak sekali dan napas mereka teratur.

Pukul setengah empat subuh, Likha terbangun karena alarm ponselnya yang ia selipkan di bawah bantal itu berdering. Melihat Likha terbangun, Kina juga jadinta bangun. Sedangkan Felicia dan Andrea tiba-tiba baru bisa diserang oleh rasa kantuk.

Likha terduduk dan langsung menyalakan lampur kamar supaya terang. Kina masih terduduk sambil mengusap-usap matanya yang masih terasa lengket. Gadis itu langsung menyambar jaketnya yang ia taruh di atas kepala kasur.

Dengan rasa malas, Kina mengeluarkan bunga melati yang sudah sangat layu itu dari dalam jaketnya dan ia taruh di atas nakas.

"Kina, apa itu?" Tanya Likha heran yang sedang membenarkan rambutnya dengan memakai tali rambut kecil.

"Ah, kemarin gue metik bunga melati di pekarangan belakang. Agak banyak hehe. Lupa ngeluarin."

Mendengar Kina yang bicara seperti itu seketika kedua mata Felicia dan Andrea terbuka lebar. Mereka berdua ikutan terduduk dengan penuh kesadaran. "APA?!" Tanya mereka bebarengan.

Kina hanya melongo saja menatap heran reaksi Felicia dan Andrea yang bebarengan. "Kalian kenapa?" Tanyanya polos.

Felicia dan Andrea saling pandang. "Huwaaaaa.. lo bikin kita gak bisa tiduuurrr.. bau melati semaleman gue kira ada orang kelima hiks. Horor banget dan itu ternyata gara-gara bunga melati di dalam saku jaket lo?" keluh Felicia dengan menampilkan mimik wajah yang hampir ingin menangis.