webnovel

Buku Permintaan

Apa yang terjadi dengan Reinkarnasi, tapi tetap berada di lingkungan Modern? Apa yang terjadi jika kita memiliki Buku Permintaan yang mengabulkan satu keinginan tiap satu tahun? Apa yang terjadi bila Dunia ini melegalkan Polygamy? Apa yang terjadi bila Dunia ini karena adanya perang dunia ketiga mengurangi kebudayaan musik dan film? Ikuti kisah Samael Duodere, seorang reinkarnator yang memaksakan hidupnya ke jalan bergelimang harta tahta, dan wanita ini! -------------- Peringatan: unsur disini ada Incest dengan ibu atau bahkan mungkin adik perempuannya. jika kalian tidak suka harem besar dan Incest, jangan baca ini.

Yuuya3 · Urban
Zu wenig Bewertungen
721 Chs

Kedatangan Kakek Henry

Keesokan Harinya.

Meriak liburan dari Festival sudah selesai, tapi semangat dari tiga hari kemarin masih tersisa yang akan membantu produktivitas para warga.

Terutama di bidang sosial kemasyarakatan, tingkat kerja mereka paling tidak akan meningkat selama seminggu ini.

Dan di ruangan Samael saat ini:

Bang!

"Kakak~ Waktunya bangun~"

Finri membuka pintu dengan sangat keras, dimana Diasy, Iris, dan Reese mengikuti dibelakangnya dengan penghormatan sebelum masuk.

Tapi melihat sosok Samael yang sudah ada dibelakang meja duduk di tumpukan kertas putih bertumpuk, Finri memiringkan kepalanya bingung.

"Woooaaa...Monster kertas! Kakak, ada monster kertas !!"

"Finri, kenapa kau teriak begitu kencang? Telinga Kakakmu hampir pecah!"

Samael menghela nafas dan memunculkan wajahnya ke samping tupukan kertas di atas mejanya itu.

Freya yang ada dibelakang Samael mengambil kertas disana dan menurunkannya, lalu dengan tenang dia membawa sebuah teko dan mengisi cangkir kosong di meja dengan kopi.

Finri berjalan ke sisi Samael dan meletakkan kedua tangannya ke atas tepat di dudukan tangan kursi.

Melihat sekeliling, Finri mengedipkan matanya yang jernih dan bertanya: "Apakah Kakak punya banyak PR?"

"...." Samael tersenyum dan menepuk kepala adiknya, "Ya, Finri sendiri bagaimana? Apakah PR sudah diselesaikan?"

"Tentu saja sudah selesai! Benar, Daisy, Iris?!"

Kedua gadis pelayan kecil disana mengangguk atas ini, dan Samael juga lega dengannya.

Paling tidak dengan adanya dua gadis ini, Finri masih memiliki umpan untuk belajar, mungkin?

"Karena kau sudah kesini, apakah itu sudah pagi?" Menatap Freya, Samael meminta kejelasan.

Freya melihat jam tangan kecil di tangannya, lalu setelah membungkuk sedikit pada Samael dia berkata: "Yang Mulia, sudah jam 07:20. Apakah Anda ingin beristirahat terlebih dahulu?"

"....Baiklah....Mari kita istirahat, basuh badan, lalu makan bersama."

Samael akhirnya berdiri dan meregangkan tubuhnya yang telah semalaman begadang mengerjakan tugasnya.

Disaaat yang sama dia menoleh ke arah Freya dan berterima kasih: "Kau juga Freya, kau ikut begadang denganku untuk membuat kopi dan menjadi teman bicaraku. Istirahat sejenak dulu sana."

"Kata-kata Yang Mulia terlalu boros untuk saya. Bagaimanapun, saya adalah pelayan pribadi Anda."

"Meski begitu, mandi dulu dan makan oke?"

"Dimengerti, Yang Mulia."

Freya membungkuk pada Samael, dan Samael sendiri mulai melepas kemejanya dan tiba-tiba melihat sebuah tangan bergerak-gerak di bidang penglihatannya dari bawah.

Menundukkan kepalanya, dia berkata tanpa daya: "Ada apa sayang, ada sesuatu?"

"Kakak dengar, Finri tadi melihat Kakek! Sepertinya Kakek ingin bertemu dengan Kakak !!!" kata Finri dengan tergesa-gesa.

Samael membelakkan matanya terkejut lalu dia menatap Reese sebagai penjelasan, dan Reese juga dengan gugup menundukkan kepalanya dan mengangguk.

"Y-Ya! Yang Mulia, Putri Finri mengatakan yang sebenarnya. Meskipun Duke sepertinya tidak melihat Putri dan terus berjalan dengan seorang butler disampingnya."

"....Begitukah."

Samael menghela nafas dan akhirnya senyuman lebar muncul di wajahnya.

Pada akhirnya dia melepas kemejanya dengan bantuan Freya, dan melihat tubuh kuat dan sempurna Samael, Reese merasa sedikit terangsang dan hanya bisa membuang buka!

Freya juga sedikit malu, tapi dia dengan sempurna membuka kemeja Samael dan Samael sendiri berkata: "Baiklah, terima kasih Finri. Sekarang pergi dulu bermain dengan Daisy dan Iris, Kakak akan mandi dulu."

"Ikut!"

"Ehh...Tapi, kau sudah mandi bukan?"

Finri menggembungkan pipinya dan berkata, "Apa salahnya mandi? Selain itu Finri sangat patuh saat mandi, dan sudah lama Kakak tidak membantu Finri mandi !!"

Sambil memeluk kaki Samael, Finri berteriak: "Boleh kan? Boleh yaa? Boleeeeh?"

Samael tersenyum masam dan akhirnya menarik Finri ke kamar mandi dibawah tawa Finri dan tatapan dari dua wanita serta dua gadis kecil lainnya.

....

Waktu berlalu dengan cepat.

Dan saat ini di meja makan, Samael yang duduk di posisi paling ujung menatap Kakek Henry yang ada di posisi Helina saat ini.

Semua orang disana menatap keduanya dengan mata penasaran, dan Samael sendiri sedikit bingung kenapa saat melihat Kakek Henry, ada sedikit kesedihan di wajahnya?

Wajah, terlebih bagian mata, bagi seseorang yang memiliki mata yang bagus dalam pengamatan dapat melihat beberapa hal.

Seperti kata pepatah, mata adalah cermin jiwa.

Dan sekarang, Samael melihat kesedihan pada Kakek Henry sehingga dia tidak bisa menahan pertanyaannya.

"Kakek, kenapa kau datang kesini? Kemana Nenek, dan...Bisakah kau menceritakan masalahmu kepadaku?"

"Kerja bagus Samael." kata Kakek Henry tidak sesuai dengan pertanyaan.

"Terima kasih, kukira?" Samael sedikit stagnan pada awalnya, tapi segera dia mengangguk: "Apakah Kakek merujuk pada masalah Festival yang kubuat?"

"Ya..." Kakek Henry mengangguk dan menatap Samael dengan senyuman, "Aku telah melihatnya, dan penampilan terakhirmu dan juga penutupan acara, kau melakukannya dengan baik."

"Bagaimana kinerjamu selama ini? Sebagai seorang Raja, apakah kau merasakan kendala?"

Samael pertama kali menenangkan dirinya dan tersenyum balas, "Pertama biarkan aku menerima pujianmu, dan untuk masalah kinerjaku, kurasa bawahan Kakek sudah memberikan infonya kepadamu?"

"Tentu saja jika Kakek tidak keberatan, Kakek bisa datang ke ruangan kerjaku meskipun masih padat akan kertas disana."

"Kau bocah...Jangan mengambil semuanya sekaligus, berikan kepada para menterimu yang bertanggung jawab."

Samael mengangguk, "Itu tentu saja akan aku lakukan. Tapi ini masih masa kritis, jadi biarkan aku bekerja lebih keras sedikit selama ini."

"Selain itu aku ingin membuka beberapa lowongan akan menteri kerajaan, mungkin saja aku akan menemukan permata."

Samael memang menginginkan permata, terutama Inggris dulu selalu di dasarkan pada konsep bangsawan sehingga permata yang terlumuri lumpur mungkin saja tidak terlihat.

Selama Samael memberikan peluang, dia yakin akan ada permata yang muncul !!!

Tentu saja akan ada hadiah bagi mereka yang menemukan permata itu terlebih dahulu daripada dirinya, mungkin berupa uang atau pekerjaan atau mungkin tempat tinggal.

Ditambah, Samael berencana menggunakan satu peluang dari Buku Permintaan, itu akan dilakukan setelah audien dengan para penyanyi yang memiliki bakat tinggi.

Kakek Henry yang mendengar ini menganggukkan kepalanya ringan, lalu mulutnya terbuka dan mengatakan: "Itu rencana yang bagus."

"...."

Semuanya hening menunggu kata-kata berikutnya, dan akhirnya Kakek Henry menghela nafas saat berkata: "Sebenarnya, alasan aku datang kesini hanya karena satu hal, dan ini adalah masalah yang besar."

"...."

Semuanya masih hening menatapnya, dan Kakek Henry menutup matanya saat bibirnya dengan gemetar mengucapkan satu kalimat.

"Saudaraku, Mantan Raja Inggris, telah pergi meninggalkan kami semua selama-lamanya."

Crash !!!