webnovel

Chapter 4: Ep. 1 - Keindahan Putri Palixena, III

Para Pahlawan Dinavia dianggap sebagai [Pilar Kedamaian Dinavia], dibawah kepemimpinan Kaisar Phosineta, mereka bergerak bersama untuk melindungi Dinavia dari serangan monster kiriman dunia bawah --tempat tinggalnya para Iblis.

Meskipun terlihat sejalan, sebenarnya hubungan para Pahlawan hanyalah sekedar kerjasama yang diperintahkan oleh para Dewa, sehingga tidak jarang dari mereka saling menunjukkan ketidaksukaan satu sama lain dikarenakan konflik yang terjadi. Tetapi, ada juga para Pahlawan yang berhubungan baik tanpa memandang konflik yang terjadi, seperti Raja Zarun dari Kerajaan Xolimatisic dan Raja Alkas dari Kerajaan Quasdinity.

Sebenarnya, ini semua karena sedari awal Raja Alkas tidak pernah memulai konflik atau mencampuri urusan para Pahlawan lain, sehingga hubungannya dengan Pahlawan lain saat ini cukup bagus. "Alkas~ aku datang."

Alkas menatap datar sosok lelaki dewasa yang datang membuka pintu ruang makan utama, tangannya kembali memasukkan daging dan membiarkan tamu tidak undang --Zarun untuk duduk dan menikmati sarapan yang dipintanya pada para Pelayan. "Kau masih disini?" tanya Alkas.

"Jarang-jarang aku bisa berlibur, kan? Haha!~ mangkanya aku memilih menetap sedikit lama disini." Alkas tampak menatapnya aneh sebelum menjawab, "Kau bahkan menolak undangan ku beberapa kali, sekarang kau malah enggan cepat-cepat kembali. Dasar aneh."

Zarun tampak mengabaikannya dan masih asik menikmati sarapannya. Alkas meraih cangkir yang berisi kopi untuknya, lalu mulai menegak secara perlahan. "Aku tertarik dengan Putrimu."

— UHUK.

Alkas tampak tersedak seusai mendengar Zarun, lalu meletakkan cangkir kopinya kembali dan menatap Zarun kesal. "Lalu? Apa urusan itu penting sehingga kau harus mengatakannya disaat aku sedang minum?"

"Hahaha! Kau terkejut ya?"

"Tidak terlalu untuk lelaki mata keranjang seperti dirimu," balasnya singkat. Zarun tampak cemberut mendengar perkataan itu lalu membalas, "Berhenti menyebutku seperti itu, Alkas! Pokoknya aku tertarik pada Putrimu, apa boleh aku menjadikannya milikku?"

Alkas tampak menghela nafas. "Mau kau menikah dengan siapapun aku tidak peduli, jadi berhenti menanyakan hal seperti itu, kau jadi sangat aneh hari ini."

Zarun terkekeh pelan mendengar jawaban Alkas yang terlihat kesal. "Yang ku maksud, Putri favoritmu."

".. Apa?"

Zarun kini menyeringai melihat raut wajah Alkas sedikit berubah, "Jadi, yang kau maksud Palixena?" Melihat Zarun yang tetap pada posisinya, membuat Alkas memijat keningnya pusing. "Zarun, aku tidak masalah dengan anakku yang lain atau bahkan istriku yang lain. Tapi Palixena berbeda."

"Haha, sudah kuduga kau akan menolaknya dengan cepat," balas Zarun santai. "Tapi aku tidak peduli, .. aku akan tetap mendapatkannya." Alkas menatapnya tajam, "Tidak ada yang menarik dari Palixena. Hentikan ketertarikan mu itu, masih banyak putriku yang bisa kau jadikan istri, bahkan jika kau menginginkan istriku kau bisa memilikinya."

"Tetapi tidak untuk Palixena, aku tidak akan menyerahkannya." Alkas segera berdiri dan berjalan menuju pintu keluar, Zarun tampak terkekeh lalu ikut berdiri. "Pesonanya serupa dengan istri favoritmu ya, ..

Alkas Quasdinity?"

Alkas menghentikan langkah kakinya dan kini melirik Zarun dengan tajam. Haea cahaya tampak keluar dari tubuhnya seolah merespon emosi milik lelaki tersebut. "Lebih baik kau segera kembali ke wilayah mu, Zarun."

Zarun tersenyum penuh arti.

...

...

...

Beberapa bulan kemudian ...

"Oh astaga, hadiahnya datang lagi!"

"Ada surat juga, ya ampun! Putri Palixena benar-benar beruntung, dia mendapatkan perhatian dari Pahlawan paling tampan di Dinavia."

"Benar kan, meskipun Putri memiliki sikap kasar dia bisa mendapatkan perhatian Pahlawan dengan mudah hanya karena kecantikan yang dimiliki!"

"Mau bagaimana lagi, kecantikan itu adalah berkah terbaik di Dinavia. Jika kau cantik, seburuk apapun perilaku mu, kau akan selalu disukai semua orang."

— CEKLEK

Putri Palixena membuka pintu kamarnya secara tiba-tiba, sehingga membuat tiga pelayan yang ada diruangan itu terkejut dan segera memberi salam padanya.

"Putri Palixena, lagi-lagi terdapat kiriman dari Raja Xolimatisic. Apa anda ingin melihatnya?" tanya salah satu pelayan sembari menyerahkan kotak kecil dengan surat diatasnya. Palixena meraihnya dan membaca surat tersebut.

["Palixenaku, sebentar lagi Upacara Kedewasaan milikmu. Aku mengirimkan hadiah untukmu, kuharap kau menerimanya ~♡"]

Tercetak urat kekesalan di wajah Palixena. 'Bajingan itu, apa ia akan terus-menerus mengirimkan hadiah tidak berguna ini!' batinnya geram. Palixena kini menoleh kearah perapian yang menyala diruangannya, lalu melempar kotak tersebut dengan kasar.

"KYAA! Astaga!" teriak ketiganya kaget. Palixena mendengkus sebal dan segera duduk di kursi dekat jendela, mata biru lautnya menatap dingin ketiga pelayan yang menatap sedih hadiah yang telah terbakar. "Kalian bertiga, panggil desainer kerajaan kemari!"

"Ba-baik Putri .. !"

Palixena kini menatap kearah jendela dengan mata yang terpancar emosi. 'Dia selalu mengirimkan hadiah, aku curiga dia masih di Benua Teran alih-alih kembali ke Kerajaannya berada.'

'Kalo begitu, kemungkinan dia akan hadir di Pesta ku.' Mengepalkan tangan kesal, Palixena merasa hari ulang tahunnya kini akan menjadi hari terburuk bila Raja Xolimatisic menghadirinya.

— KRIET

Mata biru lautnya kini menatap kearah pintu kamar, dimana desainer Kerajaan bersama Bibinya datang. "Kehormatan untuk Yang Mulia Putri, semoga Berkah Haea yang Suci selalu menyertai, Yang Mulia Putri sekalian."

"Berikan desainnya!"

"Baik Putri."

— SREK SREK SREK

Palixena tampak melihat-lihat banyaknya gambaran desain baju yang diperlihatkan sang desainer. Bibinya duduk di sisi kanannya sembari membantu ia memilah pakaian yang cocok untuk dikenakan dihari istimewanya beberapa Minggu lagi. "Palixenaku, gaun ini terlihat simpel dan elegan untuk dikenakan dirimu."

"Bibi benar. Tetapi aku kurang suka dengan bagian lengannya."

"Bagaimana dengan ini?"

"Kakiku terlalu terlihat, Bibi. Itu tidak nyaman."

".. Benar juga, ah bagaimana dengan-" perkataan Bibinya terpotong tatkala pintu kamar terbuka, dan suara Prajurit terdengar dari balik pintu. "Yang Mulia Raja Quasdinity memasuki ruangan!" Mata biru Palixena tampak terkejut ketika melihat sang Ayah kesayangannya datang menghampirinya.

Palixena buru-buru segera berdiri, lalu menunduk untuk memberi salam. "Kehormatan untuk Yang Mulia Raja Quasdinity, semoga Berkah Haea yang Suci selalu menyertai, Yang Mulia sekalian."

"Angkat kepalamu," balas Raja Alkas. Palixena segera berdiri tegak dan tersenyum bahagia kearah sang Ayah, Raja Alkas tampak melirik kearah bawahannya untuk membawa barang yang dimintanya.

Disana ada dua kotak yang dibawa masuk, dengan satu kotak sedang diberikan pada Palixena. Sang Bibi menerimanya dan dipinta untuk dibuka, didalamnya terdapat sebuah gaun mewah dan elegan terlihat disana. Palixena terkejut akan hal itu dan menatap Ayahnya terharu. "Ayah, ini .. "

"Sebuah Gaun, kuharap kau mengenakannya nanti." Bawahannya lalu membuka kotak kedua seusai diberi isyarat Raja Alkas, disana terlihat sebuah pedang besi dengan lambang Kerajaan Quasdinity bewarna perak indah. "Ku denggar kau telah mengalahkan Neil di pertarungan pedang beberapa Minggu lalu."

'Pedang besi .. hadiah dari Ayah .. '

"Itu adalah Hadiah ulang tahun untukmu." Palixena tampak berkaca-kaca melihat pedang tersebut dan segera menunduk kearah Raja Alkas. "Terimakasih Ayah, ini adalah hadiah terbaik di ulang tahun ku. Aku akan menggunakannya dengan baik!"

Palixena segera berdiri tegak kembali, Raja Alkas menerima ucapan terimakasihnya dan segera kembali ke ruang kerjanya. Palixena merasa tersentuh dengan perilaku manis sang Ayah, segera melupakan kekesalan yang dialaminya akhir-akhir ini karena Raja Zarun.

Dia kembali menatap pedangnya sebelum beralih pada gaun pemberian dari Ayahnya.

'Ini ulang tahun terbaik yang pernah ada.'

'Terimahkasih Ayah! Aku menyayangimu.'

...

...

...

Beberapa Minggu kemudian.

Pesta Upacara Kedewasaan Putri Palixena diadakan!

Palixena telah dipersiapkan dari dini hari untuk menyambut Pesta Kedewasannya, dipimpin oleh sang Bibi kini Palixena tampak terlihat bersinar. "Selamat ulang tahun, Palixenaku. Sehatlah selalu dan teruslah bahagia!" Bibinya tampak memeluk Palixena dengan sedih. " ... Kau telah menjadi wanita dewasa, Palixenaku."

Palixena membalas pelukan tersebut dengan tersenyum lembut. "Terimakasih Bibi, kau selalu ada di sisiku. Aku beruntung memiliki dirimu di hidupku, Terimakasih Bibi."

Bibinya adalah wanita yang paling ia percaya setelah Ibunya di dunia ini. Setelah kematian sang Ibu, Palixena dirawat penuh oleh sang Bibi yang merupakan Kakak dari sang Ibu. Sejak kecil ia selalu diberikan asuhan terbaik dan dukungan penuh atas mimpinya yang ingin menjadi seperti Ayahnya, untuk itulah, Palixena sangat menyayangi Bibinya yang bagaikan Ibu kedua untuknya.

Mereka kini saling melepaskan pelukan ketika Prajurit datang memberitahu bahwa Raja Alkas akan pergi bersamanya. Palixena tampak gugup mendengar hal itu, sehingga sang Bibi yang ada didekatnya tampak tersenyum geli melihat kegugupan dari Palixenanya yang telah dewasa. "Palixenaku, pergilah dan bersenang-senanglah di Pesta."

"Bibi .. " Palixena tampak tersenyum kearahnya sebelum segera pergi menemui Ayahnya yang telah menunggu diluar.

Di Aula, dimana Pesta diadakan. Palixena tampak gugup berdiri di samping sang Ayah, sementara itu Raja Alkas melirik Prajurit didekat pintu untuk memberitahu kedatangannya. "Yang Mulia Raja Quasdinity dan Putri [Berkah Suci Haea Yang Indah] memasuki aula Pesta Kedewasaan!"

Saat itulah Pintu perlahan terbuka, menampilkan sosok Raja Alkas yang agung dengan sang Putri favoritnya --Palixena yang mengenakan pakaian serasi dengan Ayahnya. Para hadirin yang ada disana kini memusatkan pandangan pada dua tokoh utama yang baru saja hadir.

"Putri Palixena!"

"Ya ampun itukah Raja Quasdinity yang terlihat buas di Medan perang? Ia seperti rumornya yang sangat menyayangi Putri Palixena!"

"Benar-benar keindahan yang mulia."

Seorang lelaki didalam aula, diam-diam tersenyum misterius melihat Palixena yang kini memasuki Aula dengan wajah gugup. "Palixenaku,

Kau terlihat sangat cantik."