"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam". Jawab Bi Ita. "Wah bawa apa itu non?"
"Oh ini piala lomba karya tulis, bi. Oya ada apa sih bi, ko di rumah rame bebenah gini?" tanya tita penasaran melihat beberapa asisten rumah tangga tampak sibuk berbenah rumah seperti mau ada acara.
"Lho, non nggak dikasih tau ibu? Kan mau ada makan malam ngerayain ulang tahun nya non tita." Kata bi ita.
"Ooooh..." Tita senyum-senyum membayangkan betapa baik nya mami dan papa nya mau buatin birthday party kecil-kecilan buat dia.
"Bi tolong buatin tita es kepal milo y". Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Sip non". Balas bi ita dengan mengedipkan mata juga.
Tita lalu berjalan ke arah ruang keluarga, terlihat mamih sedang menata meja makan dengan rangkaian ikebana nya. Ruang makan memang sengaja dibuat tanpa sekat dengan ruang keluarga. Tita langsung memeluk mamih dari belakang.
"Mamiiiii.... tita menang lomba karya tulis lho". Katanya manja
"Ya ampun anak mamih udah pulang. Selamat ya". Kata mamih sambil berbalik lalu menangkup kedua pipi tita, menciumi nya seperti bayi.
"Udah sekarang kamu makan, lalu ikut mamih ke butik, sekalian nyari dress buat besok malam".
"Emang besok malam mau ngapain, mih?" tanya tita sambil menarik salah satu kursi di meja makan. Tepat ketika tita duduk, bi ita langsung membawakan es kepal milo pesanan tita.
"Makasih bi." Katanya pada bi ita yang Cuma dibalas senyum sama bi ita.
"Besok malam, mami dan papah ngadain family dinner buat ulang tahun kamu, sayang. Kamu jangan coba-coba buat acara sama temen-temen kamu ya. Soalnya mau ada tamu juga nanti. Anak temen papah yang baru datang dari New York."
"Oh. Anak temennya papah, ikut dinner juga, mih?" tanya tita sambil makan es milo nya.
"Iya dong. Namanya Alfard." Kata mami
"Hihi namanya kaya mobil, mih". Tita cekikikan sendiri mengingat mobil itu termasuk mobil mahal di Indonesia.
"Hush, dasar kamu. Panggilannya Al, kaya anak artis kan?" mamih ikut geli juga "lebih ganteng malah dari Al yang itu".
"Oooh..." Tita ber Oooh ria
"Hmm mih, tapi pas hari ulang tahun, Tita. Boleh nggak tita jalan sama alya dan deandra?" Tanya Tita pelan.
"Mau pergi kemana emangnya sama mereka?" Tanya mamih dengan tatapan tajam nya. mamih selalu memberi tatapan curiga jika tita minta izin pergi dengan teman.
"Cuma ke mall, mih. Nonton doang". Jawab Tita sambil mengaduk es nya. Dia menunduk sambil mengaduk-aduk es kepal nya dengan tatapan nyaris hilang minat.
"Kalau mami ikut, boleh. Kalau nggak sama mamih mending nggak usah". Jawab mamih tegas.
"Tapi Tita udah gede mamih. Masa masih dikawal aja". Jawab Tita sambil ngedumel. Dia sekarang mengacak-acak es nya sambil manyun.
"Di mall itu nggak aman, Tita. Banyak pencopet, banyak penjahat macem-macem. Kalau kamu dijambret gimana? Kalau kamu diapa-apain orang asing disana gimana? Nanti aja sama mamih". Jawab mamih lebih tegas lagi.
"Bi ita, tolong ambilkan tita makan ya". Pinta mami ke bi ita.
"Inget abis makan langsung ganti baju, anterin mamih ke mall ya."
"Siap boss" kata tita sambil mengangkat tangannya membentuk hormat ala tentara. Lalu mendesah lesu.
-----------------*********************************-------------------------
Setelah hampir 30 menit, tita keluar kamar dengan baju putih dan jaket denim nya. Rambut nya yang berwarna coklat tembaga dikuncir kuda. Tak lupa sling bag nya warna hitam yang diselempangkan asal oleh yang punya.
"Ayo. Mom". Katanya pada maminya. Mamih yang udah siap dari tadi dengan dress kemeja selutut nya warna putih gading dengan high heels warna senada dan clutch bag nya warna light brown. Mamih tita tampak cantik meski umurnya sudah 50 tahun. Dulu mami dan papah sempat susah punya anak, sekalinya punya Cuma bisa tita aja. Jadi lah tita anak tunggal.
Sebagai wanita keturunan Inggris, mamih memang sangat memperhatikan penampilan, biar pun sebagian besar rambut nya telat memutih tapi modis always be number one. Emak zaman now. Bahasa gaul nya.
Kali ini mamih memilih salah satu mall besar di Jakarta. Tita ingat terakhir kali dia kesini karena dipaksa Ayla dan Deandra ngebolos bimbel matematika. Tentu saja dengan iming-iming Zerico juga ikut. Gebetannya Ayla, si Zaki, juga pacarnya Deandra, si Rio juga ikut. Jadilah mereka triple date kesini. Itu juga dia udah deg-degan setengah mati takut mamih ngecek ke tempat bimbel nya.
Tapi ketika masuk ke wahana aquarium terbesar di mall itu, pikiran tita langsung blank seketika. Dia terlalu takjub dengan pemandangan akuarium raksasa itu. Sampai-sampai dia tidak sadar kalau sudah ditinggalkan berdua saja dengan Zerico. Teringat nama Zerico membuat Tita senyum-senyum sendiri.
"Baby, coba deh dress yang ini". Kata mamih, membuyarkan lamunan tita. Ternyata mereka sudah berada di salah satu butik merek ternama di mall ini. Tita melihat dress yang disodorkan mamih.
"short sleeves lace knee length dress". Gumam tita dalam hati. Tulisannya aja udah bikin Tita keseleo lidah. Tapi di mata tita sih ini cuma gaun putih selutut dengan aksen renda bagian dada dan rok nya, berlengan pendek juga. Udah gitu aja.
Mamih menyuruhnya fitting duluan tapi tiba-tiba hp tita berdering. Dari layar hp nya muncul nama Ayla.
"Halo Ay".
"Tita....!!!!!" Suara Ayla dan Deandra teriak bersamaan. Tita langsung berjalan sedikit menjauh dari mamih nya. Dia memilih berjalan ke sudut ruangan.
"Ta, pas ultah lo nanti jadi kan ke XXI? Biasanya cuma pas ultah lo doang, nyokap lo ngijinin hangout malam". Kata Ayla antusias.
"Sorry Ay, mami nggak ngijinin. Gue kan nggak mau kaya tahun lalu. Pergi ke mall buat nonton aja sampe mami ikut. Padahal gue ultah ke 17 coba. Lagian malam nya mamih- papah mau ngadain family dinner di rumah, biar lebih intimate katanya". Jawab tita.
"Silahkan mba, gilirannya fitting". Kata mba SPG nya
"Emang lu lagi dimana, Ta?" kali ini suara Deandra
"Di butik. Mami bilang besok malem mau ada anak temennya papa gitu datang dari New York".
"Pasti anak nya cowok?" kali ini suara Ayla
"Ko lo tau?" jawab Tita.
"Pasti dia mau dijodohin sama lo, Ta!" Suara Ayla nakutin.
"Ngaco lo!" tanpa sadar Tita setengah teriak membuat seisi butik menoleh padanya. Tita tersenyum canggung dan makin berjalan ke sudut.
"Orang dia cuma mampir bentar di Jakarta". Jawab Tita
"Bisa banget lagi, ta. Pertama, nyokap lo ngadain family dinner yang harus nya cuma family tapi ada orang asing yang diundang. Kedua, sekarang lo ada di butik, kalau Cuma makan malam biasa, ngapain beli dress baru segala. Ketiga ini yang paling meyakinkan. Nyokap lo emang nggak ngelarang lo pacaran, tapi selalu ngeracunin otak lo dengan hal-hal yang menyeramkan soal pacaran. Jadilah lo jomblo sampe sekarang, hahaha". Tawa Ayla meledak di seberang sana.
"Gue rasa lo bener-bener mau dijodohin, Ta". Kata Ayla
"What? Tita mau dijodohin!!!" Deandra yang baru balik dari kamar mandi langsung teriak.
"Nyamber aja lo. Baru balik dari WC juga". Kata Ayla sambil menoyor jidat Deandra.
"Kagak dea! Lagian sumpah ya. Siapa juga yang mau dijodohin. Kebetulan aja tuh orang mampir ke rumah gue, setelah belasan tahun kata papa, dia nggak balik ke Jakarta".
"Iya dia balik cuma buat lo, calon istrinya". Kata Ayla cekikikan.
"Tapi dia ganteng nggak?" tanya Dea antusias.
"Dih dea, hoax itu yang dibilang si Ayla. Udah ah gue udah dipelototin mami nih. Bye".
"Bye Tita". Kata keduanya.
Tita menatap white dress di tangan nya.
"She is joking, right?"
"Oh, Ayla. That is a bad joke".
-----------------------------*******************-----------------------------
Tita sedang melihat-lihat gaun yang dipajang di manekin etalase butik yang didatangi nya ketika manik matanya menangkap sosok yang sangat ia kenal sedang berjalan melintasi butik tempat ia berdiri sekarang.
"Zerico". Gumam Tita.
Tita melirik mami yang masih sibuk dengan para SPG butik tersebut karena melihat-lihat gaun yang akan dibeli nya. Saat itu pikiran Tita hanya penasaran apa yang dilakukan Zerico sendirian disini. Dengan mengendap-endap, Tita keluar menyelinap dari butik tersebut. Jantung nya berdetak kencang. Ini pertama kalinya ia kabur padahal sedang ada mami di dekat nya. Ketika ia berhasil keluar ada rasa bangga yang menyelinap di sudut hati nya.
"Aneh berhasil kabur aja bangga hehe" gumam nya pada diri sendiri.
Tita berjalan mengikuti jalan yang tadi dilalui Zerico. Dengan langkah tergesa, akhirnya ia dapat melihat punggung kurus dan tinggi milik Zerico memasuki sebuah toko. Tita tidak bisa berpikir kala itu sudah sejauh mana ia berjalan dari butik tempat mami memesan baju. Hingga akhirnya ia bingung sendiri dan berakhir masuk ke toko peralatan musik.
Dia melihat Zerico ada di bagian toko yang memajang standing mic. Seperti penguntit Tita merasa. Zerico menoleh dan Tita langsung berjongkok takut ketauan.
"Huft hampir aja ketahuan". Gumam Tita sambil mengelus dada.
"Ketahuan sama siapa?"
"Mamih, Astaga Zerico. Ngagetin aja!" kata Tita. jantung nya berdegup kencang karena kaget ketahuan sama objek yang dia ikuti.
"Kamu ngapain ngumpet disini? Ngumpet dari siapa?" Zerico berdiri lalu melirik-lirik sekitar seolah ikut membantu mencari seseorang buat Tita.
"Ngumpet dari elo, bego!" Umpat Tita dalam hati.
"Ah nggak cuma lagi liat-liat hmm ...." Tita melirik cepat ke rak yang sempat ia tubruk tadi karena kaget dan bersembunyi. Ternyata itu rak berisi kaset-kaset lama.
"Ini". Tita mengambil satu tanpa melihat dulu apa judul di kaset tersebut.
"Aku nggak nyangka selera musik kamu unik. Kamu suka dangdut juga?". Zerico tertawa renyah. Terlihat tampan di mata Tita.
"Eh apa?" kata Tita.
"Dangdut. Kamu suka musik dangdut ya?" tanya nya lagi.
"Hah?" Tita masih melongo. Dilirik nya kaset yang dia ambil ternyata kaset kumpulan lagu dangdut populer di era 60 an.
"Oh i.. ini hadiah buat bi ita. Iya hadiah buat bi ita hehe". Jawab Tita asal. Dia tertawa canggung.
"Aduh Tita ko lo jadi bego sih". Jerit Tita dalam hati.
"Oh kirain buat kamu. Dangdut itu jenis musik yang bagus ko. Dia unik khas Indonesia. Bahkan dangdut itu ada campuran berbagai budaya". Zerico mulai berjalan ke sisi lain toko dengan Tita mengikuti di belakang nya.
"Kamu suka nya musik apa?" Tanya nya tiba-tiba berbalik. Tita yang tidak siap dengan pertanyaan dan juga tidak mengantisipasi Zerico yang berbalik menghadap nya akhirnya jadi menabrak dada Zerico.
"Ups maaf". Cicit suara Tita.
"Ti.. tidak apa-apa". Zerico membantu nya berdiri.
Kedua nya berdiri canggung. Rona merah terlihat menyembul di wajah keduanya.
"Kamu suka jenis musik apa?" Tanya Zerico lagi memecah keheningan yang sempat tercipta diantara mereka selama beberapa detik.
"Hmm aku suka musik pop". Jawab Tita. Zerico tersenyum. Sudah ia duga pasti Tita suka jenis musik yang itu.
"Khas wanita sekali". Jawab nya.
"Maksud nya?" Tanya Tita penasaran.
"Ah tidak apa-apa hanya saja sebagian besar perempuan memang lebih suka musik pop sih. Terutama yang melow". Zerico tersenyum lagi.
Tita ikut tersenyum. "Iya kamu benar". Tita ikut terkekeh pelan.
Zerico membawa Tita ke sudut toko dimana terdapat alat pemutar musik lengkap dengan headphone untuk mendengarkan musik.
Zerico memilih salah satu kaset yang ada di rak yang disediakan disitu. Lalu meletakan headphone dengan hati – hati di telinga Tita. Dia sempat meminta izin dengan mata nya. Dan Tita mengiyakan dengan mengangguk. Untuk sejenak mereka berkomunikasi tanpa bicara.
Rasanya ada kupu-kupu yang mengepakan sayap di sekeliling Tita ketika jarak mereka sangat dekat. Zerico masih memegangi headphone di telinga Tita. Rasanya saat ini Tita merasa malu bahkan untuk melihat wajah lelaki yang jadi pangeran di sekolah ini saja ia tidak mampu. Malu. Alhasil Tita hanya menunduk saja, mengalihkan pandangan pada apapun asal tidak pada wajah tampan Zerico.
Zerico memencet tombol play dan sebuah lagu dari Sheila on 7 mulai mengalun merdu di telinga Tita.
coba kau tunjuk satu bintang
sebagai pedoman langkah kita
jabat erat hasil karyaku
hingga terbias warna syahdu.
"Aku suka musik lawas". Bisik zerico dengan mengangkat salah satu headphone milik Tita.
Wajah Tita sudah merona merah. Desiran di hati nya terasa indah. Tita terlena dengan suasana ini. Musik yang indah bersama orang yang ia suka. Rasa nya masa indah remaja Tita seolah baru dimulai.
Dengan malu-malu Tita mengangkat wajah nya, mencoba menatap wajah Zerico. Manik mata mereka beradu. Mereka saling melempar senyum.
Tapi tanpa mereka sadari, seseorang memperhatikan mereka dan orang itu mengabadikannya dalam bentuk foto. Dia mengambil foto kedua nya dengan cepat. Sedetik kemudian dia mengirim foto tersebut pada seseorang yang berada di belahan bumi yang lain.
Foto itu sampai di ponsel seseorang. Dengan bunyi yang khas ponsel itu bergetar. Seseorang mengangkat nya, membuka aplikasi pengirim pesan dan ketika melihat isi pesan berupa sebuah foto dengan sebuah kalimat singkat, laki-laki itu menggeram menahan emosi.
"Kau hanya milik ku, Tita. Tidak boleh ada yang lain".