webnovel

Bree: The Jewel of The Heal

Brianna Sincerity Reinhart, putri seorang Duke yang mengepalai Provinsi Heal di Negeri Savior. Suatu hari, Bree menyelamatkan seorang wanita yang berasal dari negeri Siheyuan, sebuah negeri yang merupakan negara sahabat kerajaan Savior. Bree membawa wanita tersebut ke kediaman keluarga Reinhart dan malangnya wanita itu mengalami amnesia dan hanya mengingat kalau dia biasa dipanggil Han-Han. Ternyata wanita tersebut memiliki kemampuan pengobatan tradisional yang sangat mumpuni, sehingga Duke Reinhart memintanya untuk menjadi tabib muda di Kastil Heal. Sejak kehadiran Han-Han Bree mulai semangat menekuni dunia obat-obatan dan menjadi lebih terarah. Bree menjadi rajin untuk memperbaiki diri karena ingin mendapatkan keanggunan seperti Han-Han. Di saat Kaisar Abraham, pimpinan negara Savior, mengadakan kerjasama dengan Siheyuan, mereka menerima delegasi yang dikirimkan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuan Muda Lacey, seorang jenderal perang yang masih muda, tampan, tangguh namun minim ekspresi. Bree langsung menyukai pria tersebut saat pertama kali mencuri pandang pada Tuan Muda Lacey tersebut. Bree yang mempunyai perangai terbuka dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Yue Lacey namun penolakan adalah yang menjadi santapannya. Puncaknya adalah saat Yue Lacey bertemu si anggun dan cerdas Han-Han. Tuan Muda tersebut tidak menutupi ketertarikannya dan itu membuat Bree sangat tersakiti. Haruskah Bree mengalah demi Han-Han yang menjadi sumber inspirasinya? Haruskah dia melepaskan pria idamannya, Yue Lacey? Kisah berawal di provinsi Heal. Apakah nama provinsi ini akan sesuai dengan pengharapannya, penyembuh. Ini kisah lika-liku Bree dalam mencari peraduan cintanya. Kisah ini bukan hanya mengajarkan mengenai mengejar dan mempertahankan cinta karena tingkat tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Siapakah yang akan mengikhlaskan, Bree atau Han-Han?

Pena_Bulat · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
48 Chs

Tabib Muda

"Jadi, bagaimana Nona menghadapi mereka berdua?"

Naena begitu antusias saat aku menceritakan mengenai kejahilan Azlan dan Leon padaku yang kubalas dengan ramuan pencuci perut dari Kak Han-Han.

"Kalau saja mereka itu keturunan singa sesungguhnya bukan hanya nama, mereka pasti sudah mengeluarkan cakar untuk membantaiku."

"Naena benar-benar tidak bisa membayangkan wajah murka Pangeran Azlan dan Tuan Leon."

"Azlan tanpa ampun menarik paksa tanganku menuju taman belakang tadi sore setelah kau dan Kak Han-Han langsung main pergi saja."

"Kami tidak bermaksud begitu, Nona Bree. Nona Han-Han dan aku memang hendak memindahkan beberapa tanaman lavender ke ruangannya sebelum Nona Bree datang."

"Ya...ya...ya. Lupakan itu! Lagi pula aku sedang dalam mood yang baik saat ini."

"Mereka tidak membalas apapun lagi pada Nona?"

"Tadinya. Tetapi, begitu aku memberitahu mereka berdua bahwa itu adalah ramuan dari Kak Han-Han, mereka justru merasa penasaran. Bukan hanya mereka berdua, sebenarnya. Dengan kemampuan Kak Han-Han ini, aku semakin penasaran untuk mengetahui siapa dia sebenarnya."

"Nona benar. Naena juga penasaran." Naena memilih duduk di sebelahku setelah membantuku merapikan rambutku.

Aku memang meminta Naena untuk tidak seperti pelayan-pelayan lainnya di Paviliun Heal ini. Dia memang melayaniku, tetapi aku memperlakukan Naena selayaknya sahabat. Namun, dia tetap berkeras untuk menambahkan kata 'Nona' saat menyebut namaku. Kami sudah sering bernegosiasi mengenai hal ini dan Naena yang senantiasa memenangkannya. Akhirnya aku hanya membiarkan untuk hal satu ini.

"Kau sendiri, apa pendapatmu mengenai Kak Han-Han?"

"Sangat cantik." Naena terlihat menerawang.

"Itu juga aku tau, Naena." Naena menampilan cengiran cengengesannya. "Maksudku, apa yang temukan sejak Kak Han-Han datang dan tadi bersamanya?"

"Semua masih abu-abu, Nona. Gaya bicaranya sangat kental dialek Savior. Matanya juga biru terang seperti kebanyakan penduduk asli Savior. Hanya pakaiannya saja yang bukan milik Savior."

"Kau benar, Naena. Pakaian kebiruan milik Kak Han-Han merupakan Hanfu, pakaian khas Siheyuan. Tetapi, Kak Han-Han tidak memiliki dialek Siheyuan saat berbicara."

"Naena setuju dengan Nona Bree. Tadi saat Naena menyajikan makanan untuknya, aku sengaja menaruh sumpit. Nona tau apa yang terjadi?" Aku menggelengkan kepalaku cepat. "Nona Han-Han tidak sedikit pun menggunakannya, dia justru dengan telatennya menggunakan sendok dan garpu.

"Hmm. Ini tidak akan semudah yang kita kira. Ada terlalu banyak misteri dalam seorang Kak Han-Han."

"O iya, Nona Bree. Satu hal lagi. Nona Han-Han ini mungkin dulunya seorang tabib."

"Maksudmu?"

"Tadi siang kita dibuat terkagum-kagum dengan ramuan pencuci perut yang dibuatnya. Seperti kata Nona Bree tadi, ramuannya bening dan tak berbau sama sekali. Dan..." Naena berhenti sejenak dan membuatku lenasarsn dengan kelanjutan ceritanya.

"Dan apa?"

"Karena suara Pangeran Azlan yang sangat keras, itu membangunkan Tuan dan Nyonya Rein dari tidur siang mereka. Orang tua Anda langsung menanyai kami berdua mengenai apa yang terjadi. Sebab, saat mereka keluar, Tuan dan Nyonya tidak menemukan keberadaan Nona atau pun Pangeran Azlan.

Tuan dan Nyonya sempat mengobrol banyak dengan Nona Han-Han. Jadi, Naena pamit dan menyajikan teh untuk mereka. Saat mereka sedang menikmati teh, Nona Han-Han minta izin untuk menggunakan dapur. Naena menemaninya. Dia terlihat sibuk di dapur dan aku hanya dimintanya melihat. Dengan cekatan Nona Han-Han membuat ramuan. Setelah itu memberikannya pada Duke Reinhart."

#

"Duke Reinhart, kondisi Anda terlihat sangat tidak fit. Cobalah ramuan ini. Setelah meminumnya, cobalah untuk mengatur pernapasan. Mudah-mudahan akan segera ada efeknya."

#

"Begitu yang diucapkannya tadi."

"Lalu, apa yang terjadi pada Daddy?"

"Duke Rein muntah-muntah setelah melakukan sesuai saran Nona Han-Han. Nyonya Rein terlihat cemas. Tetapi tidak dengan Duke Rein sendiri."

"Maksudmu?"

"Setelah beliau muntah-muntah, wajah Tuan Rein terlihat sangat segar. Lingkaran hitam yang biasa ada di bawah matanya menipis."

#

"Duke Reinhart terlalu sering menghirup udara malam. Dan sepertinya Anda telah lama tidak melatih tenaga dalam Anda."

"Anda benar. Saya terlalu sering begadang akhir-akhir ini. Ramuan apa ini?"

"Hanya ramuan biasa. Ramuan untuk detoksifikasi."

"Anda mungkin dulu adalah seorang tabib. Saya akan meminta Tabib Will untuk menempat Anda nanti di Paviliun Obat."

#

"Daddy berkata seperti itu?"

"Iya. Nona Han-Han juga setuju. Besok Duke Rein akan mengantarkan Nona Han-Han untuk kembali bertemu Tabib Will. Naena sepertinya akan lebih serius lagi belajar ramuan."

Ini kabar yang sangat mengembirakan. Pasti akan lebih bersemangat untuk belajar ramuan kalau Kak Han-Han ada di sana, seperti kata Naena tadi.

"Kau serius, Bree?"

"Sangat serius."

Leon tak menutupi suka rianya saat aku menemui mereka berdua di kelas ramuan keesokan harinya. Aku menceritakan mengenai apa yang Naena katakan padaku. Sama sepertiku, Azlan dan Leon juga menunjukkan ketakjuban mereka.

Kemarin aku bisa selamat dari pembataian mereka berdua karena rasa kagum mereka yang menguar pada sosok Kak Han-Han, Leon terutamanya.

"Dengan dia di sini, akan jadi lebih mudah juga bagi kita untuk mencari tau jati dirinya." Aku mengangguki ucapan Azlan. Tidak seperti di awal di mana Azlan mengolokku saat aku ingin mencari tahu tentang Kak Han-Han, kini justru Azlan sendiri yang termotivasi untuk menguak siapa Kak Han-Han.

"Akan lebih mudah jika dia terlibat langsung di kelas ramuan." Leon ikut berkata dengan ekspresi sok serius.

"Itu inginmu." Kami berdua kompak menonjok baru Leon, di kiri dan kanan. Leon hanya terkekeh pelan.

Sesuai yang dikatakan Naena padaku, Daddy benar-benar menceritakan perihal Kak Han-Han pada Paman Will. Ajaibnya, Paman Will juga langsung setuju.

Di sore harinya, saat kami berempat masih berkutat dengan kelas ramuan, Mommy datang dengan Kak Han-Han. Paman Will langsung mengajak Kak Han-Han meninjau kelas ramuan kami. Mata birunya berkilat penuh semangat saat menhampiri meja ke meja.

"Sepertinya mereka bertiga membuat ramuan anti sihir, Tabib Will?" Kak Han-Han mencoba memastikan pada Paman Will saat berada di dekat meja kami berempat.

"Tebakan Anda sangat tepat, Nona Han-Han." Aku sendiri belum mengetahui ramuan apa yang kami buat. Kak Han-Han langsung bisa menebaknya hanya dalam sekali lihat.

Leon melongo karena kagum. Azlan sendiri tak menutupi kekagumnya, tapi tidak sampai norak seperti Leon.

"Anda pasti mengenal dunia ramuan dengan baik. Saya sudah mendengar mengenai apa yang Anda lakukan pada Duke Rein dan dua pemuda ini."

"Anda terlalu membesarkan, Tabib Will. Kemampuan Anda jauh lebih dari itu semua. Ah, iya. Saya minta maaf pada Pangeran Azlan dan Tuan Leon untuk kejadian kemarin." Kak Han-Han menatap ke arah Azlan dan Leon dengan ekspresi menyesal.

"Semua tidak terjadi dengan sia-sia. Dengan kejadian kemarin, kami bisa mengetahui bahwa Anda memiliki kemampuan yang sangat baik di bidang pengobatan, Nona Han-Han." Jawaban berkelas seperti itu pasti datangnya dari Azlan, Leon tak akan mampu berkata begitu, terlebih kondisinya yang benar-benar jatuh dalam pesona Kak Han-Han.

"Ucapan Anda membuat saya sangat tersanjung, Pangeran Azlan."

Bukk!

"Kak Han-Han!"

Kami semua panik karena Kak Han-Han yang tiba-tiba roboh, tak sadarkan diri.