webnovel

Bree: The Jewel of The Heal

Brianna Sincerity Reinhart, putri seorang Duke yang mengepalai Provinsi Heal di Negeri Savior. Suatu hari, Bree menyelamatkan seorang wanita yang berasal dari negeri Siheyuan, sebuah negeri yang merupakan negara sahabat kerajaan Savior. Bree membawa wanita tersebut ke kediaman keluarga Reinhart dan malangnya wanita itu mengalami amnesia dan hanya mengingat kalau dia biasa dipanggil Han-Han. Ternyata wanita tersebut memiliki kemampuan pengobatan tradisional yang sangat mumpuni, sehingga Duke Reinhart memintanya untuk menjadi tabib muda di Kastil Heal. Sejak kehadiran Han-Han Bree mulai semangat menekuni dunia obat-obatan dan menjadi lebih terarah. Bree menjadi rajin untuk memperbaiki diri karena ingin mendapatkan keanggunan seperti Han-Han. Di saat Kaisar Abraham, pimpinan negara Savior, mengadakan kerjasama dengan Siheyuan, mereka menerima delegasi yang dikirimkan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuan Muda Lacey, seorang jenderal perang yang masih muda, tampan, tangguh namun minim ekspresi. Bree langsung menyukai pria tersebut saat pertama kali mencuri pandang pada Tuan Muda Lacey tersebut. Bree yang mempunyai perangai terbuka dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Yue Lacey namun penolakan adalah yang menjadi santapannya. Puncaknya adalah saat Yue Lacey bertemu si anggun dan cerdas Han-Han. Tuan Muda tersebut tidak menutupi ketertarikannya dan itu membuat Bree sangat tersakiti. Haruskah Bree mengalah demi Han-Han yang menjadi sumber inspirasinya? Haruskah dia melepaskan pria idamannya, Yue Lacey? Kisah berawal di provinsi Heal. Apakah nama provinsi ini akan sesuai dengan pengharapannya, penyembuh. Ini kisah lika-liku Bree dalam mencari peraduan cintanya. Kisah ini bukan hanya mengajarkan mengenai mengejar dan mempertahankan cinta karena tingkat tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Siapakah yang akan mengikhlaskan, Bree atau Han-Han?

Pena_Bulat · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
48 Chs

Ramuan Pencuci Perut (2)

Aku tetap mengarahkan langkahku ke arah dapur meskipun berbagai kebingungan meliputi. Sesaat setelah mengatakan 'Ayo', Kak Han-Han hanya minta diantarkan ke dapur.

"Ini ruang dapur. Jadi, apa yang akan kita lakukan di sini, Kak Han-Han?"

"Come and see!" Kak Han-Han hanya tersenyum dan mulai melangkah ke ruangan dapur. Ruangan dapur sepi karena memang waktu makan siang baru saja berlalu dan masih ada beberapa jam sebelum waktu minum teh sore. Sepertinya mereka yang bertugas di dapur sedang istirahat siang atau pun melakukan hal lain di luar sana.

Sementara Kak Han-Han nampak sibuk memeriksa toples-toples yang berisi berbagai bubuk dan cairan, aku memutuskan mengamati ruangan dapur Paviliun Heal.

Ternyata begitu banyak yang kulewatkan selama ini. Aku baru menyadari kalau ternyata dapur ini memiliki banyak tungku perapian. Melihat tungku perapian yang lebih dari lima, jadi berapa pelayankah yang melakukan kegiatan di dapur tiap hari?

Tiga belas tahun sudah kami mendiami Paviliun Heal dan ini pertama kalinya aku memasuki ruangan ini. Agak memalukan memang. Namun, aku tidak sepenuhnya tinggal di sini selama tiga belas tahun ini. Azlan, Leon dan aku menghabiskan banyak waktu dengan menetap di beberapa provinsi lainnya.

Lima tahun pertama sejak pindah dari ibu kota Savior, kami menetap di Bulwark. Kami mendalami berbagai bela diri. Hingga saat ini kami masih dituntut untuk latihan mandiri. Seorang ahli akan memastikan kemajuan kami tiap beberapa bulan sekali.

Setelah dari Provinsi Bulwark, kami melanjutkan ke provinsi Pedagogics. Kami menghabiskan tiga tahun di sana sebelum kami melanjutkan ke provinsi Spirit guna mendalami ilmu kitab. Kami menghabiskan waktu selama tiga tahun juga untuk mendalami ilmu kitab. Provinsi Spirit meninggalkan sepenggal kenangan yang sangat membekas bagiku.

Jadi secara keseluruhan, aku baru dua tahun ini benar-benar menetap di Paviliun Heal. Provinsi Heal adalah kota terakhir yang menjadi tujuan pendidikan kami, sebelum nanti akhirnya Azlan akan kembali ke Savior. Leon entah akan menetap di sini atau melanjutkan petualangan. Di Heal kami mendalami ilmu mengenai pengobatan dan ramuan.

Selama lebih dari sepuluh tahun jauh dari Savior, menjalani berbagai pelatihan bersama, kami bertiga memang semakin dekat. Kami saling melindungi. Leon dan Azlan senantiasa ada untukku, meskipun mereka pulalah yang paling sering menjahiliku, aku pun demikian sebaliknya. Ha...ha...ha.

"Bree, ini sudah siap." Suara Kak Han-Han menarikku kembali ke ruangan dapur.

"Maksud Kak Han-Han?"

Kak Han-Han sedang mengaduk-aduk sesuatu, cairan bening, ramuan mungkin.

"Gunakan ini untuk mengerjai mereka berdua. Pikirkanlah caranya agar mereka bisa meminum ini!"

"Tapi ini apa,Kak?"

"Bukan sesuatu yang berbahaya." Kak Han-Han menyodorkan ramuan tersebut di depan hidungku. Aku mengendus, mencoba mengenali baunya. Namun, aku tidak mencium bau apapun.

"Simpanlah! Saat ingin menggunakannya, cukup Bree campurkan di minuman atau makanan mereka. Dampaknya akan terlihat setelah kurang lebih seratus helaan napas."

Aku menerima ramuan yang dihulurkan Kak Han-Han.

"Masukkan ke dalam botol bertutup sehingga akan lebih mudah untuk membawanya!" Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban.

Kami berdua berjalan ke luar ruangan dapur. Aku ingat tugas yang Daddy amanahkan padaku.

"Kak Han-Han, mari kita lihat kamarmu!" Kak Han-Han mengangguk dan memberi seulas senyum manisnya. Aku mengajaknya naik ke lantai atas di mana banyak kamar berada.

O iya, aku akan memberimu sekilas gambaran mengenai Paviliun Heal. Kediaman kami ini terdiri dari dua lantai. Paviliun Heal berdiri di atas lahan tanah yang sangat luas. Ada sebuah sungai kecil di belakang Paviliun Heal. Lantai satu Paviliun Heal merupakan ruangan dapur, kamar para pelayan, aula pertemuan, aula untuk tamu keluarga, ruang makan keluarga, ruang jamuan umun dan ada dua atau tiga ruangan lagi di lantai ini.

Lantai dua merupakan wilayah kamar. Kamar tamu juga berada di sini. Terdapat ruang santai dengan perapian yang hangat di lantai ini. Dari balkon-balkon kamar akan terlihat hijaunya pepohonan yang mengelilingi Paviliun Heal. Halaman Paviliun Obat bisa terlihat dari balkon kamar.

Aku membawa Kak Han-Han ke kamar tamu yang berada di dekat kamarku. Dia nampaknya menyukai ruangannya.

"Ruangan seperti ini serasa tidak asing." Ucapan Kak Han-Han kembali meyakinkanku kalau dia juga dari keluarga bangsawan.

"Dan ini ruangan Kak Han-Han sekarang. Silahkan berisitirahat! Aku akan memanggilkan Naena untuk memenuhi keperluan Kak Han-Han."

"Terima kasih, Bree. Kalian semua sangat baik."

"Kakak jangan terlalu sungkan. Kita sesama makhlukNya harus saling membantu." Aku kembali melihat senyum manis Kak Han-Han. "Ngomong-ngomong soal saling membantu, sudah saatnya Bree kembali ke Paviliun Obat. Aku tak sabar menemui mereka berdua."

"Semoga berhasil. Ceritakan hasilnya nanti!" Kak Han-Han mengedipkan matanya.

Setelah memastikan Kak Han-Han nyaman dengan ruangannya, aku menemui Naena dan memberitahunya untuk memastikan apa saja yang diperlukan Kak Han-Han.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di Paviliun Obat dengan naik kuda. Azlan dan Leon terlihat duduk santai di aula dalam. Mencoba mengabaikan rasa kesalku pada mereka, aku tetap duduk di salah satu kursi di sana.

"Apa kabarmu, Bree?" Azlan menatapku dengan senyuman jahilnya. Aku mencoba untuk abai.

"Puas-puas saja tertawa!" Dan mereka berdua langsung tergelak.

"Cih!"

"Bree, bisakah kau ambilkan teh di dapur! Tadi Paman sudah meminta bagian dapur untuk membuatnya."

"Baik, Paman Will." Aku bergegas menuju dapur untuk mengambil teh yang dimaksud.

Jarak ruangan dapur tidak terlalu jauh dari aula sehingga aku sudah bisa menikmati teh bersama tiga pria itu beberapa saat kemudian.

Paman Will memberitahu beberapa ramuan yang harus kami kuasai dalam beberapa pekan ke depan. Ramuan yang benar-benar baru bagi kami.

"Untuk kelas ini Paman ingin kalian bertiga benar-benar memperhatikan. Tidak ada bolos seperti sebelum-sebelumnya!"

Kami semua tergelak mendengar ucapan Paman William. Berbeda dengan Mommy yang akan sangat galak saat mengetahui kami bolos, Paman William akan sangat tegas saat itu memang benar-benar materi baru.

Percakapan kami mengalir dengan akrab hingga saat tiba-tiba Azlan dan Leon langsung ngibrit, menghilang entah ke mana. Mereka tidak kembali hingga saat teh yang berada dalam teko dingin.

Aku memilih pamit pada Paman William karena mereka berdua tak kunjung kembali.

"Jadi ramuan itu bekerja?"

"Sepertinya begitu. Memangnya ramuan apa yang Kak Han-Han buat?"

"Pencuci perut."

"O, pantas saja mereka tak kunjung kembali." Kami tergelak berdua, menyisakan Naena yang terlihat kebingungan di ambang pintu.

Aku tadi langsung menemui Kak Han-Han lagi setelah acara minum teh tadi. Aku memasukkan ramuan Kak Han-Han ke dalam teh Azlan dan Leon. Dengan penuh pengharapan aku menantikan masa seratus tarikan napas. Benar saja, reaksi ramuan tersebut mulai terlihat. Mereka berdua terburu-buru pergi dari aula.

Setelah mendengar penuturan Kak Han-Han, aku baru paham mengapa mereka tak kunjung kembali tadi. Mereka pasti sibuk bolak-balik buang air. Rasakan!

"Bree!" Itu suara Azlan.

"Kak?" Aku menatap Kak Han-Han, memelas.

"Selesaikan sendiri! Ayo Naena!" Kak Han-Han langsung pergi meninggalkanku.

Baiklah. Azlan dan Leon, siapa takut?