webnovel

Minum Dan Tidurlah

Dengan langkah cepat aku bergegas pergi ke tempat dimana Hyunggu telah menantiku,aku baru mendapat pesan tersembunyi darinya, dengan berani ia menelpon pada Seunghee dan memberikan sebuah kode.

"1004" yang artinya 100 meter dari rumah Seunghee ada sebuah perempatan dan ia menungguku disana.

Ya, itu adalah kode yang memang telah kami ketahui.

Untung saja Seunghee tidak mencurigai telpon aneh yang langsung menyebutkan nomor itu dan langsung memberitahuku,jika tidak semua akan kacau hanya karena kecerobohan Hyunggu.

Dengan menggunakan hoodie berwarna hitam dan sebuah masker aku telah sampai di tempat itu,Hyunggu telah menungguku disana,ia terduduk di kursi kayu bercat kuning dengan santai.

Aku berdiri di depannya sedangkan dia hanya menatapku dengan tenang "Hyung... sudah sampai mana?" Tanyanya blak-blakan.

"Aku baru seminggu dirumah itu" jawabku.

Ia menghela napasnya "Kau sangat lambat" gumamnya pelan.

"Tidak seperti biasanya" lanjutnya.

Tatapan matanya begitu tajam dan menyelidik aku sudah begitu terbiasa dengan tatapan itu "Apa kau tahu ibu tiri Seunghee menghilang,apa kau dibalik semua ini?" Tanyaku padanya.

Ia membuang muka dan tersenyum kecut "Tentu, aku terlalu muak melihat Tuan Oh itu bahagia dengan istri barunya, seharusnya saat itu yang kita bunuh dahulu adalah selingkuhannya bukan istrinya" jelasnya tanpa merasa bersalah.

"Jadi istri mudanya sudah tewas?".

"Ya begitulah" jawabnya enteng.

Aku menghela napas panjang kemudian kuperhatikan lagi jalanan yang kosong itu, aku takut jika ada yang melihatku dengannya "Terserah wanita itu juga pantas mendapatkannya" ucapku lagi.

Hyunggu tersenyum seperti ia habis mendapatkan pujian dari sang kakak "Kalau begitu aku juga menunggu kabar baikmu" ucapnya.

"Ya.. kuperingati kau jangan menghubungi Seunghee lagi dia bisa curiga apalagi sebentar lagi ia akan mengetahui ibu tirinya telah dibunuh, jangan melakukan hal ceroboh" kuperingatkan dia.

Hyunggu hanya mengangguk beberapa kali setelah itu aku pergi secepatnya dari sana sebelum ada yang mencurigai kami.

Diperjalanan aku terdiam rasanya aku gelisah setelah berbincang sedikit dengan adikku,rasanya ada yang begitu berat namun aku belum mengetahuinya,perasaanku begitu gelisah.

Sudah seminggu aku dirumah itu,semua terlihat normal dan biasa-biasa saja namun aku menikmati waktu yang kuhabiskan dengannya.

Aku menghentikan langkahku dan kubuka pintu pelan-pelan,aku tertegun setelah melihatnya terduduk dipojok ruangan,ia menutup wajahnya sambil menangis, mengapa ia menangis apa ada yang melukai perasaannya?.

Aku mendekat padanya dan ikut duduk disampingnya "Kau kenapa?" tanyaku.

Ia menangis tersedu-sedu,mendengar suaranya menangis membuatku ikut terbawa suasana, aku tidak menangis itu hal yang sangat konyol tapi rasanya hatiku ikut sakit jika mendengar suara tangisannya itu.

Seunghee tidak menjawab pertanyaanku.

Jika mengingat ia yang ceria sangat berbanding terbalik dengan dia hari ini yang sedang menangis.

Aku juga ikut terdiam,mungkin saja dia butuh sendiri.

Dalam diamku,aku mempertanyakan mengapa aku ikut merasa sedih bahkan aku tidak tahu apa permasalahannya,ini bukan diriku, aku telah menyiksa beberapa anggota keluarga Seunghee seperti adik ayahnya,ibunya,kerabatnya dan bahkan anak yang masih bersekolah,mereka semua mengeluarkan air mata,mereka tersiksa dan aku melihat mereka mati namun aku tidak merasakan iba sedikitpun.

Tapi Seunghee, aku hanya melihatnya menangis seperti ini namun rasanya aku tidak sanggup hanya dengan melihatnya menangis apalagi jika melihatnya mati, mengapa diriku begitu aneh.

Aku menatapnya senduh,rasanya sakit sekali.

Entah apa yang kulakukan namun otakku langsung bekerja memenuhi hasrat hatiku yang ingin memeluknya.

Aku menariknya kedalam pelukanku,ku elus-elus kepalanya dengan lembut agar dia nyaman,ia menenggelamkan kepalanya di dadaku yang bidang hingga air matanya membasahi bajuku.

"Kau akan baik-baik saja" ucapku.

Ia mengangguk pelan sepertinya ia sudah merasa baik namun kami masih berpelukan seperti tadi hingga beberapa saat telah berlalu.

Aku tidak ingin melepaskannya.

"Hidupku benar – benar tidak aman sekarang" ucapnya.

"Kenapa?" tanyaku.

"Setelah kematian ibuku,rasanya aku tidak mempunyai tujuan hidup lagi,sebenarnya aku kesepian, aku juga merindukan sosok ayah yang menyayangiku dulu tapi semua telah berubah" jelasnya.

"Pada siapa aku berlindung,aku benar-benar tidak memiliki siapapun,wanita itu maksudku ibu tiriku mungkin menghilang karena telah dibunuh oleh pembunuh berantai yang terus meneror keluargaku,aku jadi mengerti sekarang bahwa aku hidup didunia ini juga tak lama lagi".

Deg.

"Sungjae kau pahamkan target pembunuh itu memanglah keluargaku dan sampai sekarang kami tidak bisa melacak keberadaannya bahkan melalui detektif atau polisi pun" lanjutnya.

Seunghee benar, mereka telah memakai jasa detektif dan kepolisian namun aku dan Hyunggu tidak bisa dilacak terakhir kami menangkap detektif yang ingin menangkap kami dan membunuhnya.

"Aku benar-benar takut kematian tapi aku tahu hari itu akan tiba" sambungnya ,ia melepas pelukan kami dan memperbaiki duduknya.

Aku hanya bungkam,jika saja ia tahu jika pembunuhnya sekarang ada dihadapannya apa yang akan ia lakukan.

Ia menghela napasnya panjang ia mencoba tenang kembali senang sekali bisa melihat ia mulai tersenyum lagi "Maafkan aku, aku terlalu ketakutan tadi seharusnya aku tidak menangis" ucapnya.

Ia berdiri dan berpamitan untuk tidur sebentar "Aku mau tidur sebentar rasanya lelah sekali seharian menangis" ujarnya.

Ia pun kembali ke kamarnya dan menutup pintunya.

Sedangkan aku masih terdiam seperti orang bodoh,rasanya aku tertampar, perkataannya begitu kena dihatiku.

"Kau tahu kau akan mati tapi kau masih bisa tersenyum setelah meratapi nasibmu" batinku.

Aku jadi mengingat perkataan Hyunggu tadi "Kalau begitu aku juga menunggu kabar baikmu" itulah yang ia katakan,kata itu mengarah pada bahwa aku harus secepatnya membunuh Seunghee.

Tapi apa aku bisa?.

Setelah melihatnya rapuh seperti itu,aku tidak yakin bisa melakukan rencana awal untuk membunuhnya.

Aku berjalan pelan menuju sofa tempat biasa aku tidur namun langkahku terhenti setelah melihat tas hitamku yang tergantung disamping lemari.

Aku ingat, aku memasukkan 2 botol kecil sianida di kantong kecil tas itu, apa itu bisa digunakan untuk membunuhnya tanpa menyakitinya.

Tanpa membunuhnya dengan sebuah pisau tajam,tanpa mengeluarkan darah sedikitpun dari tubuh indahnya,tanpa menyakitinya secara perlahan.

Ya itu benar, aku tidak salah membawa sianida untuk alat pembunuhan cadangan itu.

Aku mendekati tas itu dan meronggoh kantong kecil di tas itu,dan benar saja aku menemukan 2 sianida,kuambil satu dan aku pun menuju dapur.

Botol berbentuk ampul itu berwarna putih dengan cairan didalamnya,aku mengambil sebotol jus jeruk dan juga es batu dikulkas.

Aku mencampurnya menjadi jus yang terlihat sangat segar,kumasukkan sianida itu kedalam gelas tadi dan ku aduk dengan rata.

Sebelum aku membawakannya,aku terdiam sesaat, rasanya aku begitu ragu dan berat melangkah ke kamar Seunghee, perkataan Hyunggu dan Seunghee tadi terus saja berputar dikepalaku.

Apa yang harus kelakukan sebenarnya?.

"Hyung... kau harus sadar orang tua kita dan juga seluruh warga yang membantu perkebunan ayah telah dibunuh dengan keji,kematian keluarga mereka tak sepadan dengan kematian keluarga kita!" Suara Hyunggu terdengar melintas ditelingaku.

Aku mengepalkan tanganku, mengapa aku begitu ragu hanya karena seorang wanita lemah,mengapa auranya sangat kuat hingga aku bisa melupakan siksaan keluargaku,keluargaku tersiksa karena mereka.

Tanganku mengambil nampan dan menaruh jus itu diatasnya.

Ya, aku harus mengakhiri sandiwaraku ini sekarang juga.

Aku telah sampai di depan kamarnya,ku ketuk pintunya sekali dan ia langsung membukanya "Kau belum tidur?" tanyaku.

"Aku sulit tidur,wah apa ini minuman untukku?" aku tersenyum sepertinya ia sangat haus.

Minumlah, agar kau bisa tidur dengan tenang.