"Setidaknya aku gak jadi psikopat."
Mati rasa sangat tidak sekali. Pilihan hidup macam apa yang Eli pilih?
Pasti tak akan berakhir baik.
Ara gak paham kenapa ia sangat mellow. Hitungan detik, tanpa tanda langsung peluk sang kakak yang kemudian berlanjut air mata menetes. Ara menangis. Saat masih kecil Ara jarang nangis, ternyata oleh sebab jarang, melakukan itu, air mata keluar deras seperti kran. Perumpamaan doang ya. Masa tuh air mata kayak kran.
Maksudnya gak kenal kalimat berhenti. Netes terus. Stok persediaan air mata Ara keluar setelah lama di tampung. Ketakutan, perih, rasa tak rela, hidup penuh drama, hidup keras dan sulit melengkapi setiap hembusan napas.
Masih bisa menghindar, kenapa ambil keputusan bodoh!?
Why!?
Dasar bodoh!
Dungunya lagi, Eli terang-terangan bilang dia bodoh. Secara tak langsung begitulah. Sial, Ara sangat ingin mengumpat.
"Kembalilah padaku kalau Kakak lelah, terpuruk, sakit atau apapun. Aku siap kapanpun Kakak butuh."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com