webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Teenager
Zu wenig Bewertungen
430 Chs

Bab 22 Terluka

Hari ini Bela sedang ada pelajaran seni musik. Dimana setiap pelajaran musik berlangsung, semua siswa disuruh keluar dari kelas dan masuk ke dalam ruangan khusus seni music yang letaknya dipojokan sekolah bagian belakang. Termasuk kelas 11 ipa 1 kini sedang bersiap-siap menuju ruangan seni musik.

Selama perjalanan menuju ruangan seni musik itu, dia tidak ada firasat apa-apa. Dirinya seperti biasa selalu berjalan bergandengan sama Puteri. Mereka berdua memang seperti teman akrab yang sudah saling lengket dan susah untuk dipisah.

"Kira-kira nanti bahas apa ya Pak Rama nanti?"tanya Puteri yang penasaran sekali.

"Nggak tahu."jawab Bela yang memang tidak tahu nanti pelajaran seni musiknya nanti mau ngapain.

Disaat Bela dan Puteri sedang asyik mengobrol sambil berjalan tiba-tiba mereka tidak sengaja melihat ada geng Raka sedang duduk manis di salah satu gazebo yang akan dilewati mereka berdua. Kebetulan ruangan seni musik berada di pojokan belakang sekolah dan harus melewati taman sekolah yang terdapat beberapa gazebo yang salah satunya sedang diduduki Raka itu.

Beberapa teman perempuan Bela nampak histeris dan sedang curi-curi pandang kearah Raka. Sama seperti Raisa yang selama ini juga mencintai Raka terlihat sedang mendekati Raka. Puteri dan Bela melihatnya hanya bisa melongo saja.

"Lihat tuh Bela, Raisa teman kita kayak cacing kepanasan. Masak lihat Kak Raka terus cari perhatian sampai segitunya. Nggak malu apa?"Puteri membisiki Bela sambil melihat kearah Raka yang sedang didekati Raisa dan Diana itu.

"Kamu cemburu ya?"goda Bela sambil mencubit lengan tangan Puteri.

"Aku nggak sukalah kalau lihat dia deketin orang yang aku suka selama ini."ucap Puteri dengan bibir manyun.

"Put, sadar yang suka itu nggak hanya kamu aja. Katamu banyak yang suka sama dia. Bener kan?"ucap Bela sambil menatap Puteri yang terlihat lucu itu ketika marah dan kesal.

"Iya ya. Andai aja kak Raka jadi pacar aku. Pasti akan aku marahi semua cewek yang sedang deketin dia."Puteri mengkhayal.

"Udah-udah. Fokus sekolah dulu. Biar jadi orang sukses. Nanti kalau sudah sukses baru mikir kesitu."Bela memberikan masukan kepada Puteri.

"Kak Raka…."panggil Puteri kepada Raka dengan pelan.

Bela tetap fokus kedepan berjalan meskipun dia sedang melewati Raka dan teman-teman Raka disana. Puteri sesekali curi-curi pandang kearah Raka tapi kalau Bela benar-benar tidak mau peduli dengan keberadaan Raka disana.

"Harusnya aku nggak lewat jalan ini, biar nggak ketemu sama dia."batin Bela terus fokus kedepan tanpa menoleh-noleh.

"Kak Raka ngapain disini?"tanya Raisa sambil ikut duduk didekat Raka dan teman-teman Raka.

"Tuh Ka, ada Raisa anak dance deketin elo."goda Satria yang suka menjahili Raka.

"Kenapa emang?"tanya Raka dengan dingin.

"Kelas kakak sedang jam kosong ya kok duduk disini?"tanya Raisa yang sedang mencari muka di depan Raka.

"Hmmm."jawab Raka dengan singkat. "

"Wah bos kita bentar lagi akan punya cewek baru."ucap Satria sambil menyenggol tangan Brian. Brian hanya diam saja sambil tersenyum tapi dalam hatinya juga sangat berharap Raka bisa segera memiliki pacar seperti dirinya dan Satria.

Selama ini Raka masih sendiri sedangkan Satria dan Brian sudah memiliki pacar sendiri. Raka memang belum punya niatan untuk mencari pacar karena dia masih fokus belajar. Lagian mamahnya sudah melarangnya untuk berpacaran dulu karena masih sekolah.

Disaat Bela sedang berjalan tepat di depan tempat duduk Raka, tiba-tiba kaki Bela dijregal oleh kaki Raka. Bela kaget dan kurang keseimbangannya. Alhasil Bela langsung jatuh dan dirinya tersungkur ke tanah yang banyak kerikil itu. Seketika Puteri langsung kaget melihat Bela jatuh. Puteri tidak tahu kalau Raka dibalik itu semua.

"Awww."Bela merintih kesakitan setelah jatuh. Ternyata kakinya terluka atau tepatnya bagian lututnya terluka dan mengeluarkan darah segar.

"Kamu kenapa Bel?"Puteri cepat-cepat mendekati Bela.

"Awww."Bela terus merintih kesakitan.

Semua mata yang berada didekat Bela langsung fokus menatap Bela yang sedang jatuh dan terluka itu. Terutama Raka juga melihatnya. Semua merasa kasihan sama Bela.

"Eh elo apain dia tadi?"tanya Brian sambil mendekat kearah Raka yang sedang menontoni Bela saja.

"Parah elo bro."Satria kasihan sama Bela.

"Tadi kak Raka yang jregal kaki Bela hingga jatuh?"batin Raisa yang bertanya-tanya dalam hati dengan masih tidak menyangka.

"Gue nggak tahu kalau dia sampai jatuh."batin Raka yang hanya melihati saja Bela sedang merintih kesakitan itu.

Satria tidak tega melihat Bela seperti itu. Alhasil Satria langsung menghampiri Bela. Dia merasa tidak tega melihat ada seorang perempuan jatuh begitu apalagi sampai terluka.

"Ayo aku bawa ke uks."Satria hendak membantu Bela.

"Nggak usah kak. Nggak papa aku."Bela cepat-cepat menutup luka di lututnya itu denagn rok panjangnya yang berwarna abu-abu. Bela takut berhadapan dengan teman Raka.

"Ayo Put kita segera masuk kelas."ucap Bela sambil berpegangan tangan Puteri dengan erat sekali.

"Kamu kenapa Bel?"Puteri kasihan karena Bela terlihat ketakutan.

Puteri membantu Bela berdiri dan berjalan menuju ruangan seni musik. Karena kaki Bela sedang terluka jadi jalannya sedikit tidak lancar. Untungnya Puteri mau membantunya dengan sabar menuntunnya.

Raka dan teman-temannya hanya bisa menatap Bela dengan kasihan dan bingung. Mereka baru melihat ada perempuan yang sebegitu tertutupnya dengan mereka. Bukankah selama ini mereka justru terlihat menjadi pusat perhatian bagi banyak orang di sekolah. Tapi kenapa Bela malah terlihat ketakuan melihat ataupun berdekatan dengan mereka.

"Parah elo bro."Satria menepuk lengan Raka.

"Kamu kan tadi yang buat dia jatuh?"Brian memastikan lagi sambil menatap Raka.

"Khmmm."jawab Raka dengan biasa-basa saja. Selagi Bela masih bisa berjalan, Raka anggap Bela ngga parah lukanya. Jadi nggak perlu dikhawatirkan sebegitunya.

"Tega benar elo bro. Dia tadi terluka itu tadi."kata Satria.

"Kak Raka kenapa kok kayaknya benci banget sama dia?"tanya Raisa.

"Kenapa memang?"tanya Raka dengan menatap tajam kearah Raisa yang terus mendempetnya.

"Nggak papa kok kak. Emang dia pantas digituin. Dia itu kan suka cari perhatian sama semua orang. Di kelas juga kayak gitu, suka cari perhatian sama guru."ucap Raisa dengan lantangnya. Dalam hatinya merasa puas karena Bela jatuh dan terluka.

"Hei Raisa, pelajaran mau dimulai ini."teriak Dirga dengan keras.

Raisa langsung berpamitan dengan Raka sebelum masuk ke dalam ruangan seni musik. Padahal Raka tidak butuh itu, menurutnya Raisa itu bukan apa-apanya.

"Dia suka elo itu bro. Dari dulu dia deketin elo tapi elo selalu dingin sama dia."ucap Brian sambil menatap Raka.

"Lagian kalau dia jadi pacar elo, juga serasi. Kamu ganteng, dan dia cantik. Bisa dance lagi."kata Satria sambil mengkhayal.

"Apaan sih elo berdua."Raka mengacak rambut teman-temannya itu.

Bela masuk kedalam ruangan seni musik dengan kesakitan sekarang. Akibat jatuh tadi dia kesusahan bergerak. Apalagi ada luka di lututnya, jadi sedikit gerak saja itu membautnya perih karena menyenggol lukanya. Dan dia harus menahan perihnya luka itu.

"Kamu tadi kenapa kok bisa jatuh seperti itu sih bel?"tanya Puteri yang tidak tahu kalau Bela jatuh itu karena ulah Raka yang nakal tadi.

"A…Aku nggak fokus tadi jalannya."jawab Bela yang berpua-pura tidak memperpanjang masalahnya. Meskipun dia sadar dan tahu kalau Rakalah yang telah membuatnya jadi begitu.

"Nanti kita obati di UKS ya."ucap Puteri yang merasa kasihan sama Bela.

Pelajaran seni musikpun dimulai. Mau tidak mau saat jam pelajaran seni musik berlangsung, Bela harus menahan rasa sakit dan perih yang terasa menjadi satu itu dengan kuat-kuat di lututnya. Supaya tidak menjadi pusat perhatian orang banyak disana.