Aku meneguk botol mineralku yang kedua. Saat ini aku sedang istirahat dari latihan baletku. Jika di bilang sulit, itu memang sangat sulit. Aku juga tidak habis pikir, bagaimana Jasmine bisa menahan rasa sakit dan pegal yang di dapatnya dari balet.
Jika aku bisa menyerah sekarang seperti yang Leo katakan, aku akan berhenti. Tapi tidak bisa, ada hal yang harus kutuju. Yaitu, mengakhiri kebohongan ini.
Dengan cara apa?
Aku menatap selembar poster yang di tempel di papan pengumuman bagian tengah lobi. Poster itu menunjukkan sebuah kontes balet tunggal, jika berhasil memenangkannya akan mendapat uang sebesar, tidak besar. Setidaknya cukup bagiku untuk kabur dari Leo dan Jasmine, serta membawa kedua adikku bersamaku.
Bodoh memang, aku bahkan malah mulai mempercayai Leo. Kami melakukan hubungan yang cukup intim kemarin. Haha.
"Kau tertarik?" Aku menoleh saat sebuah suara selembut sutra dengan sopan memasuki telingaku. Aku sangat terpesona dengan surai kecantikan wanita yang berdiri di sampingku ini.
"Kau tertarik?" Tanya wanita itu lagi. Wanita itu adalah Alexa, bisa disebut satu-satunya wanita Leo yang memiliki kedudukan paling kuat.
"Ah, iya."
"Aku dengar kau dulu penari balet yang handal." Gawat, wanita secantik Alexa mengajaknya berbicara? Sungguh di luar dugaan.
"Itu hanya dulu, sekarang berbeda."
"Pantas saja, aku melihatmu masuk ke kelas pemula."
Aku meringis, menyadari bahwa Alexa sedang meremehkanku sekarang.
"Kau kenal Leo tidak?"
"Leo?" Aku menelan ludahku kuat-kuat dan mataku mulai bergetar ke sana-sini. Apa maksud Alexa menanyakan itu padaku?
*
"Ya, Leonard. Kau tahu? Pewaris perusahaan IT yang memiliki wajah jelek, gendut, dan mata melotot."
"Oh, sepertinya aku pernah mendengarnya." Sepertinya Clarisa sudah menjadi seorang ahli pembohong. Pura-pura tidak mengenal Leo, padahal dirinya adalah tunangan Leo.
"Sudah pasti, berita tentang dia itu sudah menjadi makanan sehari-hari orang di sekitar sini. Dia salah satu sponsor terbesarku." Clarisa membulatkan mulutnya, tanda paham. Sungguh, hal yang Clarisa inginkan saat ini adalah segera pergi kembali ke ruangannya.
"Beberapa waktu lalu dia bertunangan dan aku menghadirinya, tapi dia terlihat tidak peduli padaku. Argh, itu membuatku gagal fokus dan selalu kehilangan keseimbanganku saat menari."
"Wah, itu masalah besar." Jujur, Clarisa tak tahu harus menanggapi ucapan Alexa dengan apa lagi. Mereka tidak begitu dekat untuk saling curhat bukan?
"Besar sekali. Instruktur memintaku untuk menjadi mentor dari salah satu peserta pemula, agar aku bisa merasakan kembali perjuanganku saat baru memulai balet."
Perasaan Clarisa tidak enak. "Lalu?"
"Apa kau mau ku mentori?" Mentor? Itu berarti Clarisa harus bertemu Alexa setiap hari bukan? Tidak, ini tidak boleh terjadi. Bahkan Denise sudah pernah memperingatinya untuk menjaga jarak dari Alexa.
"Tapi..."
"Oh ayolah, aku berjanji akan membawamu sebagai juara kontes tunggal itu. Bagaimana?"
Seseorang yang sehebat Alexa akan membantunya? Ini akan menjadi kesempatan yang hebat dan langka. Bahkan, Clarisa mungkin akan bisa memenangkan kontes berhadiah uang itu.
Sepertinya tidak ada tanda-tanda juga bahwa Alexa mengenali Clarisa sebagai tunangan Leo.
"Jika kau mempermasalahkan tentang hadiah, aku tidak akan ambil sepeser pun. Kau ambil saja semua." Tawaran Alexa benar-benar menggiurkan.
"Apa kau yakin bisa menjadikanku ahli dalam waktu singkat?"
"Tentu saja dear. Aku ahlinya."
Dua kubu yang saling bertentangan di hati Clarisa semakin ribut dan berisik. Ya atau tidak. Kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali.
Clarisa menerima uluran Alexa dengan ragu, namun perlahan tangan mereka saling menjabat dengan sempurna.
"Deal, mulai sekarang kau menjadi muridku. Kau akan berlatih di ruang khusus hanya berdua bersamaku, tempat yang sudah instruktur persiapkan." Hati Clarisa membuncah bahagia, ruangan khusus dan hadiah, Clarisa akan datang.
"Tapi sebelum itu, bukankah kita harus berkenalan?" Clarisa menepuk dahinya sendiri, melupakan hal mendasar ini, walaupun Clarisa sudah tahu Alexa, tapi sejatinya mereka belum saling mengenal.
"Jasmine."
"Alexa. Namamu mirip dengan tunangan Leo."
Untuk sekali lagi, mereka saling berjabat tangan. Namun perasaan Clarisa saja atau bagaimana, genggaman tangan Alexa semakin mengerat. Sedikit membuat Clarisa kesakitan.
Clarisa tidak tahu, bahwa Alexa sudah tahu bahwa gadis di hadapannya ini adalah Jasmine yang merupakan tunangan dari Leo. Alexa tidak bodoh untuk mengenali siapa tunangan Leo, karena pernah melihatnya sekilas di acara pertunangan itu. Jasmine, pendatang yang berani merebut perhatian Leo darinya.
Alexa bahkan sedang melancarkan aksinya untuk menyingkirkan Jasmine dari Leo. Alexa tidak terima, jika Leo akhirnya memilih wanita lain dari pada dirinya.
"Kalau begitu, ayo ke ruangan khusus kita."
*
Aku terduduk di depan gedung yang menjadi tempatku berlatih balet. Tadi, saat aku sedang berlatih dengan Alexa, Leo mengirimkanku sebuah pesan untuk menunggunya, karena Leo akan menjemputku.
Ngomong-ngomong soal Alexa, dia tidak seburuk itu. Dia seorang yang sangat ahli dalam balet, tariannya indah bagai kain sutra yang melayang terkena hembusan angin.
Cara mengajarnya memang sedikit keras, namun karena itu aku bisa mengusai bagian tersulit yang selama ini selalu gagal kupraktikkan.
Aku hampir terjungkal saat sebuah tangan menarikku ke arah belakang. Aku menatap tajam Denise, sang pelaku utama. Sedangkan dia malah sibuk tersenyum bagai orang bodoh.
"Kau belum pulang Denise?"
"Mana bisa aku pulang, aku mengkhawatirkanmu karena menerima tawaran Alexa."
"I'm ok. Kamu tidak perlu khawatir, dia tidak jahat." Denise memutar kedua bola matanya, seakan tak menduga apa yang kuucapkan barusan.
"Sekarang belum, lihat nanti saat dia menyadari bahwa kamulah tunangan Leo."
"Tidak, dia tidak akan tahu."
"Tapi dia itu wanita ular Jasmine. Lihat, dia sedang masuk ke dalam mobil itu. Di dalamnya adalah anak gubernur yang masih duduk di bangku kuliah. Dia memangsa semua laki-laki yang memiliki uang dan kekuasaan."
Mataku menatap arah yang di tunjuk oleh Denise, memang benar orang yang di dalam mobil yang mulai melaju itu sangat muda. Tapi itu bukan menjadi alasan Alexa menjadi mentor balet yang buruk kan?
"Dengar Denise, yang ingin ku pelajari dari Alexa adalah tariannya. Bukan hal-hal seperti itu dan jika aku ketahuan suatu hari nanti, aku... juga belum tahu harus apa."
Denise menghembuskan nafasnya kasar, kakinya menendang kedua kakiku. Lantas aku memekik dan mencoba menjauhkan kakiku darinya.
"Lihat, dia sengaja membuatmu berlatih keras dan membuat kedua kakimu cidera." Aku menurunkan kaos kaki yang kupakai dan melihat kondisi mengenaskan kakiku yang rupanya lebih parah dari kemarin.
"Kemarin hanya sebelah kan? Sekarang kedua kakimu membiru."
Pandanganku yang menatap kaki biruku naik, saat sebuah tangan besar dan berurat menyentuh kakiku dengan lembut. Orang itu adalah Leo, sama sepertiku Denise tampak terkejut dan tidak berani mengomeliku lagi. Dia berpamitan padaku dan langsung berlari menjauh.
Pandangan mataku kembali menatap wajah yang terlihat kelelahan itu.
"Malam ini tidurlah denganku." Ucap Leo padaku bagai sebuah perintah yang tak terbantahkan, tatapan mata Leo yang tadinya menatap kedua kakiku dengan sendu, kini beralih menatap kedua mataku dengan lekat. Seluruh tubuhku bergetar hebat.
Apa maksud perkataan Leo? Hanya tidur yang benar-benar tidur bukan?