webnovel

Be My Bride

Luna Banadeth dicap sebagai wanita gila karena ingin mempertahankan rumah tangganya dari perselingkuhan yang dilakukan oleh suami dan sang sahabat. Luna memiliki dendam yang amat dalam hingga ia memutuskan pergi ke bukit terpencil dan memohon kepada Dewa untuk membantunya membalas dendam. Namun, apa jadinya jika yang datang menolongnya adalah roh naga yang sekarat karena pertarungan di masa lalu? Bisakah roh naga itu mengatasi masalah yang melanda Luna? "Aku ... aku ingin ... Iblis untuk balas dendam! Kenapa datangnya malah seekor kadal?!" Luna. "Aku ... selamatkan aku dulu ... aku terluka!" Aodan. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, inilah kisah Luna bersama roh naga yang menjadikan dirinya sebagai pengantinnya!

Winart12 · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
497 Chs

Pasangan Pengkhianat 3

"Kamu harus menemaniku pergi ke pernikahan Gerald!"

Luna sudah meneriakkan kalimat yang sama sepanjang hari untuk mencari sosok kadal yang sudah membalik pancinya ke sekeliling rumah, tapi hasilnya nihil, si kadal hitam terlalu pandai menyembunyikan diri sehingga ia tidak bisa menemukannya di mana pun.

"Aodan!"

Luna melongok ke bawah meja, tapi di sana tidak ada apa-apa. Wanita itu mengerutkan keningnya dengan bingung.

Kadal itu tidak mungkin menghilang karena ia bentak tadi kan?

Rasanya tidak sekali dua kali ia memarahi Aodan, si kadal hitam tidak pernah merajuk seperti ini, biasanya juga ia akan merayap ke atas kepala Luna dan mengibas-ngibaskan ekornya.

Luna berbalik menuju ruang tamu, di luar suara orang-orang masih sibuk mengangkut mobil Gerald, Luna tidak ingin ikut campur dengan keributan di luar sana, ia masih sibuk mencari-cari kadal yang merajuk.

"Kadal? Kadal? Kalau kau keluar aku akan memasakkan ayam besok." Luna mengangkat bantal sofa dan melemparnya ke lantai.

Luna diam sejenak dan menarik napas. "Aodan?"

Ia tidak tahu nama lengkap Aodan yang sebenarnya dan tidak tahu menahu bagaimana manusia bisa berubah menjadi kadal, mungkin Aodan melakukan sesuatu yang jahat di masa lalu sehingga dihukum oleh Dewa menjadi kadal.

Luna memanggil Aodan beberapa kali lagi, tapi kadal itu tidak kunjung muncul, Luna menghela napas dan berniat membereskan semua kekacauan yang telah Aodan perbuat.

Di atas meja masih ada undangan dengan pita merah muda, merasa kesal ia langsung melempar undangan itu ke dalam bak sampah, pasangan pengkhianat itu … harus merasakan rasa sakit lebih dari apa yang Luna rasakan sekarang.

Empat ban yang pecah tadi hanya permulaan, berikutnya Luna akan membalaskan yang lebih.

Tapi sekarang masalahnya adalah kadal yang merajuk itu hilang dan membuatnya kebingungan.

Luna berpikir sebentar dan menyalakan kompor, sepertinya cara terampuh untuk membuat kadal hitam itu keluar dari tempat persembunyiannya adalah dengan makanan.

Luna menghela napas, duduk di atas kursi dan merenung.

Aodan pasti bisa membantunya, tidak masalah jika kadal itu tidak bisa bertahan dalam wujud manusia dalam waktu yang lama, hanya menampilkan wajahnya saja ke depan wajah Gerald selama lima menit, itu sudah cukup!

Air di dalam panci mendidih, Luna mengambil mie instan dan memasukkannya ke dalam sana, ia tersenyum licik.

"Bahkan manusia pun tidak akan menolak mie, apalagi kadal yang rakus!"

Luna mengambil mangkuk dengan cepat dan memasukkan bumbu-bumbu mie ke dalam, aroma yang khas itu langsung menguar di udara begitu Luna menaruhnya di atas meja.

"Keluarlah, kadal manis … aku membawakanmu makanan yang paling lezat yang pernah ada di dunia ini." Luna bergumam seorang diri sambil mengetukkan sendok ke dalam mangkuk, bunyi berdenting halus bergema di rumah yang kecil.

Kadal hitam yang sedari tadi bersembunyi di bawah mencium aroma mie instan dan perutnya mulai bergemuruh, perlahan-lahan dengan empat kaki kecilnya, ia mulai merayap keluar.

"Di situ kau rupanya." Luna menyipitkan matanya, kadal hitam itu buru-buru masuk lagi ke bawah lemari. "Kemarilah, aku tidak akan menarik ekormu lagi, ada bisnis yang harus kita bicarakan."

Kadal hitam kembali keluar dan menatap Luna selama beberapa saat, setelah memastikan ia tidak akan menarik ekornya, barulah kadal itu merayap dengan cepat ke atas meja.

Luna berusaha menahan senyuman di wajahnya dan ia mendorong mangkuk berisi mie instan ke arah Aodan, kadal hitam itu mengendus-endus dengan pelan.

BOOF!

Sosok kadal hitam yang mengendus-endus mangkuk kini telah berubah kembali menjadi sosok laki-laki, ia mengedipkan matanya ke arah Luna dan tangannya bergerak mengambil sumpit, menyeruput mie tanpa basa-basi.

Luna mendengkus kesal, menarik mangkuk mie dengan paksa sehingga menyebabkan mie itu sedikit tumpah ke meja.

"Kau bilang itu untukku?!" Aodan menaikkan suaranya tidak terima.

"Ya, memang." Luna tidak memedulikan noda di atas meja. "Tapi kau harus mendengarkan bisnisku dulu!"

"Oke, cepat katakan. Jangan bilang kau minta emas lagi?!"

Aodan menatap Luna dengan penuh selidik, berharap semoga yang ia tebak tadi adalah kesalahan, jika Luna kembali meminta emas, bisa-bisa sisiknya akan rontok.

Dia memang butuh tempat tinggal dan makanan sekarang, terutama di peradaban yang sangat asing baginya.

Tapi bagaimana dia bisa bertahan dengan wanita yang selalu meminta sisiknya?

Itu sangat tidak tertahankan!

"Aku tidak meminta sisikmu!" Luna bersandar di kursi dengan jengkel. "Aku membicarakan tentang Gerald yang datang kembali hari ini! Dia mengundangku ke pesta pernikahan!"

"Oh," sahut Aodan dengan mata yang tak lepas dari mangkuk mie. "Kapan aku boleh memakannya?"

"Dengarkan aku dulu!"

Aodan cemberut, tidak berkata-kata lagi dan meremas sumpit di tangannya.

"Aku pernah bertaruh dengan Gerald bahwa aku akan datang ke pernikahannya dengan Rachel. Dan sekarang dia mengujiku, aku tidak punya orang yang bisa diajak pergi kecuali kau."

"Aku? Tapi aku …." Aodan melirik ke mangkuk mie lagi dan menjilat bibirnya, baru satu suap ia memakan dan ia tidak sanggup lagi untuk tidak menggerakkan tangannya ke arah Luna.

"Dengar, ini hanya kau!" Luna mengetukkan jarinya di atas meja, mencoba menarik perhatian Aodan. "Temani aku datang ke pernikahan, lima menit saja muncul di hadapan Aodan maka itu sudah cukup!"

"Itu terdengar rumit," kata Aodan kemudian.

Si kadal hitam tidak pernah tahu seperti apa konsep pernikahan di peradaban ini, apakah masih sesulit di masa lalu?

Di mana mereka harus mengadakan upacara pernikahan selama tujuh hari tujuh malam tanpa jeda dan pesta meriah?

"Aodan! Ini hanya lima menit! Setelah itu kau bebas jadi kadal lagi!"

"Berapa lama lima menit itu?" Aodan bertanya balik.

Luna terdiam, sepertinya cara terbaik untuk mengajar kadal ini adalah dengan langsung menunjukkannya. Wanita itu menarik napas dalam-dalam, kemudian mereka tidak berbicara selama lima menit ke depan, Aodan memiringkan kepalanya bingung.

"Yang tadi adalah lima menit."

"Oh …." Aodan mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Apa bayaranku?"

"Kau ingin mie ini atau tidak?" Lua memiringkan mangkuk, Aodan menelan ludah dan tangannya yang memegang sumpit itu gemetar. "Mau atau tidak?"

"Mau!"

Luna tersenyum dan mendorong mangkuk berisi mie ke depan Aodan, mata laki-laki itu berkilat ke arah Luna, ada sedikit perasaan tidak senang muncul di wajahnya.

"Apa? Bukankah kau sangat ingin tadi? Atau kurang."

"Aku tidak mau dibayar hanya semangkuk! Aku mau yang banyak!"

Luna mendecih pelan, baginya itu hanya sebungkus mie instan, apa yang bisa dibanggakan, lebih lagi jika Aodan memakannya setiap hari Luna yakin ia akan bosan atau paling tidak mengalami diare.

"Baiklah, apa yang kau inginkan? Satu kotak mis instan?"

Luna tidak menunggu Aodan merespon, ia membuka lemari dan menjatuhkan satu kotak mie instan ke atas meja, laki-laki itu membulatkan matanya dengan kaget.

"Bagaimana, deal?"

"Oke … deal!"

Meskipun sebenarnya Aodan tidak tahu apa arti dari kata 'Deal' itu.