webnovel

Bagaikan Rama & Sinta

Versi 01 : Cinta yang Hilang dan Ditemukan Novel ini menceritakan kisah cinta abadi antara Titah dan Kamil, dua sahabat masa kecil yang dipisahkan oleh waktu dan nasib selama 17 tahun. Mereka bertemu kembali dan jatuh cinta, namun sebelum mereka dapat menikah, masa lalu Titah yang kelam muncul kembali dalam bentuk Kevin, mantan kekasih yang jahat dan posesif. Kevin, meski sudah menikah, masih menginginkan Titah dan merencanakan untuk menculiknya. Dia berhasil menculik Titah dan memintanya untuk menjadi istrinya, tetapi Titah menolak dan memilih untuk setia pada Kamil. Kamil, yang mengetahui tentang penculikan ini, berusaha menyelamatkan Titah dan berhasil membunuh Kevin. Versi 02 : Perjuangan dan Pengorbanan Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Titah dituduh oleh warga desa telah berselingkuh dan diusir. Titah memilih untuk pergi dan meninggalkan Kamil, tanpa memberi tahu bahwa dia sedang mengandung anak mereka. Titah melahirkan dua anak kembar, Dzaka dan Dzaki. Sepuluh tahun kemudian, mereka mengetahui tentang ayah mereka dan berniat untuk mempersatukan kembali orang tua mereka. Namun, mereka harus menghadapi tantangan dari warga desa dan adik Kevin yang ingin membalas dendam. Dengan bantuan paman mereka, Fitra, dan sahabat ayah mereka, Rivan, Dzaka dan Dzaki berhasil meyakinkan warga desa dan menemui Kamil. Mereka menceritakan kisah mereka kepada Kamil, yang kemudian meminta mereka untuk membawanya kepada Titah. Akhirnya, Titah dan Kamil bertemu kembali dan Kamil membawa Titah pulang bersama anak-anak mereka. Mereka hidup bahagia bersama, menunjukkan bahwa cinta sejati dapat mengatasi segala rintangan. Novel ini adalah kisah cinta yang penuh dengan drama, konflik, dan emosi, yang akan membuat pembaca terpaku dari awal hingga akhir.

Daoistovzdb20 · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
21 Chs

Bab 02

DI RUMAH RIVAN

Di Ruang Tamu..

"Dimakan mbak.." kata ibu Anggraeni.

"Iya mbak, jadi ngerepotin." sambung ibu Salma.

"Gak apa-apa mbak.." kata ibu Anggraeni lagi.

"Bu, ayah mana?" tanya Titah.

"Ayah sama om Robby pergi." jawab ibu Salma.

"Assalamu'alaikum." Kamil memberikan salam.

"Wa'alaikumussalam." semua menjawab salam.

"Tah.." sapa Kamil.

"Iya, loh pak Kamil." jawab Titah yang kaget disaat Titah melihat Kamil.

"Ha.. Pak Kamil?, tah.. Ini Kamil belum nikah jangan panggil bapak.." kata mbak Farra.

"Kamil.." sapa Rivan.

"Iya.." jawab Kamil.

"Maksudnya Kamil teman kecil kita mas?" tanya Titah.

"Iya.." jawab Rivan.

"Oh.." seru Titah.

"Sebentar, sebentar.. Elu kok panggil Kamil, pak sih tah?" tanya Rivan penasaran.

"Iya kan dia dosen di kampus aku, mas.." jawab Titah.

"Oh.." seru Rivan.

"Iya.." sambung Titah.

"Iya gue satu kampus sama Titah, tapi bedanya gue ambil S2, Titah ambil S1 dan gue juga ngajar sebagai dosen di kelasnya dia setiap Jum'at, Selasa dan Kamis." kata Kamil menjelaskan.

"Iya matkulnya juga beda kok gak sama.." sambung Titah.

"Oh, eh matkul apaan tah?"

"Aduh sedih saya mas, masa gak tau sih." keluh Titah.

"Enggak.." kata Rivan.

"Matkul itu mata kuliah.." mbak Farra membantu menjawab pertanyaan yang Rivan berikan pada Titah.

"Nah tuh mbak Fatra benar.." kata Titah.

"Hehe, oh ya mah, papa kemana?" tanya Rivan.

"Papa pergi mancing sama om Adam." jawab ibu Anggraeni.

"Adam, setahu aku Nano namanya.." kata Rivan heran.

"Bapaknya sudah tidak ada." sambung ibu Anggraeni.

"Maksudnya?" tanya Rivan lagi.

"Sudah meninggal mas." jawab Titah.

"Oh, eh maaf ya tah.. Mas Rivan gak tahu." kata Rivan.

"Iya gak apa-apa." sambung Titah.

"Mah.." sapa mas Iwan.

"Iya wan.." jawab ibu Anggraeni.

"Istriku mana?" tanya mas Iwan.

"Farra.. Suamimu." kata ibu Anggraeni.

"Iya pi ada apa?" tanya mbak Farra.

"Mi hp bunyi, em mah, semuanya aku pergi dulu mau kerja lagi." kata mas Iwan yang pamit pergi.

"Oh iya.."

"Tante Titah.." sapa Zulfa.

"Iya Ulfa.." jawab Titah.

"Tante jangan pulang dulu ya nanti habis les kita main." kata Zulfa.

"Iya.." sambung Titah.

"Van, dik.." mbak Farra memanggil Rivan.

"Iya mbak." jawab Rivan.

"Disuruh jemput Rania." kata mbak Farra.

"Oh iya lupa, mah pamit ya.." sambung Rivan.

"Iya hati-hati ya leh.." kata ibu Anggraeni.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Disaat itu kami mulai dekat kembali, wajahnya selalu ada dalam bayangan ku, mau tidur ingat dia, mau belajar ingat dia, mau makan ingat dia, mau mandi ingat dia, mau baca buku ingat dia, aku mulai menyadari kalau aku mencintainya.

Dan dihari yang ke empat belas setelah aku dan dia dekat kembali, aku memberanikan diriku untuk menyatakan cintaku padanya, dia pun menerima cintaku.

"Oh ya tah." kata Kamil.

"Iya pak Kamil." sambung Titah.

"Jangan panggil pak Kamil dong, panggil saja Kamil namaku." pinta Kamil.

"Oh.., tapi kalau di kampus boleh kan panggil kamu pak Kamil?" tanya Titah.

"Boleh dong, hehe.." jawab Kamil.

"Bu nanti aku pulang duluan ya." kata Titah.

"Iya nduk.." sambung ibu Salma.

"Tah.."

"Iya mil, ada apa?" tanya Titah.

"Boleh minta kontaknya gak?" tanya Kamil juga.

"Boleh.." jawab Titah.

"Berapa nomernya?"

"0896xxxxxxxx."

"Oke, ada whatsapp gak?"

"Ada.."

"Oke, coba aku tes ya whatsapp kamu ya."

"Iya mil.."

**

[Kamil : P, ini Kamil di save ya nomernya.]

[Titah : Iya mil, langsung aku save ya nomormu.]

[Kamil : Oke..]

"Tah.."

"Iya bu.."

"Kamu pulang jam berapa nanti?" tanya ibu Salma.

"Emm habis ashar bu." jawab Titah.

"Oh.." seru bu Salma.

"Kenapa?" tanya Titah.

"Gak apa-apa, kalau begitu ibu suruh Paijo jemput kamu ya." jawab ibu Salma.

"Di stasiun aja ya bu di jemputnya." kata Titah.

"Iya, kamu ngapain tah?" tanya ibu Salma.

"Aku pesan ojek online." jawab Titah.

"Tah.."

"Iya mil.."

"Gak usah, aku saja ya yang antar kamu ke stasiun." kata Kamil.

"Oh gitu, emangnya gak ngerepotin?" tanya Titah.

"Enggak kok." jawab Kamil.

"Ya sudah boleh.." kata Titah.

"Oke kalau begitu aku pulang untuk mandi baru habis itu antar kamu." sambung Kamil.

"Iya.." seru Titah.

"Tante, mbak Farra.."

"Iya mil.." seru mbak Farra, ibu Anggraeni dan ibu Salma bersamaan.

"Aku pulang dulu ya." kata Kamil.

"Iya mil, nanti balik lagi ya." sambung mbak Farra.

"Iya mbak.." seru Kamil.

"Ada yang bakal kaya Rama dan Sinta nih." kata Zulfa dan mbak Farra bersamaan meledek Titah dan Kamil.

"Mbak, Ulfa.." keluh Titah.

"Hehe.." mbak Farra dan Zulfa tertawa bersamaan.

"Ya sudah mbak kalau begitu saya pamit, assalamu'alaikum." kata Kamil yang pamit pada keluarga Rivan, ibu Salma dan Titah.

"Wa'alaikumussalam."

DI RUMAH KAMIL

Di Kamar Mandi..

"Mau antarkan Titah ke stasiun berarti harus wangi dan rapih." kata Kamil.

"Mil.." sapa teteh Indriani.

"Naon teh?" tanya Kamil.

"Cepat mandinya gantian." kata teteh Indriani.

"Iya.." seru Kamil.

Di Dapur..

"Teh.." sapa ibu Prameswari.

"Naon mah?" tanya Kamil.

"Kamil sudah belum?" tanya ibu Prameswari juga.

"Sudah mah.." jawab Kamil.

"Oh.., Arya mandi." pinta ibu Prameswari.

"Iya nek." kata Arya patuh.

Di Kamar Kamil..

"Yes, yes, yes.. Gue hari ini antarkan pujaan hati gue ke stasiun, eh tapi Titah sudah pulang belum ya, dia lupa gak ya kalau aku mau antar dia?, whatsapp saja deh.." kata Kamil.

**

[Kamil : Assalamu'alaikum.]

[Titah : Wa'alaikumussalam]

[Kamil : Sudah pulang belum?]

[Titah : Belum mil, aku kan nungguin kamu mil..]

[Kamil : Oh, ya sudah tunggu sebentar ya..]

[Titah : Iya..]

**

"Baju sudah, jam tangan sudah, hp sudah, tas & dompet juga sudah, sepatu sudah juga, yang belum tinggal minyak wangi." kata Kamil mengoreksi yang sedang ia pakai.

Di Dapur Lagi..

"Em.." ibu Prameswari mencium bau minyak wangi.

"Kenapa mah?" tanya teteh Indriani.

"Ini wanginya menyengat banget, kaya kuburan baru." jawab ibu Prameswari.

"Em.. Iya mah.." kata teteh Indriani mencium bau minyak wangi juga.

"Teh, kamu ya yang pake minyak wangi?" tanya ibu Prameswari.

"Enggak mah, Arya juga enggak." jawab teteh Indriani.

"Oh, terus siapa dong?"

"Wanginya sih dari sini mah." kata teteh Indriani.

"Iya.." sambung ibu Prameswari.

"Em Kamil.." keluh ibu Prameswari dan teteh Indriani.

"Iya mah, teh." kata Kamil.

"Kamu pake minyak wangi seberapa banyak sih?" tanya teteh Indriani.

"Ada deh hehe, ya sudah mah, teh.. Kamil pamit dulu ya, assalamu'alaikum." jawab Kamil.

"Wa'alaikumussalam."

"Kira-kira Kamil mau kemana ya teh?" tanya ibu Prameswari curiga.

"Gak tahu mah.." jawab teteh Indriani.

"Biar Arya lihat ya mah." kata Arya.

"Iya.." seru ibu Prameswari dan teteh Indriani.

DI DEPAN RUMAH RIVAN

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Tah.." mbak Farra memanggil Titah.

"Iya mbak.." jawab Titah.

"Tuh tukang ojeknya jemput." kata Rivan.

"Mas Rivan.." keluh Titah, kemudian Titah menginjak kaki Rivan.

"Au.." kata Rivan kesakitan.

"Ya sudah bu, tante, dan semuanya pamit ya, assalamu'alaikum." kata Titah pamit pada semua yang ada di rumah Rivan.

"Wa'alaikumussalam."

"Hati-hati ya nak." kata ibu Salma.

"Iya.." seru Titah.

"Oh ya mbak Eni, ya kapan-kapan main gitu loh ke rumah." kata ibu Salma lagi.

"Oh boleh mbak.." sambung ibu Anggraeni.

"Farra.."

"Iya mah.."

"Suamimu kapan libur?" tanya ibu Anggraeni.

"Sabtu mah.." jawab mbak Farra.

"Berarti Jum'at kita ke rumahnya Titah ya sabtu dan minggu nginap, minggu sorenya baru pulang." kata ibu Anggraeni.

"Boleh mah.." sambung mbak Farra.

"Ulfa ikut ya mi.." kata Zulfa.

"Gak Ulfa di rumah sendiri gak boleh ikut, om Rivan sama tante Rania ikut wlek.." Rivan meledek Ulfa.

"Ih om Rivan, oma, om Rivan tuh.." keluh Zulfa.

"Rivan jangan begitu, oh ya mbak, Ayu gimana sekarang keadaannya?" tanya ibu Anggraeni.

"Alhamdulillah baik mbak Eni." jawab ibu Salma.

"Tinggal di Jakarta kan tante?" tanya mbak Farra.

"Enggak tinggal sama suami barunya Farra di Kalimantan." jawab ibu Salma lagi.

"Jauh juga ya mbak.." kata ibu Anggraeni.

"Iya.." seru ibu Salma.

"Terus di rumah sepi dong?" tanya mbak Farra.

"Enggak kok yang kecil di sini, yang gede di Kalimantan sekolah." jawab ibu Salma.

"Oh.." seru mbak Farra.

"Yang kecil umur berapa tante?" tanya Rivan.

"Tiga tahun, sudah PAUD sekarang." jawab ibu Salma.

"Oh terus di rumah sama siapa?"

"Ada pengasuhnya."

"Oh.." seru ibu Anggraeni, mbak Farra dan Rivan bersamaan.

"Iya.." sambung ibu Salma.