webnovel

Kemelud

Pagi itu Arin menempelkan Buletin sekolah di mading yang terletak di koridor sekolah.

" maaf ruang kepala sekolah dimana ya?"

Tanya seorang murid cowok yang terlihat seperti murid baru

" lurus belok kanan"

kata Arin yang menunjukan arah

" makasih ya..."

kata cowok berpostur tinggi sekitar 184cm

"sama-sama"

balas Arin yang kemudian berlalu menuju ruang osis

Ketika dikelas pak guru memperkenalkan murid baru pindahan dari Jogja, cowok yang bertemu dengan Arin, Namanya Sadam dan dia teman SMP nya Revin.

Saling memandang Adam dan Arin, hanya berbalas senyum dari Adam.

"jadi Adam teman SMP mu?"

tanya Nayla yang membawa semangkuk Bakso

" ya sohib banget sma gue"

jelas Revin yang sedang meminum sebotol orange jus

" kayak anak kembar kami"

tambah Adam yang membuat Nayla, Bima, Revin dan Arin

" sabtu bsok lu jadi liat Frans tanding?"

tanya Bima pada Arin,

" Jadi kan sambil liputan"

jawab Arin

"Liputan???"

tanya Adam penasaran

"ya jadi aku tuh bikin bahan buat buletin sekolah, kamu tertarik?"

tanya Arin pada Adam

"fograpnya sudah ada?"

tanya Adam /fograp fotografer

" masih aku sendiri yang foto"

jawab Arin

" ya udah Adam aja yang jadi fograp"

kata Nayla yang duduk disamping Arin

" itung-itung kan bantuin kamu dek"

sahut Nayla lagi

" Adam nya mau gak?"

tanya Arin pada cowok berkulit kuning langsat itu.

" boleh..acaranya sampai jam brapa?"

Adam yang balik bertanya

" sampe selesai paling lama 2 jam lah"

jelas Arin

"ok deh kalau gitu"

Adam sepakat masuk ke Buletin sekolah

" hay sayang...."

sapa Frans yang baru datang dan langsung duduk di samping Arin, membuat Adam melirik ke arah Arin dan Frans dan Arin hanya bisa tersenyum.

" Dom, ni sohib gue yang sering gue ceritain"

kata Revin mengambil alih pembicaraan.

" Frans biasa dipanggil Dom sama anak-anak"

katanya mengulurkan tangan tanda perkenalkan diri

" Sadam"

katanya membalas jabatan tangan Frans

" lu anak basket?"

tanya Frans

" bukan, gue lebih suka bola"

jelas Adam yang sangat menyukai sepakbola

"kapan-kapan liat kita latihan, siapa tau lu suka"

ajak Frans yang merangkul Arin dengan tangan kanannya.

" ya boleh..."

Baru ini Frans tampak berbeda, berbeda dengan Frans yang membuat Arin bisa menyukainya, membuat Arin lebih tertarik.

Apa memang ada sisi lain yang tidak pernah dia ketahui tentang Frans.

" lu beli apaan?"

tanya Frans yang menunggu Arin didepan sebuah toko buah

" buat ibu kamu"

jawab Arin

" mamah ga suka buah."

jelas Frans

" lalu???"

" sukanya kalau dikasih cucu"

kata Frans yang membuat Arin tertawa

Kadang-kadang sukap Frans yang bisa membuat lelucon seperti ini yang membuat Arin ingin berada disisi Frans.

" sore mah..."

kata Frans menyapa ibunya yang sedang menyiram tanaman di depan rumahnya

" Sian dia ho ai imbaru mulak?"

kata Ibunya Frans berbahasa batak

" sekolah lah mak, kenalin ini Arin mak"

sahut Frans yang kemudian mrmperkenalkan Arin

" ini Pacar mu, lah si cina bagaimana?"

tanya ibunya heran

" mak..."

sahut Frans melirik ke arah Ibunya

/si cina maksud Dina ya???

Frans memang asli dari Sumatra, ayahnya ke jakarta untuk merantau bersama Ibu nya Frans dan hampir 10thn mereka berada di Jakarta, Arin agak murung mungkin dipikirannya orang tua Frans tidak akan pernah setuju dengan hubungan anaknya dengan Arin, selain masalah keyakinan yang berbeda, ayah Frans ingin Frans memiliki pacara yang juga berdarah batak.

"ini tante..."

kata Arin yang menyerahkan sekeranjang buah-buahan

" makasih loh sudah dibelikan buah, orang tua kamu asli mana nak?"

tanya Ibu Frans yang tengah berada di dapur

" mama sama papah asli jawa tan"

jawab Arin yang masih menyesuaikan dengan keluarga Frans

" makan malam disini ya baru pulang"

pinta ibunya Frans

Arin dengan tersenyum mengangguk meng iyakan,

Arin pun juga membantu ibu Frans memasak buat makan malam, dan tak berapa lama Dina datang dengan membawa rantang makanan yang sudah dia bawa dari rumahny.

" kakak kenapa baru datang?"

tanya Elea adik Frans pada Dina

" kan sibuk kuliah"

jawab Dina pada Adik Frans yang berumur 10thn

"ada Arin ya, ganggu nih gue"

celetuk Dina membuat Arin terdiam

Dina memang lebih dekat dengan Frans, bahkan dengan keluarga nya Frans Arin berasa muncul sebagai pihak ketiga diantara mereka. Keyakinan dan dia Cines meda, cocoklah mereka dan Ayah Frans lebih terbiasa dengan Dina.

"setau aku sih, Dina udah punya tunangan dek"

kata Nayla yang berbicara di samping Arin yang tengah rebahan di kasur milik Nayla

" Tunangan?"

" Iya, saat ini tunangannya itu lagi kejar S2 diLondon"

tambah Nayla lagi

" itu katanya ka Bima ya??"

tanya Arin memeluk boneka beruang berwarna coklat

" sebelum kamu pacaran sama Frans, Dina yang sering datang buat nemenin Frans, jadi sering ngobrol"

jelas Nayla

/jadi sering nemenin Frans ya

Sebenarnya Arin ga pernah mau berpikir buruk tentang Frans dan Dina, cukup penjelasan dari Frans kalau mereka hanya berteman membuat Arin percaya, Arin juga berusah mendekat dengan Dina, Arin pikir tidak ada salahnya temanan dengan sahabatnya pacar, bahkan mereka kadang-kadang nongkrong bareng bersama.

" ka Dina..."

sapa Arin yang melihat Dina berdiri diparkiran sekolah

" hey Rin, Nay mana ayuk bareng aja"

ajak Dina yang membawa mobil minicopernya

" itu ka Nay..."

kata Arin yang dengan riangnya melambaikan tangan ke arah Nayla dan Adam

" itu Adam boleh ikut juga gak?"

pinta Arin

" boleh, kan biar seru"

jawab Dina dengan tersenyum

Hari ini Frans dan tim basket ada pertandingan antar SMA, tempat bertanding lumayan 30menit dari sekolah mereka, tahun lalu sekolah Arin juga juara pertama dalam lomba basket.

" jadi Arin sama Adam liputan buat buletin?"

tanya Dina yang sedang menyetir

" iya ka,,,,"

jawab Arin yang duduk.disamoing Dina

" good job deh, semoga tahun ini bisa juara bertahan"

"amin..."

sahut mereka serentak....

Pertandingan berlangsung sengit, selama pertandingan Arin dan Adam sibuk menuliskan beberapa komentar buat bahan buletin. Skor saat ini 20-24 masih unggul sekolah Arin.

" Rin, aku ketoilet bentar ya"

kata Adam yang menyerahkan camera canon ke Arin

"iya, jangan lama-lama"

sahut Arin, merasa belum mendapat kan angel yang pas Arin berdiri dipinggir lapangan untuk memotret, Arin akan memotret ketika tim basket sekolahnya mencetak poin.

Namun ketika Frans berhasil mencetak poin dan Arin berkata

" yess...."

melihat fokus pada gambar yang diambilnya tadi hingga tidak menyadari tim musuh melemparkan bola ke arah Arin.

"Rin, awasss"

teriak Adam yang membuat Arin menoleh

Seketika Arin terjatuh, bola basket pas mengenai hidung Arin tang membuat nya tak sadarkan diri.

" Arin,,,"

teriak Frans yang langsung melirik ke arah tim musuh dengan kesal Frans menyamprrin cowok cepak dan langsung memberinya bogem mentah dengan berkata

"bangsa* lu"

" Dom...sudah Dom"

teriak teman-teman Frans yang melerai pemukulan tersebut.

Pertandingan menjadi rumit, Wasit menyatakan diskualifikasi untuk sekolah Arin dan sekolah musuh tidak bisa mengikuti perlombaan ditahun ini.

Dan Arin bergegas dibawa keklinik sama Adam.

Arin terlihat masih kesakitan ketika dia sadar, melihat disekelilingnya dia sudah berada dikamarnya, bersama dengan Nayla dan teman-teman lainnya, kecuali Frans yang memang tidak datang karena masalah pertandingan.

" dek...minum dulu ya"

kata Nayla yang memberikan Arin segelas coklat Anget

" Frans gimana ka?"

tanya Arin yang membuat terdiam

" Frans baik-baik aja ko, kamu istirahat kami balik dulu ya"

sahut Adam yang pamitan bareng Revin.

" makasih ya Dam vin"

sahut Nayla

Nay menjelaskan Bahwa tim basket sekolahnya harus di diskualifikasi karena Frans melakukan kekerasan, membuat Arin begitu bersalah atas kejadian sore tadi. Arin berusaha meminta maaf kepada Frans tapi Frans susah untuk dihubungi handphonenya dimatikan. bahkan sampai beberapa hari.

/kamu lagi apa sih? semarah itukah kamu?

"hallo ka Dina...."

" hey Rin, ada apa?"

tanya Dina menjawab telpon Arin

" Frans kemana ya ka?, 2hari ini ga bisa dihubungin?"

jelas Arin yang kebingungan

" Dom,,,mungkin dirumah, gue lagi dibengkel lagi ada kerjaan"

Dina yang berbohong tentang keberadaannya

" ya udah ka, tolong kalo ketemu Frans, bilang aku nyariin ka"

pinta Arin dengan sedikit rasa kecewa

"yap...ntar gue sampein ya"

kata Dina kemudian menutup telponnya.

Dina tengah berada dikamar Frans, menemani Frans yang badmood gara-gara diskualifikasi.

"yakin lu ga mau telpon Arin?"

tanya Dina yang duduk disamping Frans

"gak"

jawabnya singkat

" apa perlu gue yang kasih tau"

tanya lagi Dina

"bisa diam gak sih?"

sahut Frans yang menatap tajam ke Dina

"ok...."

sahut Dina yang berhenti bertatapan dengan Frans

keesokan harinya ketika masuk sekolah, Arin tak mau membuat liputan buletin tentang Basket.

" lagian kan bukan salah kamu Rin"

jelas ka Joe yang kecewa karena Arin tak mau menyalin buletin

" tetap aja ini salah aku"

Arin yang tek pernah berhenti menyalahkan dirinya

" ya udah kalo kamu masih menyalahkan diri kamu, stop kerjain buletin"

sahut Ka Joe yang membuat Arin pergi meninggalkan ruang osis.

" emm,,,apa aku juga berhenti?"

tanya Adam pada Joe

" terserah kamu aja"

kata Joe yang menyesal membuat Arin keluar denga rasa bersalah.

"..beb..jadikan pulang sekolah nanti"

sahut Vera mantan Frans yang menyusul Frans kekelas nya

" iya gue tunggu ditempat biasa"

kata Frans memasukkan buku pelajaran kedalam tas ransel hitam

" ok,,,,bye"

sahut Vera yang memang dikenal sebagai murid cewek yang centil dan 1 gang bareng Rosa.

" Dom, maksudnya apa ya tadi?"

tanya Nayla yang tidak terima dengan sikap Frans

" bukan urusan loe"

kata Dom santai

" Dom...bukan sama aku tapi kamu jelasin ke Arin"

tunjuk Nayla kesal

" udah-udah yuk kekantin"

tarik Bima mengajak Nayla keluar kelas

" tapi yank..."

sahut Nayla yang masih kesal

" udalah Dom sama Arin dah gede mereka bisa selesaikan sendiri"

sahut Bima terdengar kecewa

" kamu juga mau nyalahin Arin ya?"

tanya Nayla serius

" ya enggak lah yank, lagian kan mana tau Arin disana"

sahut Bima menenangkan Nayla

" tapi ko Dom kek gitu??"

tanya Nayla yang bingung dengan sikap Frans

" emang dari dulu anaknya begitu"

sahut lagi Bima yang memang mengenal Frans sedari SMP

" aku jadi ga tega mau ngomong ke Rin.."

kata Nayla murung

" hayooo...ngomongin aku ya??"

tebak Arin yang langsung merangkul Nayla dari belakang

" apaan sih dek, bukan kamu lagi"

jelas Nayla mengelak

" kirain ngomongin aku"

" Frans di kelas tuh"

celetuk Bima yang baru memasuki kantin

" tumben gak kekantin?"

tanya Arin yang bingung

" samperin gih"

saran Nayla agar sahabatnya itu bisa berbaikan dengan pacarnya.

" ya udah lah...bayarin"

kata Arin yang mengambil sebotol minuman isotonik.

Ketika hendak masuk kelas Frans, Arin mendengar Frans sedang berbicara dengan seorang murid cewek berambut bob.

" yakin lu udahan sama Arin?"

tanya cewek yang merupakan teman sekelas Arin

" masa gak percaya sih?"

jelas Frans

Arin memang baru ini merasakan namanya pacaran, perasaan nya juga masih abu-abu, tapi yang jelas dia merasa tersakiti mendengar perkataan Frans, jadi 2hari dia tidak memberi kabar adalah akhir segalanya yang tidak bisa diperbaiki kembali.

Terlihat jelas Frans merangkul cewek yang mengenakan blazer coklat.

Pertanyaannya sekarang sepenting apakah Arin ketimbang basket???.

Kalau memang masalah kemaren kenapa harus Frans bersikap begini.

" Arin....."

kata Cewek yang bernama sofi itu melepaskan rangkulannya dipundak Frans.

" maaf, aku cuman mau kasih ini!"

kata Arin dengan sabarnya menaruh minuman isotonik yang biasa dibeli Frans diletakan di atas meja

" Kenapa gak tanya???"

kata Frans

" aku akan nunggu kamu jelasin semuanya"

sahut Arin yang berlalu dengan berlari

Terdiam dan membisu Sofi hanyalah kambing hitam Frans untuk memutuskan Arin.

/kenapa semua begitu rumit?? kenapa kamu memperlakukan begini?"