webnovel

Paling sulit melupakan dari pada memaffkan

Selepas pulang sekolah, Arin san Nayla melibat Frans membawa Vera di belakang motornya.

" Kamu gak apa-apa dek?"

tanya Nayla khawatir

Arin hanya menganggung mengiyakan kalau dirinya baik-baik saja.

Hanya ingin menangis, Arin selalu menyalahkan dirinya dalam hal apapun, Arin yang besar dikeluarga brokenhome selalu berusaha kuat dan tegar walau yang dia lalui begitu berat.

Kekecewaan terhadap lelaki sudah Arin rasakan terhadap ayahnya, dan sekarang pacaranya, setengah hidupnya belum dia ceritakan belum sepenuhnya mengenal Arin tapi pacar pertama yang dimilikinya malah meninggalkannya sendiri.

" ini buat kamu dek"

kata Nayla menyerahkan sebuah hadiah untuk Arin yang tengah melamun disebuah minicafe di pusat perbelanjaan.

" apa ini ka?"

tanya Arin mendapatkan sebuah kotak besar

" buka dong"

sahut Nayla yang tersenyum

" aku buka ya,"

sahut Arin dengan bersemangat

Nayla hanya mengangguk mengiyakan.

Arin begitu terharu karena melihat isi kotak hadiah dari Nayla.

"makasih ya ka"

kata Arin berkaca-kaca sambil memeluk Nayla, Arin beruntung masih memiliki sahabat yang care seperti Nayla.

" hey ladies...."

sapa Adam yang mengenakan seragam pelayan cafe tersebut.

" Adam..."

kata Arin kaget

" Adam yang bantu kakak pilih kado buat kamu"

kata Nayla yang membelikan sebuah boneka berbentuk Panda.

" makasih ya Dam.."

kata Arin tersenyum

" sama-sama, kalian mau makan menu utama enak banget loh"

Tersenyum, Nayal sangat senang bisa melihat Arin tersenyum kembali, dan Nayla inginkan Arin bahagia dengan orang yang bisa menjaganya bisa memberikan sandaran buat Arin.

" Dom..."

panggil Dina dari depan rumah Frans

" kenapa?"

tanya Frans,

" lu balikan sama Vera?"

tanya Dina penasaran

" bukan urusan lu"

sahut Frans sinis

" kalo emang lu balikan sama vera, putusin Arin dengan benar"

sahut Dina yang muak dengan tingkah Frans

" lu terlalu ikut campur"

kata frans yang masuk kedalam kamarnya

" karena kita dekat, gue tau perasaan lu"

kata Dina membuat Frans terdiam,

" jangan pergi..."

kata frans memeluk Dina dari belakang

" gue sayang Arin, tapi gue ga bisa apa-apa"

kata Frans terdengar rintih.

" terus kanapa lu nyakitin dia?"

tanya Dina yang belum beralih dari pelukan Frans

" jangan tanya itu, karena gue juga gak tau"

kata Frans bersandar di bahu Dina.

" ok, gue akan tunggu lu cerita"

kata Dina mengelus kepala Frans

" udah sampe rumah?"

tanya Adam yang sedang menelpon Arin

" udah"

kata Arin yang mengeringkan rambutnya dengan handuk

" kamu belum pulang ya?"

tanya Arin

" udah selesai koq, ini mau pulang"

kata Adam yang mengenakan hoddie abu-abu

" ya udah hati-hati ya Dam..."

kata Arin yang tengah berbaring dikasur.

" Rin..."

" ya.."

" aku boleh dekat gak sama kamu?"

pinta Adam yang to the point tentang maksudnya

" boleh...kan kita juga sudah dekat"

kata Arin yang memang tak mau membahas perasaan

" maksudnya aku deket sebagai cowok yang pdkt sama cewek, bukan temenan"

" jujur ya Dam, aku masih bimbang, aku cuma butuh waktu sendiri untuk saat ini, maaf"

kata Arin yang bergegas menutup telpon

" Rin..rin hallo"

kata Adam yang merasa bersalah terhadap Arin.

/maaf Dam aku hanya belum siap.

" Ning..."

terdengar suara Ayah Arin di balik pintu

Tapi Arin tidak menyahut dan malah pura-pura tidur

" Ning"

terdiam Ayahnya Arin melihat Arin yang tertidur

Arin begitu kesal dengan Ayahnya perceraian diantara Ayah dan ibunya membuat Arin tidak bisa memaafkan mereka, karena mereka juga Indah adik Arin memilih pergi kepesantren.

" Arin..."

teriak Adam dari kejauhan

" kamu ga marah kan?"

tanya Adam yang terengah-engah berlari menuju Arin yang berdiri dikoridor sekolah,

" santai aja lagi"

kata Arin dengan tersenyum

" syukur deh"

kata Adam terlihat lega

" Dam..."

panggil Revin yang tiba-tiba datang

" pulang sekolah temenin gue ke gebby ya"

pinta Revin yang memegang pundak Adam

" gebby?"

kata Arin yang tak asing mendengar kata gebby

" iya, kamu mau ikut, lumayan lah hilangin penat"

sahut Adam

" kamu suka komik juga?"

tanya Arin

" hampir setiap hari kami nongkrong disana"

jawab Revin tersenyum

" berarti aku boleh ikut dong"

sahut Arin antusias

" ok, pulang sekolah ya"

sahut Sadam tersenyum

Dari kejauhan Frans masih memperhatikan Arin, melihat itu Vera ga terlihat suka.

" masih pengen jalan sama dia?"

tanya Vera yang berdiri disebelah Frans

" kita udah balikan, jangan bahas dia, ok"

sahut Frans yang meninggalkan balkon dilantai 2 sekolah

" kita memang balikan, tapi jangan bilang kalau lu belum move on dari dia"

pinta Vera yang menggengam tanga Frans

" kita memang balikan, bukan berarti lu sepenuhnya dihati gue"

kata Frans yang melepaskan tangan Vera.

mendengarnya Vera terlihat kesal, bahkan ia mengingat kejadian sewaktu Vera dan Arin masih berteman di masa pertama masuk sekolah.

Pintar dan cantik membuat banyak teman pria yang menyukai Arin, terutama Frans mendengar hal tersebut membuat Vera memusihi Arin, walau secara tidak langsung Vera sanggup melakukan hal-hal ekstrim.

Berusaha sangat keras agar Frans mau berpacaran dengannya namun hanya berjalan 3bulan, ditambah lagi ketika ia mendengar Frans dan Arin pacaran, Vera berasa hancur, dia berusaha menyakiti dirinya agar Frans mau kembali.

" pagi...Adam..."

sapa seorang murid perempuan

" pagi..."

kata Adam kagok

" ini untuk Adam"

kata seorang siswi yang menyerahkan sekitak coklat

" makasih ya"

kata Adam tersenyum

" bye..."

katanya melambaikan tangan ke Adam

" Rin..."

panggil Adam yang masuk kedalam kelas

" iya..."

kata Arin menoleh

" umm, ga jadi deh"

Adam yang masih ragu-ragu untuk mendekati Arin

" dih apan sih..."

kata Arin cemberut

" ah sini coklatnya buat gue ya?"

kata Revin merebut coklat ditangan Adam

" habisin aja tuh"

sahut Adam yang melirik ke arah Arin.

Hari ini begitu melelahkan buat Arin, hanya ingin berada ditempat yang damai, tempat yang bisa membuat dia melupakan Frans.

" Arin...ternyata kamu disini"

kata Joe yang sedari jam istrahat mencari Arin.

" ada apa ka?"

tanya Arin yang tengah duduk disebuah kursi dibalkon lantai 3 sekolah Arin.

" coba kamu liat ini?"

kata Joe menunjukan buletin sekolah online yang baru saja ditulis. Buletin yang bertuliskan Frans hanya jadiakan Arin bahan taruhan dengan teman-temannya.

" sumpah beneran aku ga nulis ini, dan udh 2minghu ini ga ada yang cari berita"

jelas Joe

Kecewa mungkin itu yang Arin rasakan, ternyata yang dianggapnya sandaran hati menjadikannya bahan taruhan.

Tapi ada perasaan menganjal dihati Arin, kalau hanya taruhan ga mungkin Frans mengenalkannya dengan orangtua Frans.

" aku janji bakal cari pelakunya"

Kata Jor merasa tidak enak dengan Arin,

" bukan kakak yang harus jelasin ini"

Arin yang sabar hanya bisa tersenyum.

" Dom, gue tanya?"

kata Bima dengan tatapan serius

" maksud tulisan ini apa?"

tanya Bima

" apaan sih"

kata Frans yang kemudian membaca tulisan di handphone Bima.

" gua kenal lu lama, tapi yang gua tau lu ga akan mau ngelakuin ini"

kata Bima yang terlihat kecewa

" lu lebih percaya tulisan itu?"

tanya Frans

" ga penting buat gue, tapi apa lu mikirin Arin?"

Bima balik bertanya dan berlalu meninggalkan Frans dengan rasa kesal.

Sekarang semua orang disekolah memeandang Arin dengan tatapan aneh, tapi Arin g pesulikan pandangan orang-orang yang tak kenal dengan dia.

" kamu yakin dek ga mau laporin ini ke guru BK?"

tanya Nayla

" gak ka, ntar juga redup sendiri"

jelas Arin

" Rin, gue mau ngomong"

tiba-tiba Frans datang kekelas Arin

" ngomong disini aja"

kata Arin agak ketus kemudian Nayla keluar menunggu didepan kelas Arin.

" apapun yang ditulis itu gak bener, lu harus percaya gue"

jelas Frans yang merasa bersalah

" percaya apa gak itu hak aku"

kata Arin

" lu ga percaya sama gue?"

" udah aku jawab tadi kan"

jawab Arin tegas

" ok, lu mau bakal lebih malu lagi?"

Ancam Frans pada Arin

" lakukan apapun aku ga takut"

tantang Arin

Ternyata salah dan benar-benar salah Frans yang dianggapnya cowok yang bisa menjaga dirinya tapi malah melukai hati nya.

" lu ko jahat banget sih Dom"

sahut Nayla yang tak enak mendengar nya dari depan kelas, Frans terdiam meninggalkan Arin dan Nayla.

" kamu ga apa-apa dek?"

tanya Nayla yang merangkul Arin

Arin menggeleng menandakan dirinya tidak apa-apa,

Menyesal itu pasti tapi Arin bukan tipe yang pendendam

Arin memaafkan tapi melupakan semua itu butuh proses. Dan waktu yang terbaik saat ini menyibukan dirinya dengan berbagai hal. Walau Arin bukan orang suci dia juga sesekali merokok dan minum alkohol dirumahnya, karena kesibukan Ayah Arin kebiasan itu terus berlanjut sampai sekarang.

" terus lu ngomong apa Rin sama Dom"

tanya Revin yang penasaran dengan kejadian siang tadi

" ga ngomong apa-apa"

jelas Arin yang tengah memilih buku di pusat pustaka buku Gebby.

" ga asik lu, cerita dikit napa"

Revin yang mulai penasaran

" janji dulu kamu ga akan ember"

pinta Arin yang berbisik k Revin

" siap bos"

sigap Revin menerima perintah

Kejadian apa adanya memang di ceritakan k Revin, bener anaknya begajulan tapi nyaman buat diajak cerita diajak diskusi.

" Sabar ya Rin, Dom emang begitu orang nya"

Revin yang memberikan semangatnya sebagai teman Arin

" hayo pada ngobrolin apaan?"

kata Adam menaruh buku di meja tempat Revin dan Arin bicara.

" masalah cewek Dam"

jelas Arin ternsenyum

" Revin berubah jadi cewek dong ya?"

tanya Adam membuat Arin tertawa

" kampret lu,,,gua cari komik dulu"

Kata Revin yang memiliki rambut keriting

" Rin..."

panggil Adam yang duduk disebrang Arin

" iyah"

" kamu suka Revin ya?"

tanya Adam

/ya ampun aku tau kamu itu suka to the point tapi ga bikin jantungan juga kan

batin Arin menyeringai

" gak lah, Revin tu baik udah temenan sahabatan lama dan anaknya asik, walau dia nakal tapi dia gak pernah ajak-ajak"

jelas Arin membuat Adam sedikit lega.

" kalau menurut kamu, aku bagaimana?"

tanya Adam sambil membolak balikkan lembaran buku yang dia ambil.

" aku kan belum kenal Adam lama, jadi ga bisa menilai Adam"

jelas Arin yang menatap Adam

" kamu gak pernah kasih kesempatan sih"

" kesempatan akan datang dengan sendirinya, tanpa kamu ijin pun kesempatan yang akan menuntun mu sampai kemana dia akan berhenti"

tambah Arin membacakan kalimat motivasi dari sebuah buku yang dipegangnya

" eleh pantesan sok motivasi njiplak dari sini ternyata"

kata Adam tersenyum menutup buku yang dibaca Arin

Arin tersenyum melihat Adam yang sedikit kesal.