webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasy
Zu wenig Bewertungen
413 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Chapter 32: Warning Sound

Oleh: Manggala Kaukseya

Selagi Ghanimah berjuang di dapur dengan segala bakat dan kemahirannya, anggota tim lainnya termasuk aku dan Lalita kembali ke kamar kami masing-masing.

"Kak Mang, mau mandi tidak? Airnya tadi baknya tadi aku kosongin sebelum berangkat."

Gadis itu membuka pintu kamar inap dan menaruh tiap barang beliannya di samping lemari pakaian.

"Boleh, bahkan dengan tubuh yang endemik gurun ini, panas di sini masih membuat keringatku mengalir deras."

"Oke! Kunyalain ya kerannya~"

Lalita berjalan dengan riang menuju bak kecil yang tertempel di samping jendela yang memandang keluar.

Ia juga menutup gordennya untuk menjaga privasi kami dari para Kaoma di luar. Aku tak tahu apakah para putra-putri Kaos bisa merasa ketertarikan dengan manusia layaknya Sarma, namun saat ini kami sedang di tubuh kaum mereka.

"Gurun oh gurun..."

Aku mempreteli tiap helaian kain yang kukenakan ke lantai satu demi satu dan melompat pada kasur sutra kami.