webnovel

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
413 Chs

Chapter 30: Phone Call

Setelah mengetahui cara memesan kereta Talaria untuk membantu perjalanan mereka, ketiga pengelana itu pun lekas menelefon menggunakan code yang telah didiktekan oleh Alea, guna terhubung dengan penyedia jasa.

"Kamu aja nya yang ngomong, aku agak…"

Shanala memberikan telefon genggamnya itu pada Gumara semenjak dirinya memang tak pernah pintah berbicara dengan orang asing.

"Tentu, serahkan padaku."

Pemuda itu pun meraih pemberian si gadis kucing, dan langsung meletakkan alat itu menempel pada telinga dan mulutnya.

"Bayu Express, ada yang bisa kami bantu?"

Di dalam benak Gumara bisa terdengar suara yang terdengar halus layaknya angin, dengan nada bicara sopan dan profesional.

"Iya, kami ingin memesan kereta Talaria bisa?"

Walau agak bingung dengan segala situasi ini, apalagi berbicara dengan perempuan Wongali yang bentuk tak sama sekali bisa ia lihat atau raba, Gumara tetap berusah mengganggap pembicaraan ini seperti sedang bicara bisnis.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com