webnovel
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Ardiansyah: Raja dari Neraka

Dunia yang kalian semua kenal telah lama hancur, teman dan keluarga kalian kini entah bertamasya di Surga atau membusuk di Neraka. Namun bagi yang terpilih, Sang Pencipta telah membangunkan Dunia baru untuk mereka yang di dasarkan atas sihir dan sains. Dunia yang diisi oleh tiga bangsa, dengan rumah dan tubuh yang berbeda. Ilmuan cerdas di Angkasa, pengrajin kreatif di Daratan, serta seniman yang bermandikan keindahan di Lautan. Kisah Dunia baru ini terlalu panjang untuk kuceritakan dalam satu kali pertemuan. Jadi untukmu temanku, akan kubagi mereka menjadi beberapa bagian. Part 1: Prologue (Vol 1 & 2) Takdir Amartya untuk menjadi raja atas Bumi ini sudahlah ditetapkan. Demi mengagungkan kelahirannya, Sang Pencipta mengalirkan api neraka di dalam darahnya. Namun hatinya jatuh cacat sebagai bayarannya, dan satu-satunya yang bisa menyempurnakannya hanyalah seorang gadis es, dengan kunci di hatinya. Part 2: A Party of 8 (Vol 3 - 7) Makhluk-makhluk nista datang mencemari Daratan, dan atas nama kemurnian tanah suci ini, Mereka yang Abadi mengumpulkan prajurit-prajurit terbaik dari generasi termuda. Manggala dan rekan-rekannya harus bisa menghadapi tantangan ini, dan menyelamatkan apa yang berhak diselamatkan. Part 3: Throne of the Ocean (Vol 8 - 10) (Warning 18+ only) Perang tiada akhir terus melanda seisi Samudra, yang sudah teramat ganas dari detik dirinya dilahirkan. Gumara yang ditinggalkan keluarganya terpaksa mengemban tanggung jawab untuk bangkit, dan kembali membangun kejayaan itu atas nama sang pembawa ular. Dunia ini dipenuhi aturan yang nista, namun bukan berarti kita harus tenggelam di dalamnya.

PolarMuttaqin · Fantasy
Not enough ratings
413 Chs
#ACTION
#ADVENTURE
#ROMANCE
#SYSTEM

Chapter 31: Horse Carriage

"Yang Mulia, apa itu jemputan kita?"

Saat ini ketiga pengelana itu tengah menikmati santapan mereka pada restoran di Pos Baratan. Karena kebiasaan yang dibentuk oleh pelayan wanita di restoran pertama, mereka selalu memilih untuk duduk di samping jendela.

"Q-C-4-4-2-2… ah benar, kalau begitu mari kita selesaikan santapan ini lalu beranjak ke kereta itu."

Dengan keterbatasan kemampuan membacanya yang sedikit-sedikit ia pelajari selama berjalan melalui berbagai rambu-rambu di jalanan Tarauntalo, Gumara berusaha untuk membaca seri yang terpasang di bagian belakang kereta.

"Kita bawa bekal gak Yang Mulia?"

Costancia kembali bertanya. Ia tak tahu secepat apa angkutannya akan bergerak, atau seperti apa pemberhentian mereka nanti.

"Bawa, gak ada salahnya berjaga-jaga."

Hal yang sama bisa dikatakan untuk Gumara maupun Shanala.

"Oke, kalau begitu aku ke kasir dulu ya untuk menambah pesanan."

"Silahkan."