"Fionna..... Hana."
Berkat mimpiku yang waktu itu, aku jadi mengingatnya lagi. Hari dimana aku menangis sambil memeluk kepala Hana yang terpisah dari tubuhnya. Dia terlelap di pangkuanku dengan sangat damai kala itu. Matanya tertutup dan mulutnya tersenyum bagaikan dia yang benar-benar menginginkannya.
Perjalanan kami diakhiri oleh sebuah akhir yang sangat buruk. Kematian temanku Fionna benar-benar menyayat hatiku. Sampai-sampai langit pun bersedih akan kematiannya dan menangisi kemalanganku yang tiada hentinya ini.
Namun sekarang, semua itu bagaikan sudah berubah. Orang yang membuatku menangis terisak-isak itu sekarang ada di depan mataku dan aku dapat menyentuh wajahnya lagi. Bukan mimpi, bukan ilusi, aku dapat merasakan kehangatan dari dalam dirinya.
"Bohong.... BOHONG !!"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com