webnovel

Rumah baru kita

Akhirnya Aya bisa merebahkan badannya di kasur setelah seharian melakukan penerbangan pulang yang panjang. Karena memang, untuk sampai ke kota tujuan mereka membutuhkan waktu seharian.

Setelah Isma dan Sony pulang dengan terburu-buru karena khawatir hujan deras akan turun, Aya segera masuk ke kamar.

Ia membongkar beberapa barangnya dan menemukan sebuah kotak kecil yang berisikan obat-obatan dan vitamin. Aya mengambil satu buah vitamin dan meminumnya. Ia merasa badannya sangat lelah dan ingin segera tidur.

"Ahhh..." suara Aya saat berbaring di bantal. Ia merenggangkan kedua tangannya dan membetulkan posisi bantalnya.

Ara mendengar dan melihat Aya berbaring saat ia selesai menelepon seseorang.

"Capek kah?" Katanya setelah duduk di tempat tidur. Ia menggenggam tangan kiri Aya sambil memijit-mijit pergelangan tangan Aya.

"He eh." Jawab Aya mengantuk.

Ara tersenyum melihatnya. Kembali digenggamnya tangan Aya, lalu ia pun berdiri dan melepas pakaian atasnya. Sehingga ia hanya menggunakan celana tidurnya. Ia berbaring di sebelah Aya.

"Bagaimana menurutmu tempat ini?" Tanyanya perlahan.

"Hmmm.." Aya hanya mampu menyahut dengan gumaman tak jelas. Ia terlanjur mengantuk dan tidak peduli dengan yang lainnya. Ia hanya ingin tidur dengan nyenyak malam hari ini.

"Hmmm..." Ara pun menyahut dengan gumaman tak jelas. Lalu ia terkekeh sendiri.

Hujan lebat malam itu, membuat Aya tertidur dengan lelap. Tapi Ara, ia harus membolak-balikkan badannya berulang kali karena ia masih belum bisa tidur. Badannya terlalu lelah dan pegal.

***

Bude Welas menyiapkan sarapan sambil bersenandung riang. Suaminya, pakde Imam sedang membersihkan rumput di halaman depan rumah.

Sehari-harinya mereka tinggal di rumah Ara, namun di bangunan bagian belakang. Ada sebuah rumah kecil yang sengaja dibangun Ara untuk asisten rumah tangganya.

Ara tidak mau tinggal bergabung dengan orang lain, sehingga ia perlu menyiapakan sebuah bangunan untuk mereka. Hanya saja saat ini, asisten rumah tangganya hanya sepasang suami istri.

"Sarapan apa pagi ini bude?" Tanya Ara saa ia berada di meja makan.

"Eh, pak. Kaget saya. Ini, saya buat nasi goreng kare." Bude Welas datang membawakan nasi goreng kare ke meja, dihadapan Ara.

"Bu Aya nya mana pak?" Tanya bude Welas. Karena belum dilihatnya Aya sepagian ini.

"Masih di kamar. Dia belum mau sarapan. Biar aja. Nanti kalau dia mau makan, tolong disiapkan ya bude?" Sahut Ara menjelaskan tentang Aya.

Pagi ini Aya bangun dengan malas. Tubuhnya terasa lelah, mungkin karena kecapekan perjalanan pulang kemarin.

Aya melihat jam dinding yang terpampang di seberangannya. Jam menunjukkan pukul 06.10 pagi. Dilihatnya sudah tidak ada tanda-tanda keberadaan Ara di dalam kamar itu.

Ia pun bangun dan duduk di samping jendela kamar yang menghadap ke halaman di samping rumah.

Kamar mereka terletak di lantai atas dan berada di posisi belakang. Sehingga apabila menengok ke jendela, akan terlihat halaman samping rumah yang berisikan bunga-bunga hasil tanaman pakde Imam.

Aya duduk sambil memandang ke arah luar. Masih tersisa tetesan-tetesan sisa air hujan semalam. Hujan mengguyur dengan lebatnya hingga di pagi hari.

Saat Aya asyik menatap ke luar, terdengar bunyi notifikasi di ponselnya. Aya pun membuka ponselnya yang diletakkannya di sebelahnya.

Terdapat satu pesan dari Isma.

[Ay, pagi ini kamu mau ngapain? Kita jalan-jalan yuk? Nanti aku sama Sony yang jemput.] Isi pesan Isma. Aya tersenyum membacanya. Ia tidak langsung membalasnya, melainkan menuju kamar mandi dan bebersih diri.

***

Ara sedang menikmati kopi panasnya yang baru disajikan oleh bude Welas. Ia sengaja meminta dibuatkan kopi setelah selesai sarapan nasi goreng kare.

Ara membaca koran lokal yang di sudah diletakkan pakde Imam di atas meja makan. Saat Ara asyik membaca, Aya duduk di hadapannya.

"Hai." Sapa Aya dan Ara menurunkan korannya untuk melihat Aya. Ara hanya membalasnya dengan tersenyum, lalu ia melipat korannya dan diletakkannya kembali di meja.

"Sarapan sekarang?" Tanya Ara. Namun sebelum Aya menjawab, bude Welas sudah datang dengan membawakan nasi goreng kare dan segelas kopi panas.

Ara tersenyum, karena ia senang bude Welas cepat tanggap dengan situasi.

Aya melihat penampakan nasi goreng kare yang sudah diletakkan bude Welas dihadapannya. "Hmmm, enak kayaknya. Baunya wangi." Ucap Aya, mengambil sendok dan menyuap nasi goreng ke mulutnya.

"Hmmmm, enak. Terasa bumbu karenya." Katanya setelah mengunyah suapan pertamanya.

Bude Welas tertawa dan mengibaskan tangannya. Ia lalu kembali ke belakang.

"Kamu sudah makan mas?" Tanya Aya dengan mulut yang masih berisi makanan.

"Habiskan dulu makanmu Ay, baru ngomong." Sahut Ara. "Iya, aku sudah makan, barusan. " Sahutnya lagi.

"Hmm, hmm,.." Aya mengangguk-anggukan kepalanya.

Selesai Aya makan, Ara mengajaknya ke luar rumah. Mereka pergi duduk di teras depan dengan membawa secangkir kopi masing-masing.

Ara duduk dan menghirup udara segar saat itu. Aya hanya duduk dan memperhatikan. Ia tersenyum saat Ara melihatnya.

"Kenapa?" Tanya Ara.

"Enggak." Jawab Aya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah depan. Ia melihat pakde Imam yang sudah bolak-balik berulang kali dengan membawa ember kecil dan beberapa peralatan untuk membersihkan halaman.

"Paginya pakde itu kerja. Sudah sarapan kah beliau?" Tanya Aya penasaran.

"Sudah. Mereka sudah sarapan sebelum kita. Apalagi pakde, kebiasaan habis subuh langsung isi perut dulu, makanya beliau bisa kerja pagi betul." Ara menjelaskan kondisi pakde Imam dan bude Welas.

"Oh... Kasian ya? Mereka punya anak nggak sih?" Tanya Aya lagi. Karena sedari kemrin ia sudah penasaran, ingin tahu tentang suami istri tersebut. Namun ia tidak sempat mempertanyakannya kepada Ara.

Ara menyeruput kopinya. "Hmmm, menurut kamu??" Tanyanya balik, yang membuat kening Aya berkerut.