webnovel

Am I Normal?

HI! BANTU AKU UNTUK MENGOLEKSI BUKUKU YANG LAIN, YA! *^O^* Youichi Haruhiko menyukai seorang pria bernama Takayashi Daiki di sekolahnya, yang berada di kelas berbeda darinya. Sudah cukup lama, sejak mereka masih di tahun pertama hingga mereka lulus dan berlanjut pada jenjang perkuliahan. Awalnya, ia hanya dapat memandangi orang yang ia sukai dari kejauhan dan hanya dapat menyukainya dalam diam semata. Ia tidak mempunyai nyali untuk berbicara dengannya atau bahkan menyatakan perasaannya. Menurutnya sangat mustahil untuk dilakukan! Hingga, suatu keadaan yang bertolak belakang dengan pemikirannya terjadi dan membuat mereka dapat saling berbicara, juga dapat lebih tahu mengenai sikap yang tidak diduga-duga dari orang yang disuakainyabanya! Namun, sangat sulit bagi Haru. Orang yang ia sukai adalah seorang yang tidak dapat mengutarakan isi hati sebenarnya dan membuat Haru serasa terombang-ambing dalam hubungan yang tidak pasti. Ingin mundur, tetapi ia sudah terlalu jauh melangkah. Ingin tetap maju, tetapi hubungan tak pasti bukanlah hal yang membuatnya senang walau perasaannya masih terus mencintainya. Jadi, bagaimana selanjutnya? Naskah: Maret, 2018 Dipublikasikan: WP (September, 2018) dan WN (Agustus, 2019)

Mao_Yuxuan · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
45 Chs

Daiki: Si Penguntit

[3 tahun yang lalu...]

"Saya adalah Ishikawa Kei. Kelas 3 A, dan merupakan ketua club memanah saat ini" Kata seorang yang bernama Kei tersebut.

"Selanjutnya, sensei akan menjelaskan aturan yang ada di club ini" Lanjutnya, lalu kembali ke tempat duduknya.

Hari pertama bergabung di club memanah membuat Daiki merasa gugup. Bagaimana tidak? Rumor yang beredar bukanlah hal yang baik di telinganya. Namun, karena kecintaannya pada olahraga ini membuatnya memberanikan diri untuk bergabung.

Daiki melirik ke arah si ketua club itu, lalu tersenyum saat ia menoleh padanya dengan menganggukkan kepala untuk menyemangatinya.

Kei bukanlah seorang yang asing lagi baginya. Bisa dibilang, Kei sudah seperti seorang kakak yang sering kali merepotkan diri hanya untuk membantunya, dan yang terpenting sebagai seorang yang menyemangatinya untuk tidak menghiraukan rumor yang beredar.

"Baiklah! Selamat datang para anggota baru..." Kata sensei setelah menjelaskan aturan di club ini.

"Sekarang, kalian...silakan memperkenalkan diri" Lanjutnya.

Semua anggota baru, termasuk Daiki pun mulai berdiri, lalu melangkah maju ke depan para senpai kelas dua dan tiga. Ada sembilan anggota baru tahun ini, dan mulai memperkenalkan diri satu per satu.

Daiki tampak begitu gugup, lalu kembali melirik ke arah Kei yang juga tersenyum padanya. Ia pun menarik napas dalam-dalam untuk berusaha mengurangi rasa gugupnya.

"Saya adalah Takayama Shino. Kelas 1 C. Mohon bantuannya" Kata orang yang berada disebelah Daiki, lalu memberi sikap hormat dengan membungkukkan tubuhnya. Ia pun mundur selangkah untuk kembali ke barisan.

Sekarang giliran Daiki. Dengan perasaan gugup yang ia tutupi, ia mulai maju selangkah untuk memperkenalkan diri kepada para senpai yang menatap mereka dengan begitu serius. Kecuali Kei yang terus tersenyum padanya.

"Saya adalah Takayashi Daiki. Kelas 1 A. Mohon bantuannya" Daiki pun membungkukkan tubuhnya, lalu kembali ke barisan.

Kelas memanah pada bulan pertama dimulai dengan sebuah materi mengenai tekhnik dalam Kyudo, seperti hi, kan, chu (terbang, menusuk, pusat) yang dijelaskan oleh tiga orang senpai yang dipilih secara bergantian dengan penjelasan yang cukup baik, dan membuat para anggota baru cukup memahami. Termasuk Kei.

Setelah di bulan berikutnya, latihan pun mulai dilakukan. Dimulai dari para senpai sebagai contoh yang memang terlihat begitu mengagumkan di mata mereka, lalu berlanjut ke anggota baru.

Latihan pada hari pertama hingga pada hari-hari berikutnya membuat hal yang menyangkut rumor tersebut terungkap sedikit demi sedikit. Mengikuti waktu selama Daiki bergabung di club ini.

Tidak ada yang salah dengan club ini. Pikirnya. Semua senpai tampak begitu ramah, berbeda dengan yang telah dirumorkan. Hanya saja, mereka memang sedikit tegas untuk sebuah keterlambatan, dan mungkin menjadi biang dari tumbuhnya rumor yang beredar. Namun, jika ia berpendapat, hal itu wajar-wajar saja. Apa lagi untuk sebuah club memanah, dimana membutuhkan suatu kedisiplinan yang tinggi.

*****

Siang hari ini, terlihat Daiki bersama seorang wanita. Entah apa yang mereka lakukan pada tempat sepi seperti saat ini. Apa lagi, bersama seorang wanita cantik yang tampak tersipu malu.

"Maafkan aku. Aku tidak ingin menjalin hubungan saat ini..." Kata Daiki kepada seorang wanita di hadapannya.

Wanita itu membukkukkan tubuhnya, lalu segera meninggalkan Daiki di belakang sekolah. Sepertinya, seorang wanita baru saja menyatakan perasaannya kepada Daiki, tetapi malah menerima penolakan darinya.

Daiki pun mulai berjalan menuju kelasnya dengan memikirkan wanita yang baru saja ditolaknya. Mungkin lebih baik. Percuma saja memaksakan diri. Kebodohan yang tidak berarti. Pikirnya.

Kyaa kyaa kyaa

Jeritan para wanita itu kembali mengganggunya, dan membuatnya berhenti melangkah sebab terhalang oleh mereka yang menghadang.

Mereka tampak bersemangat ingin melakukan suatu pembicaraan dengan Daiki, tetapi malah diabaikan olehnya, dan terus melangkah maju. Anehnya, mereka malah semakin menjerit dan mengagumi sikap dingin yang ia tunjukkan saat ini.

Sesampainya di kelas, ia pun segera masuk, lalu duduk pada tempat duduknya yang berada di barisan tengah. Akan tetapi, suara para wanita kembali terdengar dari kejauhan.

Ia berdiri, lalu menuju kearah jendela untuk melihat ke bawah; ke asal keributan itu. "Oh...ternyata dia" gumamnya dalam hati. Tidak heran. Pria populer itu lagi. Akan tetapi, ada hal lain yang terlintas di pikirannya.

Ia teringat bahwa pria populer yang kerap disapa "prince" itu sering kali berada di tempat yang sama saat Daiki berlatih di sore hari, yaitu pada sebuah ruangan penyimpanan di lantai dua yang berada tak jauh dari club memanah.

Ruangan tempat berlatih di club memanah tidaklah sepenuhnya tertutup, jadi ia bisa mengamati seseorang yang berada di ruangan itu, begitupun sebaliknya.

Daiki bisa saja mengatakan bahwa itu hanya kebetulan saja, tetapi keseringan juga bukanlah sesuatu yang bisa dianggap kebetulan semata.

Ia sudah lama menyadarinya, tetapi baru kali ini memikirkannya, dan ia benar-benar yakin bahwa orang itu adalah si "prince" nya para wanita di sekolah ini. Bukankah itu cukup aneh? Pikirnya.

Ia pun kembali ke tempat duduknya, lalu bersandar dengan wajah yang ia tutupi menggunakan buku yang ditariknya dari laci meja tempat duduknya.

Trrrr Trrrr Trrrr

Bel masuk. Para siswa pun mulai bergegas ke kelas mereka masing-masing untuk menerima pelajaran berikutnya. Itulah yang sejak tadi ia tunggu-tunggu. Bukan sok rajin. Percayalah! Daiki bukan seorang yang seperti itu. Melainkan, ia hanya ingin cepat beranjak dari waktu yang suntuk.

*****

Sepulang sekolah, ia pergi menemui Kei di kelasnya yang berada pada lantai tiga. Ia menyusuri beberapa kelas, lalu tiba di kelas 3 A.

"Ah Daiki...ada apa?" Tanya Kei sambil terus membereskan barang-barangnya.

"Aku mau latihan sore ini..." Jawab Daiki yang sudah berada di dekatnya.

"Lagi?..." Kei menoleh kearah Daiki yang berada di sampingnya saat menanyakan hal yang memang sudah terjadi berulang kali.

"Hmm...andai aku tidak bekerja hari ini, aku akan melihatmu berlatih..." Lanjutnya dengan memberi sebuah kunci padanya.

Daiki segera mengambil kunci itu dengan tersenyum, lalu berbalik hendak meninggalkan kelas, tetapi segera ditahan oleh Kei.

"Hei, tunggu!" Kei memegang lengan Daiki agar ia berhenti melangkah.

"Jangan sampai--" Baru saja ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi segera dipotong oleh Daiki.

"Ya...ya...jangan sampai menghilangkan kunci ini...aku sudah cukup bosan mendengar perkataan itu..." Kata Daiki yang nyengir saat mengatakannya.

Ia pun segera keluar dari kelas dengan terburu-buru, lalu mulai menuruni tangga menuju tempat latihan di clubnya.

Sesampainya di tempat tersebut, ia membuka pintu ruangan menggunakan kunci yang diberikan oleh Kei tadi, lalu meletakkan barang-barangnya pada loker yang ada di ruangan ini, dan segera mengenakan seragam yang tersedia.

Ia meraih busur dan anak panah, dan segera mengambil posisi. Akan tetapi, suara seperti benda terjatuh membuyarkan konsentrasinya hingga segera menoleh ke asal suara itu.

Punggung seseorang terlihat di ruang penyimpanan yang berada di lantai dua. Tempat suara gaduh itu berasal. Entah apa yang ia lakukan di atas sana, tetapi ia yakin bahwa orang itu adalah orang yang sama seperti sebelumnya. Si "prince".

Apa yang ia lakukan disana setiap sore? Pikir Daiki dengan mengernyitkan keningnya, lalu kembali pada posisinya.

Dengan posisi siap membidiknya, ia perlahan melirik ke tempat orang itu berada. Dan benar saja. Pada ujung matanya, ia melihat seorang yang terus mengamatinya dari atas sana. Ia pun menghela napas, lalu melepaskan anak panah di jarinya.

Ada apa dengannya? Penguntit? Pemikiran yang sangat tidak masuk akal. Sangat mustahil, pikirnya. Namun, dengan kelakukan mengamatinya di tiap sore membuat orang itu tidak berbeda dari seorang penguntit yang menyebalkan.

Huft! Daiki berusaha untuk tetap fokus pada apa yang dikerjakannya saat ini, dan mulai membidik sasarannya lagi.

Ia sudah cukup terbiasa dengan seorang yang ia juluki "si penguntit lantai dua" itu. Terdengar aneh, tetapi sangat cocok untuknya. Mungkin, ia tidak mengetahui bahwa Daiki menyadarinya dan mengetahui seseorang yang selalu bersembunyi itu, tetapi bukanlah suatu masalah. Ia akan terus berpura-pura untuk tidak menyadari seorang yang selalu menga...lebih tepatnya yang selalu menemaninya saat berlatih. Pikirnya dengan tersenyum.

*****