webnovel

ALIEN DAN AIREN WPC 94

Alien, mendengar nama makhluk yang satu ini pasti sudah sangat menyeramkan dan terlihat sangat membahayakan kehidupan dunia saat ini. Lalu bagaimana jika ada Alien yang baik hati dan malah membantu dalam keselamatan di Bumi? Dia dibantu dan dipertemukan dengan Airen, manusia yang suka membantu dan mencintai kedamaian di bumi untuk menyelamatkan yang lemah. Alien ini hadir ke bumi melalui lorong waktu secara tiba-tiba, bentuknya yang tidak seperti manusia menjadikan dia anti menunjukkan wujud aslinya, Alien ini menyamar dalam bentuk sebuah wajah dan bertemu dengan Airen tadi, gadis yang berjiwa satria dalam membela kebenaran. Bagaimanakah sepak terjang Alien dan Airen di muka Bumi?

Lika_FR · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
11 Chs

9 Meditasi

Tak akan ada yang bisa membantu negara kita, sepertinya Tuhan telah menitipkan Negara ini dalam genggaman dia, Girleob, jadi kita semua harus benar-benar membantu dia demi menyelamatkan Negara kita juga"

"Yaa Airen, maafkan aku kurang tanggap, nanti Airen bisa tanyakan saja sendiri padanya."

"Ta-tapi, kan dia berpesan jangan diganggu? takutnya membuyarkan dia yang sedang mengumpulkan tenaga." balas Airen.

"Sudahlah, jangan berdebat. Nanti bisa dibicarakan lagi. Ambulance akan datang untuk memindahkan pasien-pasien yang butuh penanganan lebih, dan akan ada beberapa keluarga yang menjemput mereka yang sudah baikan. Ayo semua bantu siapkan para pasien bagi petugas medis, dan kita harus membantunya," perintah Kapten Darren kepada semua petugasnya. Semua segera menyelesaikan tugas yang tinggal sedikit itu lalu bergegas memenuhi perintah Kapten kepala base camp ini.

Airen masih memendam perasaan tak menentu, ia sangat mengkhawatirkan tentang tenaga Gir itu. Betapa orang-orang tak tahu Gir melakukan serangan dengan sangat luar biasa sehingga tenaganya melemah, harusnya mereka semua lebih menspesialkan Gir? Karena dia orang yang sangat berpengaruh untuk Negara ini melepaskan jeratan peperangan dunia ke III ini, tapi mereka semua menganggap Gir orang biasa yang tak butuh perlakuan istimewa untuk dirinya. Itu sungguh salah.

Airen akhirnya berpikiran ia akan tunggu sampai besok pagi kabar Gir, karena sekarang adalah jam lima sore. Ia menghitung dengan hitungan sendiri. Kalau meditasinya sepuluh jam juga, artinya sekitar jam empat pagi pasti sudah selesai. Dia tunggu saja sampai besok untuk mencari tahu tentang kebutuhan dan keadaan Gir, ia akan menanyakan sendiri padanya.

Tak lupa ia memanggil dan meminta tolong kepada temannya, seorang perawat laki-laki untuk mengantarkan ke tempat Gir beberapa makanan dan minuman untuk dirinya. Ia takut Gir lupa mengatakan kebutuhan dia, dan disaat dia membutuhkan semua orang telah terlelap.

Airen merasa Gir terlalu lama bersemedi dari sore sampai pagi. Ia belum melihatnya kembali sama sekali. Dia berinisiatif untuk menengoknya. Ia berpamitan kepada Narez untuk melihat Gir sebentar karena sudah dua belas jam dia disana sendirian. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi. Ia hanya ingin memastikan lelaki itu baik-baik saja.

Airen berjalan mendekati dimana Gir bermeditasi. dia berjalan dengan perlahan agar tidak mengagetkan lelaki itu. Benar saja ia melihatnya masih dalam posisi bermeditasi dan Airen sangat sedih karena makanan dan minuman yang ia titipkan pada rekannya kemarin, sama sekali tidak disentuh karena tampak masih utuh seperti pertama ia ambilkan.

"Gir ... maaf aku lancang kesini. Kamu kemarin lupa bilang kepadaku, berapa lama kamu bermeditasi? Jadi aku bingung harus bantu apa untuk memulihkan tenagamu. Kamu juga tidak makan atau minum." Tampak Gir tidak bergerak sama sekali seakan tak mendengar apa-apa. Airen merasa tak digubris lelaki itu.

"Apa aku mengganggumu? Apa kau tak suka aku kesini? Oke aku akan pergi," jawabnya sambil berusaha meninggalkan dirinya.

"Apa kau menyukai dia?" Akhirnya terdengar pula jawaban dari bibir pria itu. Pertanyaan aneh itu menghentikan langkah Airen. sungguh jawaban itu dia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan Airen tadi.

"Menyukai apa? Siapa maksudmu?" Airen yang tadinya melangkah kini menghentikan langkahnya dan berbalik arah.

"Kapten itu" tuduh Gir.

"Kapten Darren? Aku tak ada perasaan apa-apa kepadanya. Kami hanya sebatas senior dan junior, dia adalah kepala dari Team kami." Airen menjelaskan.

Gir pun membuka matanya dan segera bangun dari posisi meditasinya itu. Ia segera mendekat ke arah Airen. Gadis itu hanya terdiam menunggu apa yang akan dijelaskan oleh Gir kepadanya. Dia berhadapan dengan Airen dan menatapnya.

"Aku tidak suka melihatmu terlalu dekat dengannya, maka dari itu aku ingin mencari ketenangan disini," Gir masih menatap Airen dengan tajam, kedua tangannya menyentuh kedua tangan Airen. Dia meremas jemari kedua tangan Airen yang lentik itu. Seperti seorang yang merajuk.

"Kau jangan terlalu dekat dengannya. Selain urusan penting, karena aku tidak suka melihat itu," ucapnya dengan terang-terangan membuat Airen tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya melongo dan bingung hendak mengatakan apa? Dia sangat kaget dengan apa yang ia dengar itu. Apa maksudnya? Aku kan bukan siapa-siapanya?

"Sudah, jangan melongo saja. Aku sudah sangat lapar dari kemarin aku tak makan dan minum," imbuhnya sambil menuju tumpukan makanan itu.

Memangnya siapa yang suruh kamu tak makan dan minum? Aku sudah sediakan disini. Airen kesal sendiri dalam batinnya.

Gir segera mengajak Airen ke tempat dimana ada makanan dan minuman yang telah diletakkan rekan Airen kemarin sore.

Gir segera memakan yang ada, seperti orang yang sudah sekian hari tak makan. Ia makan dengan lahapnya. Kemudian dia memberikan sebagian makanan itu untuk Airen.

"Makanlah bersamaku. Aku akan lebih merasa nyaman jika kau temani," pintanya sambil tersenyum.

"Hadeeeeh ... Dari kemarin wajahnya kecut. Sekarang ngapain senyum-senyum sendiri?" bisik hati Airen merasa kesal juga. Airen masih memandang aneh dengan tingkah dan sikap lelaki itu. Sama sekali tak merasa bersalah atas apa yang menyebabkan Airen terbebani sejak kemarin. Coba kalau Airen tak menyusulnya kesini. Pasti Gir tetap bersemedi di tanah lapang ini.

Saat mereka berdua kembali ke base camp, telah menunggu Narez di halaman depan. Dia menatap dengan penuh kecemasan dan kebingungan seraya mondar mandir.

"Pemuda asing, Airen, ada kabar buruk. Baru saja kami dapat kabar dari pusat, yang disampaikan oleh Kapten Darren kalau Negara blok Adidaya itu akan melakukan serangan ke Negara kita lagi. Mereka curiga dengan desas-desus yang beredar bahwa kota kita mempunyai penyihir yang membahayakan. Apa itu berita tentang Pemudamu ini? Bagaimana bisa sampai ke mereka ya? Katanya Girleon menyerangnya dengan badai sebelum fajar? Bagaimana mereka tahu?" Narez menjelaskan sambil berkeringat segar.

"Sungguh Narez? Apa lagi yang akan terjadi pada Negara kita ini? Apa yang mereka inginkan? Bukankah Negeri kita sudah luluh lantah? Aku tidak mau melihat kepedihan korban perang berjatuhan lagi yang lebih dari ini, semua ... tiga tahun ini cukup sudah sangat menderita."

"Kapan mereka akan menyerang kesini?" Gir ikut menanyakan.

"Menurut informasi, sih pekan depan. Pasukan militer pemerintah kita juga akan dikerahkan ke sini nanti, tapi aku yakin jumlah dan senjata tak akan memadahi dengan apa yang di punyai lawan, kita hanya memiliki sisa." Sesal Narez.

"Apa kau bisa membantu kami, Gir?" tanya suster Narez kepada Girleon.

"Aku akan berusaha mencobanya. Aku juga belum pernah menghadapi peperangan, tapi aku akan coba," balas pemuda itu meyakinkan.

"Gir, katakan apa yang harus kami siapkan untukmu menghadapi mereka?"

"Tidak ada. Aku akan giat berlatih saja dan tentu kebutuhan untuk tenaga dan staminaku yang harus dijaga, karena aku sendiri tidak tahu" jawabnya.