MARIO
Aku kira siapa yang meluangkan waktu sedini ini untuk mampir ke studio fotoku.
Sambil menyeruput cokelat hangat dan sepotong roti, aku menatap wajah yang turun dari sebuah mobil antik yang baru saja meluruskan parkirannya.
Seorang wanita dengan kemeja dan rok spannya turun dari kursi mengemudi, bukan lah wajah yang ku kenal.
Aku menggigit sudut roti panggang yang baru saja kuangkat, pandanganku masih terpaku pada penumpang mobil itu.
Wanita itu membuka kursi roda , Aku sedikit kaget, segera ku taruh roti dan gelasku, dengan sedikit berlari kuturuni anak tangga, aku akan ikut membantu orang itu pikirku.
Aku tahu rasanya berada di kursi roda sebelumnya itulah mengapa refleks ku langsung turun ketika melihat benda itu.
Wanita itu menoleh ke arah kedatanganku, dia membuka pintu mobil, Akutersenyum padanya, dan dia membalas sekilas.
Ketika pintu berkaca gelap itu mulai terbuka lebar, Aku hanya bisa mematung, tak percaya dengan penglihatanku. seorang pria duduk dengan tongkat kayu di tangannya.
Wajah tegasnya sudah berkerut, rambutnya sudah beruban, Aku masih tertegun tak percaya .
" kau tidak akan membantu ? " suara itu masih saja terdengar berat di telingaku.
Wanita yang bersamanya menoleh ke arahku, pandangannya seperti memohon bantuan, aku mulai tersadar.
Aku membopong tubuh yang dulu begitu tegap dan sehat, kini terasa ringan dan ringkih.
" Kau dan Sofia kompak sekali.. " Dia membuka pembicaraan saat kudaratkan tubuhnya di wheel chair yang sudah disiapkan
Pria itu memandang ke arahku, sorot matanya sedikit berbeda, Aku tak lagi merasa takut menangkap tatapan itu
" kenapa Kau tak sekalipun menjawab panggilanku ? "
Aku mengerutkan dahi, tak mengerti arah pembicaraan pria di hadapanku, ada apa sebenarnya? apa maksud pertanyaanya.
Beberapa tahun yang lalu masih terus melekat diingatanku, dimana ancaman nya datang bukan hanya padaku, tapi juga pada keluarga wanitaku.
Dia tidak mungkin melupakan itu kan? kemarahannya atas keputusan Sofie, kebenciannya atas sikapku, kenapa hari ini dia datang di sini dan beranggapan semua yang lalu hanyalah tinggal cerita.
" Mario aku sekarang , yaaa ... seperti ini "
Tangannya terangkat, seolah memberi tahu keadaanya yang kini , mungkin tidak se superior dulu.
" Aku kehilangan kesehatanku, kupikir uangku bisa membeli semuanya haha... " Dia tertawa konyol diantara senyum lebarnya.
" Bagaimana keadaan anak cucu ku disana ? " Dia menatap ke arahku sambil memamerkan senyumannya, sementara aku masih berdiri mematung.
" ada apa Mario ? om pikir kita bisa berbaikan ? "
Kalimat yang keluar dari mulutnya membuatku sedikit gusar, semudah itu dia bilang berbaikan ? setelah semua yang terjadi pada hidupku ? apa sebenarnya yang dia inginkan dariku.
" Ada perlu apa om sampai kesini ? "Aku sudah tak ingin lagi bermain teka-teki, Aku ingin semuanya jelas saat ini.
" Om tau om salah, om minta maaf, sekarang aku sudah tua, sudah bukan waktunya lagi bertengkar dengan kalian " kursi rodanya meluncur pelan mendekatiku
" Apa yang om inginkan ? " Kupertegas kalimat ku, terakhir kali dia mengancam akan menghancurkan toko keluarga Bey, tapi gagal, lalu apa maunya sekarang ini
" Aku ingin kita bisa kembali bersama, memulai hidup yang baru "
Kutatap uluran tangan dihadapanku, pikiranku ragu, aku sepenuhnya tidak bisa mempercayai ucapan pria ini, jalannya terlalu sulit untuk bisa menjadi orang yang bisa dipercaya, sekali lagi Aku menatap wajah om Alfa dalam, dia tersenyum kecil
" maaaf om.. " kalimatku membuat dia menatap uluran tangannya, menjatuhkan berlahan diatas lututnya.
" Aku tak bisa mempercai om .. " dia kembali tersenyum
" om mengerti Mario "
" Aku masih belum bisa melupakan semuanya " lanjutku menahan perasaan emosi yang terombang ambing di dalam dada.
Tak semudah itu untuk meminta maaf atas semua yang dia perbuat, dia membuatku lama di rumah sakit, hingga aku kehilangan harapanku, aku kehilangan Bey!
" Bagaimana kehidupan kalian disana ? apa semuanya baik ? " Aku mengangguk pelan, mungkin dia merindukan anak dan cucunya, sorot matanya terlihat jujur.
" Apa yang kau lakukan bertahun-tahun disana, kalian sungguh hebat bisa selama itu melupakanku disini "
Aku menatap raut sendu di wajah om Alfa, tapi pertanyaanya tadi, apakah itu sarkasm ?
" apa maksud om ? "
Pria itu menatap ku dalam
" om menyesal Mario, aku sangat merindukan kalian "
" Om jangan berpura-pura ! " nada suaraku sedikit meninggi, amarahku seperti nya sudah di ambang batas
" ada apa Mario ? " wajah pria itu datar, membuatku naik pitam, dia bisa saja berlagak polos tanpa dosa seperti saat ini tapi tidak dengan ku
" Om lupa dengan perbuatan om padaku ? om lupa dengan semua yang terjadi ! "
Alfa membelalakan matanya melihat kalimat ketusku.
" Om tau berapa lama aku tersadar dari koma ? "
sorot mataku berganti tajam menatap wajahnya
" om tau berapa uang yang diperlukan untuk kesembuhanku, Sofia dan suaminya siang malam bekerja untukku ! "
" Om tau tidak kalau mereka mungkin jarang makan saat itu ! "
" Apa om juga tau kalau aku mungkin akan MATI SAAT ITU !!!! "
Aku melepaskan suara dan menggebrak meja dihadapanku. Dadaku seketika bergemuruh hebat membuat semua ingin tumpah jadi satu
Nafasku masih tersenggal mencoba mengatur emosiku, wanita di belakang itu terlihat terkejut , om Alfa juga terlihat jelas terkejut dan terperanga
" tidak mungkin Mario , Aku tidak mungkin sekejam itu pada putriku.. "
Bibir pria tua itu bergetar, wajah tegasnya berubah sendu, dia menahan tangisannya
" apa anakku baik-baik saja , bagaimana dengan cucuku ? " om Alfa benar menangis, dia tersedu-sedu menahan sedihnya, apa-apaan ini, pertunjukan apalagi ini ?
" Aku memang brengsek !! " upatnya pada diri sendiri, wanita itu menyerahkan saputangan dan menepuk pelan pundak om Alfa, dia berusaha menenangkan pria itu.
" saat aku turun dari mobilmu hari itu, kau sengaja mengirim orang untuk membunuhku, kau sengaja membuangku hari itu, bahkan kau tega melepas tembakan padaku.. " Dengan suara bergetar, rasa yang berkecambuk di dalam dada, hari ini aku bisa menumpahkan semuanya, setidaknya aku bisa melampiaskannya pikirku .
Kesedihan di wajah om Alfa terhenti, dia menatapku lekat-lekat
" Apa maksudmu Mario ? "
Aku menatap wajah bingung om Alfa, membuat dahi ku berkerut, tolonglah kali ini menyerahlah om Alfa .
" Aku tidak pernah mengirim orang untuk menghabisimu ! " tegasnya
Aku melotot tak percaya, kuselidiki sekali lagi raut wajah yang telah lemah dihadapanku, tidak terlihat kebohongan disana, apa yang sebenarnya terjadi ?
" Aku hanya ingin anak dan cucuku bahagia, aku juga ingin asetku aman, tidak mungkin aku seceroboh itu Mario, aku bukan anak kecil untuk urusan seperti itu, kau tahi seberapa profesional orang-orang ku .. " jelas lelaki itu meyakinkanku, aku mencoba mencerna dan berpikir sekali lagi
" kalau bukan om, lalu siapa ? " Aku bingung, om Alfa pun begitu, dia mengangkat bahu, tak bisa menebak.
" Aku punya penawaran baik untukmu, sebenarnya inilah tujuan ku bertemu denganmu hari ini... "