47 Cinta bisa berubah.

POV MARIO

Beberapa kali kucuri lirik ke seberang sana, menikmati wangi khas panggangan gandum yang mengudara, menggoda yang mencium dan ingin mencobanya.

BEY'S BREAD

Sesekali bibirku tersungging menyadari lukisan besar yang terlihat dari balik kacanya, itu adalah jepretanku disuatu hari yang cerah dan hangat, saat aku tak bersamamu, hasil tanganku masih bisa menemanimu. itu membuatku senang

Kulihat jelas wajah bahagia kedua orang tua Bey, mereka tersenyum hangat menyambut tamu tokonya, Aku bisa menangkap jelas dari lantai atas ruko ku.

Aku sengaja membeli ruko yang berhadapan langsung dengan toko keluarga Bey, pikirku setiap hari akan bisa melihat senyum wanitaku.

Aku hanya akan menatapnya dari jauh, bagaimanapun aku sadar akan keberadaanku kini. menyadari itu terkadang masih membuatku sesak.

Kuletakkan kamera disisi badanku yang duduk dan bersandar di meja yang kini akan menjadi tempat kerjaku.

tapi..

Tak kulihat sosoknya hingga hari ini, kemana kah dia ?

Aku menunggunya sehari

Dua hari..

tiga hari dan ini sudah seminggu. Dia bilang akan kembali bekerja di toko keluarganya.

Aku tersenyum tipis mengingat wajah yang mencuri ciuman sambil berlari meninggalkan kamarnya, hari itu hampir saja kami melewati batas

Hari itu pun kami bercerita banyak, tak pernah senyaman itu berada di sisi seseorang, walau hatiku ada rasa kecewa, tapi senyum bahagianya cukup jadi penawar perasaanku, aku ingin dia selalu riang dan bahagia.

Dalam hatiku ada rasa yang tak mampu kutahan saat melihat wajahnya, gejolak yang selama ini tertahan seperti akan tumpah seluruhnya, tapi kesadaranku seketika pulih, aku memahami sekali jika Bey sudah menjadi milik orang lain.

Aku tak bisa melakukan apa yang ku inginkan walau aku melihat kerinduan yang dalam di sorot mata Bey sama seperti diriku

maafkan aku, ini semua karena kesalahanku, aku mungkin memang tak pantas untuk Bey.

Kututup mata mencoba merenungkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya, gadis impianku sudah menikah dengan orang lain , bayangan wajah tegang dalam ingatanku kembali, wajah pria yang menggertakku hari itu.

" kemarahan seperti itu bukan hal asing bagiku.. "

Aku menahan senyum, mengingat wajah Pak Reo, iya dia adalah pewaris dimana aku menandatangani kontrak beberapa tahun terakhir ini, tak kusangka dialah suami Bey dan juga kakak wanita itu ? aku menertawakan diri sendiri.

jadi ini maksud email Bey mencari kan desain undangan , dan hari itu..

ternyata aku mengucapkan selamat untuk pernikaha kekasih sendiri, seharusnya aku tidak akan terlambat jika lebih cepat, tapi waktu tak berpihak padaku.

Aku ingin bertemu dengannya lagi, masih banyak hal yang ingin aku tanyakan, setidaknya hubungan kami harus berakhir dengan tuntas, berakhir ? Apa aku siap.

Aku menuruni anak tangga mengetahui beberapa orang mulai memasuki galeri baruku di lantai bawah, Aku mencoba bergabung dan membagi senyum.

Dua orang gadis yang cukup aku kenal menyapaku, aku membalas sapaan hangat mereka.

" omg , Mario kan ! "

" Ahh serius , gimana kabarnya ? "

Kedua gadis itu merapat mendekatiku, keduanya masih sama seperti dahulu , walau kini mereka lebih terlihat dewasa.

" Aku baik , bagaimana kabar kalian Dina dan.. Willa ? "

" aaaahhhh .. ternyata lo ingat ! "

" hahaa ga nyangka ya "

Kompak mereka saling tertawa riang mendengar balasanku

" galeri lo keren banget , asyik jadi spot medsos " puji salah satunya Aku tak bisa menebak yang mana Dina dan yang mana Willa.

" Aahh... gue tau , lo sengaja ya ambil ruko disini " lirik yang lainnya menggodaku , aku hanya tersenyum malu.

" hahaaaahaaa... dasar moduus !! " kompak keduanya cekikikan , mereka menertawakanku , Aku hanya menahan senyum dan panas di wajahku .

" Aah tapi.. "

Kedua gadis itu meredakan tawanya , Aku mencoba menangkap perubahan ekspresi menjadi serius di wajah mereka.

" akhir-akhir ini Bey ga ada komunikasi sama sekali "

" iyaa... "

" Sampe Mama sama Papanya kawatir banget, gue juga... "

mereka satu sama lain saling pandang dan mengangguk sedih.

" mentang-mentang honeymoon dia lupa sama kita ! "

Teriak salah satunya lagi mengagetkan ku, temannya berusaha memberi kode untuk menahan ucapannya sambil melirik ke arahku, memberi kode untuk mengerti perihal keberadaanku.

Aku mencoba mencerna kalimat yang kudengar barusan, perasaanku jadi tidak menentu.

Bagaimana mungkin Bey pergi honeymoon sedangkan suaminya masih menemuiku ?

Mengapa Bey tidak berkomunikasi dengan orang terdekatnya ?

Perasaanku sedikit gamang, ada rasa takut akan sesuatu menyergapku seketika.

Pria itu tidak mungkin melakukan hal aneh pada Bey kan ?

Aku tidak akan memafkan jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Hari itu..

Dengan jelas kulihat amarah tak terkendali dalam sorot mata Reo, mata yang memancarkan kekecewaan dan kebencian, aku terbiasa melihat sorot mata seperti itu.

Sorot mata yang butuh pelampiasan tanpa ampun, aku melihat sorot itu adalah sama milik om Alfa.

DEEG!!

deg.. deg.. deg .. !!

Dadaku bergemuruh, mengingat kilas demi kilas kekasaran dan kemarahan om Alfa.

Ancaman-ancamannya kembali mengusik pendengaranku, membuat tubuhku menegang.

Alfa dan Reo , mereka memiliki kesamaan !

****************

" Reo, Papa menyesal percaya padamu, bagaimana mungkin kau meninggalkan proyek besar begitu saja, kemana akal sehatmu !! "

Reo menjauhkan ponsel dari telinga menghindari suara dengan nada tinggi di seberang sana.

" Kamu tau berapa harga saham kita sekarang ! Kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan ! "

Suara di seberang sana terus saja menumpahkan kekesalannya membuat Reo tak mampu lagi menahan upatan yang dia dapatkan.

PRAAAKK !!!!

Ponsel itu dibanting kencang kelantai, membuat semua komponennya pecah berantakan.

Reo mengusap wajahnya dengan kasar, dengan amarah, dengan kekesalan yang memuncak.

" sialan.. " gumamnya pelan tapi sangat jelas.

Aku hanya mematung terus mengaduk susu hangat dihadapanku , Kusembunyikan ketakutan yang terus menjalar disetiap tubuhku, semakin hari semakin besar menutupi diriku.

Aku seperti kehilangan arah hidup , tak bisa lagi berpikir jalan mana yang harus kutempuh , Aku tak bisa meninggalkan ruangan ini dan pria yang terus saja dikuasi emosinya di depan sana.

Terkadang dia tak terkontrol dan menyakitiku tanpa ampun, tapi tak lama berselang dia akan merayu menggoda dan meluluhkan hatiku. Aku tidak lagi bisa memahaminya .

" Sayaaaangg.... !! "

Teriaknya dari depan seperti memintaku untuk segera menghampirinya

Aku setengah berlari membawa nampan dengan segelas susu di tanganku, Aku mencoba membuat senyum dan menyembunyikam ketakutanku .

" sini sayang.. " Aku mengikuti arah tepukannya, yang memintaku duduk di sofa tepat disisinya.

Reo meraih segelas susu yang kubawa, lalu menegaknya sampai habis.

" Papa sangat marah padaku .. " ujarnya dengan nada rendah, raut yang dia buat seperti orang yang telah menyesal

" Kamu tau kenapa ? " Aku menggeleng pelan menjawab pertanyaan Reo

" itu semua karena KAMU sayang . . "

Ada nada berbeda saat dia mengucap kata kamu, seperti menekankan sesuatu disana.

Aku mencoba mengerti, Reo meninggalkan pekerjaannya untuk pulang tanpa ijin orangtuanya.

Dia memutuskan kembali begitu saja

sejak kepulangannya hari itu, aku telah tidak mengenal Pria ini lagi, dia menjelma menjadi orang asing bagiku.

" tapi tak apa, yang penting kamu ada disini bersama dengan ku ... "

Suaranya yang membisik di dalam rongga telingaku, membuat bulu kudukku meremang , aku semakin takut terhadapnya.

Aku tak merasakan apapun lagi Reo, bagiku dari dirimu yang tersisa hanyalah kesakitan yang mendalam.

Kau membuatku hidup enggan mati tak mau

avataravatar
Next chapter